Why do you do this so easily?

15.7K 1K 15
                                    

Mungkin part ini akan mengecewakan. Entahlah. Baca saja.
-----------------------------------------        " Woaw. Perfect sekali, muda, tampan, jenius. Dokter apa itu, Mom?" Tanya Rain sekilas melirik Ibu Neta dengan senyum tipisnya.

  "Dokter umum termuda di rumah sakit Amster. Dr. Fadlan Basyir." Jawab Ibu Neta yang membuat Rain mengerem mendadak. Dan mengerjapkan mata beberapa kali.

  "Kamu kenapa, sayang?" Tanya Ibu Neta dengan cemas. Rain menggeleng dengan lemah.

"Kita akan kesana? Bertemu dokter jenius itu?" Tanya Rain dengan tergagap. Ibu Neta tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.

"Memangnya kenapa, Rain?" Tanya Ibu Neta masih dengan penasaran ketika melihat air muka Rain.

"Tidak, aku hanya... terkejut." Jawab Rain lalu mulai melajukan mobilnya lagi.
----------------------------------------
  "Dokter Fadlan ada?" Tanya Ibu Neta kepada suster yang menjadi asisten Adlan. Rain memegang erat tali sling bag nya. Suster yang dari name tag nya bernama Risa itu mengintip ke dalam ruangan Adlan.

  "Sepertinya ia tadi sedang keluar bu, tunggu saja. Ia mungkin sedang ke toilet, atau membeli makan siang di kantin. Karena tadi pasien sedang banyak-banyaknya dan Dokter belum sempat makan siang." Jelas Risa dengan ramah. Ibu Neta mengiyakan dan duduk di ruang tunggu dengan Rain.

  Setelah lima belas menit, Adlan datang dengan jas dokter yang menggantung di tangan kanannya. Lalu tangan kirinya membawa gelas kertas yang berisi kopi. Ia tak melihat ke arah Rain dan Ibu Neta, melainkan langsung masuk ke ruangannya setelah menyapa Risa terlebih dahulu.

  "Ibu bisa masuk sekarang," Ucap Risa menghampiri Ibu Neta dan Rain.

  "Oh iya. Terimakasih, Sus," Ucap Ibu Neta, lalu mereka masuk ke dalam ruangan Adlan. Tangan Rain mulai terasa dingin.

Apa yang harus ia lakukan saat bertemu Adlan? Menyapanya sebagai suami? Sebagai teman lama? Atau sebagai orang asing satu sama lain?

  "Siang, dok." Sapa Ibu Neta dengan senyum mengembang di bibirnya karena kagum melihat wajah tampan Adlan. Adlan membalas senyum Ibu Neta dengan ramah. Lalu pandangannya bertemu dengan Rain. Mereka berdua terdiam. Dengan berbagai fikiran yang berkecamuk.

  "Siang bu. Mari duduk." Jawab Adlan setelah mengalihkan pandangannya dari Rain. Mereka berdua berbincang-bincang dengan mengkonsultasi kan kesehatan Ibu Neta. Ibu Neta sempat di periksa sebentar, lalu Adlan dengan lugasnya menjelaskan penyakit yang di derita Ibu Neta dan hal apa yang harus dihindari agar penyakitnya tidak bertambah parah dan segera sembuh. Rain menatap Adlan dengan tegas. Sosoknya tampak keren ketika sedang menjalankan pekerjaannya. Meskipun Rain sama sekali tak melakukan interaksi dengan Adlan.

  "Itu pacar dokter?" Tanya Ibu Neta menunjuk salah satu figura kecil di meja belakang Adlan. Itu foto Adlan dan Brendya yang terlihat sedang menghadiri acara penting, Adlan memakai jas hitam dengan Brendya yang memakai gaun berwarna putih elegan, disitu Adlan sedang tersenyum lebar dengan Brendya yang duduk dan mengangkat satu tangannya dekat dagu. Meskipun foto itu berukuran kecil, Tapi masih dapat terlihat. Foto itu tak terlihat sengaja di pajang, tapi setiap orang yang duduk di tempat Rain berada pasti bisa melihatnya.

  "Itu.." Jawab Adlan menggantung sembari melihat figura kecil dibelakangnya.

  "Dia cantik. Cocok sama Dokter. Padahal tadinya saya mau mengenalkan dokter dengan anak saya," Lanjut Ibu Neta terkekeh, dan memotong ucapan Adlan yang belum sempat tersampaikan. Rain menelan ludahnya. Menggigit bibirnya dan menunduk. Harus beginikah setiap hari? Menekan rasa sakit di hatinya.

Rain marriageDonde viven las historias. Descúbrelo ahora