(3) Upacara Bendera

1.4K 62 0
                                    

03-Upacara Bendera

Kamu itu tiba - tiba dateng
Terus senyum - senyum gitu.
Tatapan kamu..
Teduh banget.

-----------------------

"Woy! Yang tinggi di belakang dong, kasian yang pendek tuh!" seruan tanpa dosa Rama membuat anak barisan depan menoleh ke arahnya. "Tuh, dia pendek. Kasian!" lanjutnya seraya menunjuk Dela—yang kebetulan sedang berdiri di sampingnya.

"Apa sih!" balas Dela seraya memukul bahu Rama kesal.

"Pacaran mulu berdua," Rara menyahut dengan jengkel. Kesel soalnya, mereka itu udah deket kayak orang pacaran padahal mereka cuma sahabatan. Paling kesel lagi kalo tau, ternyata mereka itu ngga ada PDKT-an sama sekali. Ngalir aja terus kayak air, ngikutin alur.

"Apa kabar sama Aura kalo Dela aja pendek?" sahut Aldo jahil.

Rara memukul bahu Aldo gemas, ingin sekali menjahit mulut ceweknya Aldo. Mulutnya itu ngga bisa dikondisikan gitu loh.

"Berisik!" seru Indah tajam. Dan entah kenapa, semua patuh sama anak itu.

***

"Jadi, barang siapa melanggar peraturan yang sudah ada di sekolah. Bapak tidak akan segan-segan member sanksi kepada kalian, mau anak presiden, gubernur, menteri.. semua sama. Peraturan tetap peraturan, terutama..... Ramadhan kelas XI IPA 3."

Sontak, seluruh murid menoleh ke arah Rama. Cowok itu malah melongo membalas tatapan seluruh murid yang bisa dibilang tertuju ke arahnya. Wajar saja, karena sedari tadi cowok itu asik ngobrol sendiri.

"Bapak sering dapet laporan kalo kamu suka telat, ngapain sih nak kamu itu?" Kepala sekolah gemas sendiri. "Oh iya, sekalian.. yang namanya Ramadhan mana?"

Lagi-lagi, pandangan mereka tertuju pada Rama dan cowok itu tetap saja tak paham dengan isyarat mereka.

"Ramadhan, XI IPA 3!"

Dan barulah setelah mendengar seruan kepala sekolah, remaja itu gelagapan dan tak lama setelahnya terjadi aksi saling dorong mendorong agar Rama maju ke depan.

"Ramadhan?"

Rama mengangguk polos.

"Ini kan ciri-ciri anak teladan?" tanya Kepala Sekolah pada Rama. Dan saking jujurnya, Rama mengangguk.

Tak sampai di situ, Rama melanjutkan. "TELAt Datang pulang duluAN."

Dan suara tawa berderai setelahnya.

***

Rara menatap langit sejenak namun pandangannya mengabur dan karena refleks, tangannya menyentuh bahu siswa di sebelah kanannya sebagai tumpuan sambil memejamkan matanya sejenak.

Nando menoleh ke sebelahnya setelah merasakan sebuah tangan bertengger di bahunya, sedikit menunduk untuk mengecek keadaan siswi di sebelahnya ketika melihat wajah pucatnya.

"Ra? UKS ya?" tanyanya pelan. Gadis itu menggeleng namun cengkeramannya semakin kuat. "Aura?" panggilnya pada gadis berambut kepang satu di sebelah Rara.

"Lo aja ya, ngga kuat mapahnya." jawabnya tanpa suara. Mengingat gadis di sampingnya itu adalah sahabatnya, mau tidak mau dia membantu memapah ke UKS. Apalagi wajah pucatnya, sok iya sih. Sok kuat.

###

"Eng-gh."

Suara Rara membuat Nando yang sedang tiduran di ranjang sebelahnya menoleh, gadis itu menatap Nando sekilas sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya.

"Ra? Tidur ya?" tanyanya kepo.

Rara berdehem kemudian memiringkan tubuhnya ke samping lalu membuka mata. "Kok?"

"Lo pingsan, sok kuat sih." ujarnya santai. "Tumben amat pingsan, pertama kali kan?"

Rara tak menjawab, dia hanya mengamati wajah Nando yang sedang menatapnya. Pandangan mereka bertemu, Nando menatap tepat pada manik mata gadis di hadapannya dengan intens.

"Tau ah, ngantuk." tukas Rara kemudian. Gadis itu buru-buru memejamkan mata sekaligus mengindari tatapan Nando, tanpa ada yang tau. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat.

Nando melirik ke arah Rara sekilas kemudian kembali memainkan ponselnya, Rara pura-pura tertidur menghindari kecanggungan antara dirinya dengan cowok di sebelahnya.

"Permisi, Rara ada?"

Suara bass seorang cowok terdengar di telinga Nando, tak lama setelahnya suara penutup gorden bagian Rara dan Nando terbuka.

"Lo berdua ngapain?!" Randy nyaris berteriak mendapati bankar Rara dan Nando bersebelahan. Bisa saja kan Nando ngapa-ngapain adeknya, pikiran orang ngga ada yang tau. Apalagi keadaan Rara yang belum sadar, bisa aja.. Buru-buru Randy menghilangkan pikiran negatifnya.

"Tadi udah sadar, terus tidur lagi." jelasnya walaupun Randy tak bertanya.

"Kok lo masih di sini?"

"Mapelnya pak Mamut, males gue. Sekalian deh nemenin adek lo," jawabnya kalem. "oh iya, nama gue Nando."

Randy mengibaskan tangannya malas. "Ngga nanya,"

"Dih, songong." komennya.

"Bodo amat." Randy menepuk pipi Rara pelan. "Makan dulu ya dek, perutnya kosong dari tadi pagi." ujarnya lembut.

Nando masih mengamati perlakuan Randy pada Rara, sebenarnya dia asal nebak aja sih kalau cowok yang lebih tua di atasnya ini kakaknya Rara. Dan ternyata, siapa sangka dia benar.

Oh oke, ini ngga penting.

Rara membuka matanya mendapati Randy yang berdiri di sebelahnya. "Mau roti aja."

"Ya udah, sama susu ya?" Rara mengangguk mantab. "Nan, titip jagain---"

"Ngga usah, biar gue yang ke kantin. Mau pesen apaan?" Nando memotong ucapan Randy. "Ngga usah sungkan, biasa aja." Lanjutnya.

"Roti sama Susu." Rara menjawab dengan lantang. Nando lantas mengangguk kemudian bangkit dari bankar hendak meninggalkan UKS.

"Nan," panggil Randy. Cowok itu lantas menoleh. "makasih." lanjutnya yang dibalas anggukan.

Diam-diam, Rara mengulum senyum. Bahkan ketika Nando sudah pergi pun, senyumnya tak kunjung luntur. Membuat Randy mengacak rambutnya gemas.

"Kamu suka sama dia ya?"

--------------------

Yeah, finally--

Dirombak sampe ke akar-akarnya. 

Gimana? Pendapat dan saran dong. Hehe

[25/2/17]

Ga Peka Dih ✔Where stories live. Discover now