Jakarta

15.4K 934 23
                                    

Di mulmed itu Adlan udah mulai praktek.

--------------------------------------
Rain baru sampai Jakarta ketika malam hari, ia merasa pinggangnya amat pegal karena terlalu lama duduk di pesawat. Ia mengeluarkan card untuk masuk ke dalam Apartemen Adlan. Begitu membuka kenop pintu, ruang tamu masih dalam keadaan gelap.

Mungkin dia belum sampai Jakarta. Atau dia berniat tidak pulang sama sekali. Batin Rain dengan pasrah, karena memang Adlan sama sekali tak berniat mengabari dirinya.

Rain menggeser pintu kaca untuk menuju ruang keluarga, tapi ada yang janggal. Televisi menyala. Beberapa bekas bungkus snack berceceran di atas meja. Koper tergeletak begitu saja. Sepatu disimpan dengan asal di penjuru dekat balkon. Dengan penasaran, Rain membuka kamar Adlan. Dan pria itu ada disana. Masih menggunakan celana jeans dan kaus yang dilapisi jaket kulit. Dan mungkin karena terlalu lelah ia lupa membuka kaus kaki nya. Rain menaruh kopernya, lalu menghampiri Adlan. Memerhatikan wajah lelah pria yang kini telah menjadi suaminya. Kemudian ia membuka kaus kaki Adlan, dengan perlahan dan hati-hati karena khawatir Adlan terbangun. Setelah berhasil membuka kaus kakinya, Rain menarik selimut hingga menutupi tubuh Adlan hingga ke leher.

Rain menutup pintu kamar Adlan, lalu membawa koper miliknya ke kamarnya.

-----------------------------------------
Rain membuka pintu penghubung untuk membuat sarapan untuknya dan Adlan. Ia bersyukur pernah ikut eskul masak ketika masih SMA. Ia memasak nasi goreng sederhana yang rasanya tidak terlalu buruk. Ketika Rain menuangkan nasi goreng ke setiap piringnya, Adlan keluar dari kamarnya dengan berpakain rapih. Kameja biru langit, dasi cokelat dan celana bahannya. Ia tampak terjekut melihat Rain sedang asyik membuat sarapan.

  "Eh, kamu sudah pulang," Ucap Adlan sembari memakai jam tangannya. Rain tersenyum dan membawa dua piring ke meja makan.

  "Kakak mau ke rumah sakit?" Tanya Rain sembari menuangkan air putih. Adlan mengangguk dan mengambil susu cair vanila di lemari es. Lalu meneguknya dengan cepat.

  "Sarapan dulu, Kak." Ucap Rain ketika melihat Adlan bersiap membawa tasnya. Adlan menggeleng singkat.

  "Aku nggak terbiasa sarapan pagi dengan makanan padat, Rain."  Jawab Adlan dengan tersenyum tipis. Dengan berat hati Rain akhirnya mengangguk. Dan menikmati nasi goreng buatannya seorang diri.

Adlan bohong. Rain tahu Adlan bohong. Adlan melupakan fakta bahwa ketika mereka masih kecil mereka sering sarapan bersama-sama, dengan Keno juga. Adlan sangat menyukai nasi goreng buatan Ibu Rain.

  "Aku pergi dulu. Jangan menunggu." Ucap Adlan sembari berlalu.

-----------------------------------------
Setelah menghabiskan dua porsi nasi goreng, Rain mulai mengerjakan semua pekerjaan yang biasa dilakukan istri. Biarlah ia merasakan menjadi ibu rumah tangga meskipun hanya sebentar. Ia ingin merasakan rasanya membereskan rumah. Mencuci piring, mencuci pakaian, memasak berbagai masakan Dan melakukan kegiatan lainnya. Lalu yang terakhir ia ingin merasakan rasanya  menunggu suami pulang dari kantor. Tapi ia baru saja di peringatkan bahwa ia tak perlu menungu. Seseorang yang ia tunggu tak mengizinkannya untuk menunggu.

Ketika Rain akan mengambil ponselnya di kamar, ia melewati kamar Adlan dan tak sengaja melihat majalah yang tergeletak di kasur Adlan, dengan menampilkan Brendya dengan pakaian seksinya. Ia meraih majalah itu  dan membacanya.

     Model yang eksis di Amerika ini mengatakan akan menikah dengan sang kekasih di tahun depan

Kata-kata itu begitu menohok hati Rain. Brendya dan Adlan sudah benar-benar merencanakan semuanya. Semuanya.

Rain menutup majalah itu, dan menyimpannya di rak buku milik Adlan.

Rain sudah bersiap pergi untuk mulai bekerja dan mengecek beberapa butik miliknya. Sebelum pergi ia sudah memasak sup ayam untuk Adlan dengan sebuah note di tudung saji nya.

Makanlah. Seorang dokter juga bisa mati kalau tidak makan.

Rain,

-----------------------------
Rain bersyukur meskipun sudah beberapa hari pekerjaannya ia tinggalkan, tapi bisnis nya semakin meningkat dengan pesat. Orang-orang penting sudah mulai banyak mengunakan dan menyukai desain pakaian, Rain. Beberapa pengusaha pun mengajaknya bekerja sama. Setidaknya dengan bekerja ia bisa melupakan sejenak masalah rumah tangganya.

Rain meregangkan tangannya karena kelelahan akibat mendesain beberapa baju dalam sehari, kebetulan saja ia sedang banyak insprasi dan langsung mengerjakannya.

Rain mengemudi mobilnya dan melaju menuju kediaman Adlan.

Ia membuka pintu dengan kesulitan karena membawa bahan-bahan makanan dengan sangat banyak. Ia sempat berhenti di supermarket untuk membeli makanan dan memenuhi persediaan makanan di Apartemen mereka.

Rain membawa beberapa kantung plastik itu dan menyimpannya di dapur.

"Sudah pulang?" Tanya Adlan yang tiba-tiba ada di depan Rain. Rain sempat terkejut.

"Aku kaget.." Ucap Rain sembari tertawa. "Kakak juga sudah pulang," Ucap Rain selanjutnya.

"Ya, aku sudah pulang dan masih hidup karena sempat makan di kantin rumah sakit," Ucap Adlan sembari membuka bungkus kopi sachet. Rain melihat ke arah meja makan, dan melihat sup buatannya masih utuh. Adlan lebih memilih makan di luar ketimbang di rumah dan menikmati masakan Rain.

"Oh oke, aku akan menghabiskan sup itu sendiri." Ucap Rain dengan senyum tipisnya.

"Aku baca buku dulu." Ucap Adlan membawa secangkir kopi dan satu buku yang sangat tebal ke balkon. Rain melihat punggung yang meninggalkannya dengan sedih.

Sampai kapan akan terus seperti ini? Komunikasi saja sudah sangat minim. Apalagi membuatnya jatuh cinta?

---------
Vomment jgn lupa.

Rain marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang