Rain

14.8K 1.5K 18
                                    

 Itu ada audio dari soundcloud pas dibawah foto visual Adlan. selamat menikmati.
------------------------------------------------
Rain menarik selimut miliknya sampai batas leher, ia merasa kedinginan. Rain mulai membuka matanya dengan ragu. Ia berfikir sebentar, lalu ia benar-benar terbangun ketika sadar ia berada di kamarnya. Seingatnya ia tadi berada di sofa. Tak bisa kemana-mana, meskipun hanya sekedar berjalan ke dapur untuk membuat sarapan. Karena telapak kakinya terasa sangat perih dan luar biasa ngilu. Jadi yang dilakukannya hanya menonton tv dan.. ketiduran. Tapi yang ia bingungkan saat ini adalah, kenapa ia bisa berada di kamarnya? Adlan kah yang membawa Rain? Ia melirik sekilas ke nakas yang berada satu piring nasi goreng dengan air mineral, dan satu tablet obat. Ia melihat di nampan itu terdapat sebuah notes juga.

  Habiskan. Dan setelah itu minum obat penahan sakitnya. Kakak keluar dulu, ada penting.

Adlan,


  Rain meraih satu piring yang berisi nasi goreng itu, dan melahapnya dengan mulut lebar-lebar. Selain karena ia memang sangat lapar, rasa nasi goreng ini juga sangat enak. Apakah Adlan yang membuatnya? Jika benar, Rain akan belajar memasak nasi goreng lagi agar tak minder saat Adlan mencicipi nasi goreng buatannya.

  Setelah menghabiskan makan dan meminum obatnya, Rain hanya bisa diam di kasur sambil mengecek beberapa pekerjaannya lewat ponsel. Ia sudah menghasilkan beberapa desain pakaian baru. Lalu ketika rasa bosan menyerang, ia memilih untuk tidur lagi meskipun tidak merasa mengantuk.

  Rain meringkuk di dalam tidurnya ketika hujan turun dengan deras. Ia langsung terbangun ketika kilatan petir begitu menyilaukan jendela kamarnya. Lalu disusul dengan suara petirnya sendiri yang sangat menggelegar. Rain memiliki ketakutan berlebihan dengan suara petir. Terlebih petir yang saat ini begitu menggelegar dan jeda waktunya singkat. Saat sebelum menikah dan tinggal di Apartemennya sendiri, ia selalu pergi ke Apartemen temannya yang kebetulan tinggal satu gedung dengannya ketika hujan turun disertai petir. Ia tak pernah melewatkan petir seorang diri. Ia sangat takut.

  "Kak.." Rain mencoba memanggil Adlan meskipun ia tak yakin Adlan sudah pulang.

  "Kak Adlan.." Ucap Rain lagi. Hingga berkali-kali Rain memanggil Adlan tak menyahut. Hanya ada satu jawaban. Adlan belum pulang, meskipun malam sudah tiba.

  Hujan turun bertambah deras, begitupun dengan suara petir yang membuat Rain ingin berlari keluar dari Apartemen mencari tempat keramaian. Kemanapun asal ia tak sendiri. Ketika ia akan meraih ponselnya untuk menghubungi Keno, suara petir begitu memekikan telinganya lalu disusul dengan lampu yang tiba-tiba padam. Ia mulai meraba-raba nakasnya untuk meraih ponselnya. Rain merasa kehilangan harapan ketika ponselnya mati karena baterainya habis. Ia meremas selimutnya dengan gemetar, air matanya mulai turun. Rain benar-benar kalap saat ini. Ia merasa sendiri di dunia ini.

  Beberapa menit ia masih menangis dalam diam, dengan keadaan lampu padam. Lalu, terdengar pintu penghubung kamarnya terbuka. Dengan sedikit penerangan ponsel, Adlan datang. Tersenyum tipis dengan wajah sedikit khawatir menghampiri Rain.

 Tersenyum tipis dengan wajah sedikit khawatir menghampiri Rain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  "Kakak tahu kamu suka hujan, tapi tidak dengan petir." Ucap Adlan duduk di tepi ranjang Rain. Ia menarik salah satu jemari Rain, lalu menggenggamnya erat.

  "Tutuplah matamu. Semua akan baik-baik saja." Ucap Adlan lagi, bukannya menutup mata, air mata Rain malah mengalir semakin deras. Seperti hujan. Ia menangis dengan sesak.

  "Jangan menangis lagi. Tutup matamu dan jangan pedulikan suara petir itu." Ucap Adlan masih dengan menggenggam Rain. Ia menarik selimut Rain hingga sebatas perut Rain. Sedangkan ia duduk di sebelah Rain. Rain mengangguk dan mencoba menutup matanya.

  "Berjanjilah tetap disini, Kak. Aku takut. Aku tak bisa sendiri disaat seperti ini." Jawab Rain ketika berhasil menenangkan dirinya.

  "Ya. Tidurlah," Ucap Adlan masih tak melepaskan genggaman tangannya. Meskipun penerangan mereka terbatas, Rain dapat melihat Adlan tersenyum.

  Keheningan menyelimuti mereka, hingga tak sadar mereka berdua tertidur dengan posisi Rain berbaring dan Adlan terduduk. Jemari mereka masih bertautan. Bisakah waktu kuhentikan saja? Agar mereka berdua bisa bersama dan bahagia.

------------------------------------------------

Buat neken tanda bintang itu gasusah loh, buat komen juga ga susah. dibanding ngerangkai kata buat nulis. Vomment doang bisa kan?:)

 

Rain marriageWhere stories live. Discover now