(7) Ketemu lagi

1K 53 0
                                    

"Rara.. Bangun sayang?!" Suara lembut nan menggelegar membuat gadis berumur enam belas tahun yang sedang bergelung dengan selimutnya makin menyamankan posisinya. Jam dinding menunjukkan pukul empat dan dirinya wajib mengikuti sholat shubuh berjama'ah yang memang setiap hari dilakukan keluarganya.

"Iya.. Iya, udah bun." Rara hanya membuka matanya kemudian menatap bundanya dengan alis yang dinaik-naikkan.

Shinta mengapit hidung putrinya kemudian mengibaskan selimut yang menutupi dengan gemas. "Bangun!!."

Rara lantas berdiri tegap di samping bundanya kemudian merapikan kasurnya lalu mengikuti langkah bundanya turun ke lantai dasar.

***

Ditempat lain, waktu yang sama seorang remaja lelaki sudah seragam putih abu - abu kebanggaan sekolahnya sembari duduk menghadap balkon dari tepi kasurnya.

"Nando kalo udah buruan turun!"

Remaja itu terperanjat kemudian melangkah keluar kamarnya dengan seragam yang belum terpasang atributnya secara lengkap.

"Ya ma?" tanyanya begitu melihat mamanya di dekat kompor sembari membolak-balikkan sesuatu di wajan.

"Ntar pulang sekolah kamu ada urusan ngga?"

Lelaki itu mengernyit kemudian menggeleng, "Diusahain ma, biasanya ada tugas mendadak. Emang mau dianterin kemana?"

"Engga minta dianter, cuma titip sesuatu nanti anterin ke rumah temen mama. Oke?"

Nando mengangguk paham. "Tapi kalo agak maleman ngga papa ya, Ma?"

"Paling engga kamu mau nganterin, makasih nak."

"Ya Ma." Remaja itu duduk di meja makan sembari memainkan ponselnya. Akhir-akhir minggu ini cowok itu sedang gencar-gencarnya melakukan aksi PDKT dengan salah satu anak kelas sebelahnya.

Anggia Karina atau akrab disapa Gia, anak IPA 7 tetangga agak jauh kelasnya.

"Baru juga jam lima Nan, gencar banget PDKT lo. Masih siap-siap buat sekolah lah dianya." Dimas Kusuma, kakak laki-lakinya merebut paksa ponsel adiknya.

"Woy, privacy kali. UU ITE ngerti ngga? Balikin Dim!" Nando bersungut sebal. Dimas yang tak ingin membuat kerusuhan pagi-pagi pun hanya menuruti ucapan adiknya. Sebenarnya untuk masalah privacy, Dimas sangat menghargai dan tidak langsung merebut ponsel adiknya bahkan teman-temannya sekalipun.

"Anggia namanya."

Dan sebenarnya remaja delapan belas tahun itu hanya ingin mengetahui nama gebetan adik laki-lakinya.

"Biarin bang, mending adiknya punya gebetan. Lah situ?" sahut Mira terkekeh geli. Dimas mencebikkan bibirmya sebal karena Mamanya membela adik laki-lakinya.

"Eh ma, Rara itu siapa ya?"

Dan pertanyaan tak terduga Dimas membuat remaja berwajah dewasa itu tersedak ludahnya sendiri.

"Cuma temen sekolahnya, bang." jawab Mira lembut.

Dimas mengetuk-ketukkan telunjuknya di dagu, berlaga seolah-olah sedang think so hard. "Tapi masa cuma temen sih ma, waktu itu temen kelas aku yang jadi PMR bilang kalo Nando mapah cewek yang namanya Rara ke UKS masa."

Dan semburat merah tipis terlukis di pipi Nando.

"Apaan!"

Dimas tersenyum menggoda, "Tambahan lagi yang pakling so to the sweet alias so sweet begete. Dimana pas Rara pingsan, anak Mama ini nih," Dimas menunjuk Nando dengan jempolnya. "malah nemenin Rara itu sampe tiduran di ranjang seberangnya."

Ga Peka Dih ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora