Extra Part II

4.1K 297 33
                                    

Extra Part II

"Sayang makan dulu yuk." Aryani tampak memasuki kamar Aurellie, dan puterinya itu sedang duduk termangu di sebuah kursi di depan sebuah meja belajar miliknya.

"Nanti aja bunda, aku masih capek." Aurellie menoleh ke arah ibunya, sementara Aryani hanya tersenyum, lalu berbalik keluar dari kamar Aurellie.


Gadis muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokter spesialis ortopedi itu tampak mengamati sebuah foto, seorang pria muda dengan senyum menawan bernama Devan. Seorang pria yang enam tahun lalu ia tinggalkan begitu saja ke German untuk urusan pendidikan karena desakan sang ayah untuk mengambil jurusan kedokteran di universitas pilihannya. Sementara Marcello melanjutkan perjuagan Opung Doli dengan memilih masuk ke dunia militer.

Aurellie tampak mengenang kejadian saat pertama kali mereka bertemu.


Aurellie tampak sedang berjingkrak menikmati alunan musik saat dia tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan hampir roboh, untunglah tubunya ditopang oleh seorang pria yang berdiri di belakangnya.

"Sorry." Aurellie menoleh pada pria itu, dan tatapannya sempat terkunci beberapa saat, terpesona pada pria muda dengan kemeja kotak-kotak putih dan senyum menawan itu.

Sampai dia hampir jatuh kedua kali karena tertabrak orang di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai dia hampir jatuh kedua kali karena tertabrak orang di sekitarnya.

"Hati-hati." Pria itu tersenyum, menarik lengan Aurellie mendekat padanya.

"Thanks." Aurellie masih tampak sangat terpesona.

"Aurellie." Aurellie tampak menyodorkan tangannya pada pria muda di hadapannya sesaat setelah dia menemukan kembali kesadarannya.

"Devan."Pria muda itu membalas ulurang tangan Aurellie.

Dan mereka tampak menikmati musik bersama, Aurellie memutuskan untuk menjauh dari teman-temannya dan memilih menikmati musik bersama Devan tanpa banyak membuat gerakan.

Sampai konser usai mereka masih tampak bersama, sementara Aurellie kehilangan jejak teman-temannya.

"Yah, ponsel saya blank lagi." Arurellie tampak kebingungan melihat layar ponselnya mati.

"Pakai ponsel saya aja."Devan mengeluarkan ponsel miliknya.


Aurellie menekan beberapa nomor, tapi sepertinya tidak di jawab.

"Boleh sekalian tulis nomor hand phone kamu kalau nga keberatan." Devan begitu percaya diri.

"Oh, ok." Dan Aurellie yang sedari tadi tampak terpesona jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Kayanya mereka udah balik deh." Aurellie tampak pasrah.

"Jadi?"

"Ya udah saya balik sendiri jadinya."

"Kalau nga keberatan saya bisa anter kamu pulang."

"Serius?"

"Iya."

"Boleh."

Tak berapa lama mereka berada di tempat parkir, Devan menyodorkan sebuah helm pada Aurellie.

"Mas pecinta motor?"

"Enggak, ini karena belum kebeli mobil aja." Devan tersenyum pada Aurellie.

"Nga biasa naik motor ya?" Devan melirik ke arah Aurellie saat gadis itu membonceng di belakangnya.

"Pertamakali." Aurellie menjawab, dia melilitkan lengannya pada pinggang Devan.

"Maaf ya, saya takut jatuh." Aurellie sedikit berteriak karena mesin motor mulai meraung.

"Nga papa, emang harus pegangan kok."

***


Sesampai di rumah Aurellie yang cukup mewah, Devan tampak tidak berkecil hati.

"Saya harus ketemu orangtua kamu dulu, nga sopan kalau saya langsung balik." Devan meletakan helm yang tadi dipakai oleh Aurellie.

Aryani yang menyadari kedatangan puterinya segera membuka pintu utama, sementara diruanga tamu tampak Jo sedang duduk membaca koran meski ini sudah sangat larut.

"Sayang kok naik motor?" Aryani tampak begitu khawatir saat Aurellie berjalan ke arahnya diikuti oleh Devan.

"Selamat malam tante." Devan mengulurkan tangan pada Aryani dan disambut baik oleh wanita setengah baya itu.

"Masuk dulu yuk." Aryani mengajak mereka berdua masuk, Jo tampak berdiri saat mereka bertiga masuk ruangan.

"Malam om." Devan menyalami Jo, Jo membalas uluran tangannya meski tidak tersenyum.

"Bun, ajak Aurellie ganti baju dulu." Jo sengaja membuat situasi dimana dirinya akan menginterogasi pria muda di hadapannya itu.

"Iya yah, ayo, ganti baju dulu." Aryani membawa Aurellie naik ke lantai dua.


Jo berdehem menunjukan supremasinya.

"Siapa nama kamu?"Jo menatap tajam pada pria muda di hadapannya

"Devan om."Devan menjawab lugas.

Interogasi berlangsung deras "Oh, tinggal di mana?"

"Cempaka putih om." Jawab Devan singkat.

"Sama keluarga?"Jo menyipitkan matanya pada Devan

"Kost om."Devan menuduk.

"Keluarga kamu tinggal di mana memangnya?" Alis Jo bertaut.

"Jogja om."

"Oh, kamu kerja atau kuliah?"

"Kerja om."

"Kok bisa temenan sama anak saya?"

"Saya bukan temen Aurellie om, saya baru kenal tadi waktu kami nonton konser, kebetulan Aurellie ketinggalan temen-temennya, jadi saya anterin pulang, udah malem juga kasihan kalau pulang sendiri, bahaya." Devan menjelaskan.

"Terimakasih kamu sudah baik dan bertanggung jawab, tapi satu yang harus kamu tahu, anak saya masih SMA, jadi saya harap hubungan kalian tidak akan lebih jauh dari sekedar teman."

"Iya om."

Seketika Devan berpamitan karena Jo sudah membuat dia merasa tidak di inginkan di keluarga itu. Meski begitu semua tindakan Jo semata unntuk melindungi anak perempuannya, sementara Aurellie yang sedari tadi menguping pembicaraan tampak lari ke lantai dua, masuk ke kamar dan menangis.

Setelah kejadian itu, mereka berhubungan meski statusnya tidak jelas, mungkin mereka terjebak friendzone, tapi Devan jelas memberikan seluruh hatinya pada gadis SMA yang usianya terpaut enam tahun lebih muda darinya itu.

"Aurellie." Terdengar suara Aryani memanggil puterinya dari luar kamar, sementara Aurellie tampak terlonjak.

"Kamu jadi ketemu Devan malam ini?"Aryani masuk kedalam kamar.

"Iya bun, aku harus jelasin ke mas Devan, kalau surat yang aku titip sama pak Udin soal alamat sama kontakku selama aku ke German nga pernah sampai di tangannya karena Ayah simpen surat itu sampai sekarang." Aurellie tampak berkaca.

"Ayah cuman pengen kamu fokus sama kuliah kamu, karena kuliah di jurusan kedokteran itu berat sayang, dan kamu harus fokus."

"Aku ngerti, aku nga marah sama ayah kok. Tapi aku mau coba perbaiki hubunganku sama mas Devan."

"Ok, tapi kamu harus siap untuk semua resiko ya. Sudah enam tahun berlalu, mungkin saja dia sudah memiliki kekasih atau bahkan isteri." Aryanni memeluk puterinya itu. Sementara Aurellie tampak terisak di pelukan sang ibu.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang