BAB 8

2.9K 220 11
                                    

BAB 8


Tak lama setelah Serena keluar dari ruangan Jo, terlihat Jo juga keluar dari ruangannya.


"Saya mau ke Rutan Pondok Bambu, ada janji ketemu klien hari ini di sana."Jo sempat berhenti sebenar di depan meja Serena.


"Baik pak." Serena berdiri dengan gugup.


***


"Pada tahu nga sih, ada tempat makan yang eksklusif tapi nga kaku? Si bos minta cariin ni, doi mau kencan kali. Gue nga ada referensi." Tulis serena. Dengan bangga dia share pesan itu di local Chat.


Tak butuh waktu lama untuk mendapat balasan dari rekan-rekan kantornya. Biasa, cewe-cewe biang rumpi cepet banget nyambernya.


"Eh lu yakin si bos kagak salah minum obat?" balas Tuti.


"Gilingan, ya kali si bos mau kencan?" balas Winda.


"Gue baru tahu kalo bos kita doyan pereeeee.. perempuan maksud gue." Tulis Anesty.


"Gilak, pengen gue jambak-jambak tu cewe kalo ketemu. Gue tiap hari mejeng di depan bos kagak pernah di tengok sekali juga, ini tau-tau mau makan malam aja." Tulis Vanesa.


"Iya, pak Bos malah minta di pesenin mawar merah segala tauuuuu." Balas Serena


"Kerja-kerja "Balas Pak Pio, pengacara senior.


Serena yang tadinya nyengir-yengir baca balesan temen-temen ceweknya jadi panik. Pak Pio kok bisa tahu sih, ini kan pesan yang di share di group rumpi, kok pak Pio ada?


Mata Serena terbelalak, ternyata dia salah Klik. Dia share di all contact "Oh My God." Dia langsung super panik. Semu orang bisa baca messagenya termasuk bosnya. Karena local chat ini sudah di setting di ponselnya Jo karena dia lebih sering di luar kantor daripada di dalam kantor. "Mati gue." Serena makin terkejut karena mendapat telepon dari Jo.


"Aduh, angkat nga ya... ????" dia gemetaran karena ponselnya terus bergetar, dilayar muncul tulisan "BIG BOSS." Jika Jo menelepon ke ponsel itu tandanya sangat urgent. "Habis lo serena, habis, habis lo." Akhirnya Serena mengangkat telepon Jo.


"halo." Bentak Jo.


"I... Iya pak." Serena menelan ludah dengan susah payah.


"Diatas meja saya ada map warna kuning, didalamnya ada satu lembar dokumen, tolog kamu scan terus email ke saya sekarang."


"Ba...baik pak." Serena melepas nafasnya, untung si bos belum baca chatnya. Tapi bagaimana kalau sampai baca?????


Serena segera meletakan ponselnya di meja, lalu berlari ke ruangan bos dan mengambil berkas itu, dia segera men-scan kertas itu dan mengirimnya by email pada sang Big Boss. Dari tadi lampu indikator chat menyala, tandanya ada pesan yang belum di baca. Serena segera membukanya


"Saya tidak suka karyawan saya membicarakan saya di belakang saya. Apalagi soal pribadi."


"MAMPUS GUEEEEEE..." Serena merosot ke kursinya. Akhirnya Big Boss baca juga chatnya. Tapi kenapa dia nga singgung saat telepon minta email tadi ya??? Habis gue kena omel sama bos nanti pas dia balik.


***


Sementara itu Jo sempat di buat tersenyum-senyum sendiri saat tiba-tiba ada notifikasi pesan baru mucul di ponselnya. Dia segera membukanya dan ternyata karyawannya yang mayoritas perempuan sedang membicarakan dirinya.


"Kek manalah orang-orang ini? Kerjanya ngomongin orang, bosnya pula." Gumam Jo dalam hati.


"Kenapa pak? Kok senyum-senyum sendiri?" pak Udin, supir Jo nga mau ketinggalan berita.


"Enggak, saya di gosipin di kantor sama anak-anak."Jo tersenyum, menggeleng.


"Saya sering dengar juga pak." Pak Udin nyengir kuda


"Apa dibilang mereka pak?"


"Bapak ganteng, tapi galak, udah gitu nga punya pacar."


Jo terbahak mendengar kalimat polos pak Udin.


"Emang bapak belum punya pacar pak?"


"Pak Udin mau korek-korek berita dari saya, terus nanti ikut ngomongin saya sama mereka?"


"Enggak sih pak, kadang saya suka di tanyain, bingung jawabnya."pak Udin tersenyum, melirik kearah Jo melalui spion depan, sejurus kemudian fokus kembali ke jalanan.


"Suruh aja nanya sama saya."Jo tampak menahan senyumnya.


***


Setelah jam makan siang lewat Serena kembali duduk di mejanya, dan Jo tampak sudah datang, melewati Serena tanpa menoleh. Mereka sama-sama kikuk, Serena jelas ketakutan akan diomeli, sementara Jo begitu malu bertemu dengan para karyawannya. Dia bahkan baru tahu bahwa mereka mengidolakan dirinya selama ini. Tak hanya Serena, karyawan lain yang ikut nimbrung di chat itu juga jadi kucing-kucingan sama Jo. Tapi sayang, beberapa sempat terjebak satu lift bersama Jo saat dia naik tadi, dan mereka juga naik setelah makan siang. Jo berusaha menahan diri agar tampak berwibawa, meski mereka tampak gusar dan cenderung kisruh menyembunyikan diri masing-masing.


"Serena keruangan saya." Perintah Jo melalui local chat. Seperitnya Serena jadi sedikit pobhia dengan local chat itu sekarang. "Baik pak." Balasnya.


Dia tampak ragu-ragu memasuki ruangan Jo.


"Serena, kamu adalah sekretaris, kamu tahu artinya sekretaris?"


"iya pak."


"Secret, itu artinya rahasia. Saya percayakan semua rahasia saya sama kamu, tapi kalau kamu nga bisa keep secret saya jadi mikir untuk memepertahankan kamu di posisi itu."


"maaf pak." Serena tampak ketakutan.


"Ok, lain kali saya nga mau ini terulang lagi. Zero tolerance." Bentak Jo.


"Baik pak." Serena gemetaran.


"Ok, itu saja."


"Permisi pak." Serena segera keluar dari raungan bos nya itu. Saat dia kembali, Jo mengirim pesan melalui local chat itu lagi " Saya suda book tempat makan sendiri, kamu nga perlu cari lagi." tulisnya.


"Baik pak." Balas Serena.


Jo segera sibuk dengan telepon pintarnya. Dia mengirim pesa pada Aya " Saya jemput kamu jam enam ya, saya baru keluar kantor jam lima." Tulis Jo.


Sepersekian detik kemudian pesan itu diterima oleh Aya, bagitu sumringahnya Aya mendapat pesan dari Jo "Ok Bang." Balasnya segera. Tak hanya Jo, rupanya Aya juga tak begitu konsen dalam bekerja hari ini.


Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang