(12) Ga Peka Dih [a]

Mulai dari awal
                                    

"Jam tujuh kurang lima menit Dit," ucapnya.

"Iye ah, assalamuakaikum." ucap Dito sebelum melangkah pergi.

Icha menatap punggung putranya sembari menggelengkan kepalanya heran, "Ada gitu orang yang lupa sekolah?"

Rara tertawa geli, "Itu ada buktinya."

Baru saja Rara hendak melangkah menuju tangga, seruan Dito dengan langkah malasnya memasuki ruang makan.

"Bensinku abis Ma, gimana nih?" ucapnya polos.

Bahkan Rara dan Icha sweetdrop mendengarnya.

***

Nando memainkan gitarnya menurut nada Thinking Out Loud, sayangnya tak ada nyanyian yang mengiringi karena memang lelaki itu tak bisa bernyanyi.

"Nan," panggil Dimas dari arah ruang makan. Lelaki berkaos polo itu lantas bangkit kemudian membantu kakaknya yang terlihat lemas.

"Anjir demi apa badan lo panas!" serunya panik begitu menyentuh lengan Dimas.

"Pusing gue," balas Dimas sembari bersandar di sofa ruang tengah.

"Mau gue anter dokter ngga?"

Dimas menggeleng, "Baru aja minum obat lagian besok juga sembuh kok, sans bor selo aja dah."

Nando masih menatap kakaknya iba, khawatir campur kasian. Namanya juga kakak sendiri ah,

Keduanya larut akan keheningan, kalo inget ada orang sakit gini kok jadi kepikiran minggu lalu di UKS sih. Nando mengacak rambutnya frustasi, keinget jadi makin galau anjir. Batinnya.

Nando menatap Rara yang berdiri gugup di sampingnya, tangan gadis itu meremas satu sama lain, kakinya bergerak gelisah dengan mata yang terus-terusan melirik gorden pembatas di sampingnya.

"Lo kenap--"

"Sakit apa?" sahut Rara, memotong ucapan Nando.

"Pusing, mau muntah. Agak pilek juga sih," jawabnya heran.

Rara mengangguk mengerti, "Hamil ya?"

Nando melotot geli.

"Canda ih suer," Rara cepat-cepat mengangkat jari tangan kanannya membentuk 'V' ke arah cowok itu. "Masuk angin deh, gejala demam. Anjerr Lif, berasa dokter gue." lanjutnya heboh.

Lifia melirik Rara dengan dahi berkerut, "Itu hipotesa udah akurat belum?"

Rara cengengesan, "Ow sudah dong, tanya aja dokter Bina kalo ngga percaya."

Gadis itu kemudian memilih duduk di ranjang seberang Nando dengan kaki yang digoyang-goyangkan sambil menatap ke arah cowok itu.

"Eh Ra, tadi si Arga ngapain?" tanya Nando tiba-tiba.

Gadis berkuncir itu mengerjap, diam sejenak karena bingung mau jawab apa.

"Lo jangan sakit hati ya," jawab Rara pelan.

Nando menyipit, "Dih apaan."

Ga Peka Dih ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang