BAB 41

2.6K 266 30
                                    

BAB 41


(Jonathan POV)


Aku sedang memasang dasiku di depan cermin ketika mamak tiba-tiba masuk ke kamarku. Aku menoleh kearah mamak, sementara tangan keriput itu meraih juntaian dasiku dan mengikatnya. Aku bersyukur beliau masih ingat cara mengikat dasi, meski aku yakin dasi terakhir yang dia ikat adalah untuk almarhum bapak. Tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja.


"Bah kenapa mamak rupanya?" Aku menghapus air mata mamak dengan ibujariku. Bagiku haram hukumnya membuat air mata mamakku ini jatuh, tapi toh aku sudah melakukannya saat aku berjuang mempertahankan pendirianku untuk tetap menikahi Aryani, gadis berdarah jawa yang begitu ku gilai, kucintai dengan seluruh hidupku.


"Ini terakhir mamak ikat dasi kau, anak bandal mamak. Nanti isteri kau lah yang akan ikat dasi kau?" Mamak merapikan dasi ku, kemudian berjalan meraih jasku yang tergantung di dalam lemari pakaian.


"Bah, masih bisalah mamak ikat dasiku walaupun aku sudah jadi suami orang nanti."Aku berkata sambil merapikan kancing lengan panjangku.


"Baik-baik kau nanti, kuatlah rumahtanggamu, jaga isteri dan anak-anakmu, cam bapak kau kasih contoh." Mamak membantuku memasangkan jasku, meski aku harus sedikit menunduk. "Iya mak." Rahangku mengeras, kalimat mamak membuatku terharu. Ini benar-benar jadi hari emosional bagiku.


"Bagus-bagus kau jalani rumahtanggamu, mamakmu ini hanya bisa bantu doa ke kau. Supaya lancar rejekimu, panjang umurmu, dan bisa kau jadi suami dan bapak yang baik." Mamak menepuk-nepuk pundakku. Aku berdehem untuk menetralkan diriku, aku benar-benar hampir menangis diperlakukan sedemikian rupa oleh mamak "Iya mak." Tapi aku berusaha menahan diriku untuk tidak mengangis.


Kupeluk mamak, dan kurasakan tubuh mamakku bergetar menahan tangisnya "Bah, jangan nangis lah mak, luntur semua bedak mamak nanti."aku berusaha menghiburnya.


"Kau ini bah, anak bandal mamak akhirnya menikah juga." Mamak mengusap wajahku dengan tangan keriputnya "Dari abang-abang kau, kaunya paling melawan mamakmu ini, tapi mamak sayang kali ke kau." Sekali lagi mamak memelukku.


"Jo juga sayang sekali ke mamak, lebih dari apapun."aku mengusap lengan mamak.


"Bah rusaknya sanggul mamak nanti."


"Iya iya.... sudah cantik kali di buat sayang kalau rusak sekarang." Mamak segera teringat dengan sanggulnya.


***


Semua anggota keluarga sudah siap dengan jas dan kebaya terbaik mereka untuk acara pernikahanku. Rasanya dadaku sedikit sesak, ada perasaan campur aduk dalam hatiku yang tidak bisa kuartikan.


"Mak, mamak ikut mobilku aja lah ya."Aku mendekati mamak yang sedang sibuk bicara dengan kakak iparku.


"Bah, nangis terusnya mamak nanti kalau semobil sama kau. Mamak ikut abangmu aja lah."


"Gitu ya?"


"Jo selamat ya." Kak Norma memberiku ucapan selamat sambil merapikan korsaseku, dia adalah isteri dari abangku yang paling tua.


"Makasih lah ya kak."


"Iya."


Semua keluarga masuk kedalam mobil, dan Erick yang kebetulan adalah salah satu staf di kantor bermarga Sihombing ikut dalam rombongan dengan mobilnya. Dia bertugas sebagai penunjuk jalan.


Setelah semua mobil pergi, aku berjalan menuju mobilku, mobil yang biasanya hanya terparkir di tempat parkir di rumahku. Sebuah Audi RS7 berwarna hitam.


"Pak Udin." Aku menepuk bahu pak Udin, dia menoleh, tapi tatapannya padaku sama seperti saat mamak menatapku, oh please pak Udin jangan sekarang.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang