Stay

14.6K 1.1K 28
                                    

Aku ngambil judul part ini dari judul fiksi ku di akun yang lama hihi. Semoga suka.

----------------------------------------------------

  Adlan terbangun masih dengan posisi terduduk. Ia merasa beruntung bangun lebih dulu daripada Rain. Adlan langsung bergegas ke kamarnya karena ia merasa tak nyaman tidur di kamar Rain. Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah, mengingat mereka memang pasangan suami istri. Tapi Adlan ingat bahwa Rain hanya istri sementaranya. Cintanya bukan untuk Rain. Dan ia tak ingin mengkhianati Brendya.

   Adlan bersiap mandi karena pukul enam dia sudah harus pergi ke rumah sakit. Setelah dirinya siap dan hendak berangkat ke rumah sakit, ia memeriksa keadaan Rain dan mengecek luka di telapak kakinya yang sudah mulai membaik. Bagaimanapun Rain adalah adik dari sahabatnya, dan sudah ia anggap adiknya sendiri sejak dulu. Setelah memeriksa keadaan Rain, Adlan yakin Rain sudah dapat berjalan lagi, meskipun masih terasa sedikit perih di telapak kakinya.

  "Kak.." Panggil Rain ketika melihat Adlan sudah akan keluar dari kamarnya.

  "Ya?" Tanya Adlan sembari membalikkan badannya.

  "Makasih untuk tadi malam," Ucap Rain dengan senyumnya. Adlan mengangguk dan tersenyum tipis. "Dan.. bisakah Kakak makan malam dirumah? aku mau masak sesuatu." Lanjut Rain lagi. Adlan terdiam sesaat terlihat berfikir.

  "Hanya untuk ucapan terimakasih," Ujar Rain meyakinkan Adlan.

  "Oke." Jawab Adlan akhirnya yang membuat Rain sangat senang. "Dan, jangan terlalu banyak bergerak, khawatir kalau jahitan di telapak kaki kamu terbuka lagi." Lanjut Adlan yang membuat Rain teringat bahwa kakinya masih terluka, tapi itu tak mengurangi semangatnya untuk memasak.

---------------------------------------------------
  Rain merelakan tak pergi ke butiknya selain karena kakinya terkadang masih terasa perih, ia juga ingin memasak sesuatu yang istimewa untuk makan malamnya dengan Adlan. Ia tak henti-henti menyunggingkan senyumnya karena mendapat kesempatan besar untuk lebih dekat dengan Adlan.

  Rain memotong semua bahan masakannya dengan lihai, ia sesekali bersenandung kecil dalam aktivitas memasaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Rain memotong semua bahan masakannya dengan lihai, ia sesekali bersenandung kecil dalam aktivitas memasaknya. Rain membuat banyak menu makanan, salah satunya ayam panggang saus sambal, dan beberapa makanan lezat lagi termasuk makanan penutupnya.

  Setelah menghabiskan ber-jam jam di dapur dan hari sudah cukup sore. Rain akhirnya memutuskan membersihkan tubuhnya yang sudah lengket, dan ia akan sedikit berdandan untuk malam ini.

  Setelah acara mempercantik dirinya selesai, ia mulai menata meja makan sedemikian rupa, hingga membuat dirinya bingung sendiri. Ia juga mulai mengingatkan dirinya bahwa ini hanya makan malam biasa. Tak ada yang istimewa seharusnya.
 

  Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, seharusnya Adlan pulang pukul delapan jika mengingat jadwal praktek dan piketnya. Rain terdiam, membuat dugaan bahwa mungkin Adlan sedang dalam perjalanan pulang dan terjebak macet. Ia tak akan menuduh Adlan pembohong.

  Makanan yang tersedia di atas meja mulai dingin, Rain juga sudah merasa mengantuk karena kelelahan seharian ini ia berkutat dengan segala jenis bahan makanan. Denting jam dinding mulai berdentang dan menunjukkan pukul dua belas malam. Ya, dua belas malam. Masihkah ini disebut makan malam? Rain akhirnya memutuskan untuk berdiam diri di balkon, ia merasa bodoh karena mempercayai Adlan. Ia memang tak menuduh Adlan pembohong, karena ia merasa seharusnya ia tahu diri jika tak ingin kecewa. Tapi apa salahnya dengan makan malam? Apa salahnya jika Rain berusaha membuat Adlan jatuh cinta padanya? Ia hanya berusaha. Bukankah sebagai manusia, Tuhan memerintahkan kita untuk selalu berusaha?

  Ceklek.

Rain membalikkan tubuhnya ke arah ruang tamu, dan melihat Adlan pulang dengan wajah kusutnya. Adlan menghampiri Rain dan memandangnya dengan tatapan yang tak Rain mengerti. Rain tersenyum kecut membalas pandangan Adlan.

  "Rain.."

  "Hai, Kak." Jawab Rain dengan lemah.

  "Rain, maaf-"

  "It's fine." Jawab Rain dengan senyum lelahnya. Ia bahkan tak memiliki tenaga lagi untuk meratapi nasibnya. Ketika Adlan akan mengucapkan sesuatu, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

  "Halo, Bee.."  Ucap Adlan kepada suara di ujung telepon.

  Rain tersenyum kepada Adlan lalu berlalu ke kamarnya untuk tidur, dan menelan kekecewaannya dalam-dalam. Di sisi lain Adlan memandang kepergian Rain dengan penyesalan. Ia ingin menjelaskan sesuatu kepada Rain. Sungguh.

----------------------------------------------

Saya tau kalian pengen banget nabok Adlan saat ini. tapi jangan lupa vomment! saya lelah liat kalian silent reader:(




Rain marriageWhere stories live. Discover now