BAB 43

2.6K 290 52
                                    

BAB 43


Author POV


Demi kelancaran acara Aryani dan keluarganya sengaja sudah menginap di hotel Shangri la, sementara sebagian keluarga dan kerabat Jo juga menginap di sana, menyisakan mamak yang tetap ingin menginap di rumah mempelai pria yang adalah puteranya sendiri.

"Jo." Mamak tampak masuk kedalam ruangan saat Jo sedang berbaring di sofa dengan siku sebagai sandara kepalanya, terlihat sangat santai dengan celana pendek super pendek berwarna putih dan kaos oblong berwarna senada.

"Ya mak."Jo bangkit dari posisinya, "Eh, tak usahlah. Mamak Cuma sebentar aja."

"Kek mana kau?" Mamak memilih duduk di dekat kaki Jo, tangan kerpiutnya itu memijit betis puteranya itu.

Alis Jo bertaut "Apanya mak?"

"Perasaan kaunya maksud mamak?"

"Biasa aja."jawabnya singkat

"Yang gugup kau?"

Jo berdehem kemudian menjawab singkat "Sedikit."

"Habis banyak uang kau marpesta di sana sini? Jo pada akhirnya tahu kemana arah pembicaraan mamak.

"Kenapa rupanya mamak tanya kek gitu?"

"Cuma tanya saja mamak ini."

"Mak, uang bisa di cari. Yang penting buat Jo, mamak senang, calon isteriku senang, calon ibu mertuaku juga senang." Jo akhirnnya menarik kakinya dan membuat posisinya duduk.

"Bah semua kau yang keluarkan uangnya?"

"Buat apalah Jo cari uang siang malam kalau bukan buat di habiskan mak?"

"Kasihan kali lah kau nak."

"Enggak, Jo ngak mau hitung-hitungan soal ini mak." Jo bangkit dari tempatnya duduk "Ada lagi yang mau mamak bilang? Jo mau mandi." Ini jelas salah satu trik untuk menghindari mamak dengan semua pembahasan tentang keuangan.

"Ya sudahlah, mandi kau sana, terus istirahat, besok kau harus bangun pagi-pagi."

"Iya mak."

Jo menutup pintu dan kembali merebahkan dirinya di Sofa, meraih telepon pintarnya melihat foto dirinya bersama wanita yang dalam hitungan jam akan segera dia peristri.

"Saya masih nga percaya kalau kamu itu dokter gigi yang galak itu." Jo bergumam, bayangannya kembali ke masa itu. Kemudian bayangan saat pak Piere mengeluarkan kertas berisi surat dari Letnan Kustoyo.

Jo menarik nafas dalam "Pak, Jo sudah ikuti kemauan bapak." Jo kembali bergumam. "Bapak bangga sama Jo sekarang?" matanya sedikit berkaca.

"Terimakasih sudah memperkenalkan Aryani sama Jo pak, Jo yakin, ini semua berkat doa dan restu bapak." Jo kembali bergumam, begitu emosional ketika dia mengingat almarhum bapaknya. Semasa hidup beliau, keinginnan Jo selalu berseberangan dengan keinginan beliau. Dan sekarang pertama kali Jo mengambil langkah besar dalam hidupnya yang sesuai dengan keinginan bapaknya, tentang pasangan hidupnya.

Tiba-tiba ponsel Jo bergetar.

"Kesayangan." Tulis Aya.

"Kesayangan." Balas Jo segera.

"Saya gugup." Balas Aya lagi, tapi Jo berpikir sejenak, dia tidak ingin calon isterinya tahu bahwa dia juga sangat gugup sebenarnya.


Tulis Jo "Kenapa?" Kemudian dia menekan tombol send.

"Mikirin besok." Balas Aya.

Jo tersenyum, sepertinya ada ide gila di kepalanya yang siap dia tuangkan dalam bentuk tulisan "Jangan dipikirin, pikirin aja KEJADIAN SETELAH PESTA SELESAI." Dia menaikkan alisnya, sekali lagi tersenyum setelah jarinya menekan tombol send.

"Apa?" Dengan begitu polos Aya menjawab, padahal dia juga sedang berpura-pura polos, dia bahkan sudah merona ketika membaca pesan dari Jo tentang "KEJADIAN SETELAH PESTA SELESAI"

Jo menarik nafas dalam " APA SAYA HARUS JELASKAN DETAILNYA?" Jo menulis dengan huruf besar tanda bahwa dia kesal saat ini.

Aya tersenyum, dia bahkan tertawa kecil menatap layar ponselnya "Jelasin dong, jangan bikin saya penasaran." Aya jelas sengaja menggoda Jo.

Jo benar-benar jengkel sekarang, dia berharap Aya akan cepat tanggap tentang apa yang akan dia bahas, tapi sayangnya tidak. Meski dia tidak tahu bahwa Aya mengerti betul maksud dan tujuan Jo membahas kejadian setelah pesta selesai.

Jo meremas rambutnya, dia berpikir bagaimana harus menjelaskan pada Aya.

"Teknisnya besok pemberkatan di lanjutkan resepsi di hotel Shangri La sampai jam sembilan malam, nah lusa kita terbang ke Jogja untuk resepsi, dua hari setelah itu kita ke Medan untuk Mangadati." Tulis Jo, dia menekan tombol send dengan sedikit jengkel.

Aya terlihat menahan senyumnya menerima balasan dari Jo "Terus?" dia sengaja memancing emosi Jo lebih dalam.

Jo bangkit dari posisinya berjalan ke arah ranjang, "TERUS KAMU PIKIRIN SENDIRI. Ada waktu kosong diantara tiga acara itu, KITA MAU NGAPAIN???" Jo semakin kesal, dia menekan tombol send dan melempar ponselnya ke ranjang.

Aya terbahak menerima balasan dari Jo. "Saya nga ada ide, abang mungkin ada ide?" Aya semakin membabibuta dengan kepura-puraannya.

"ADA." Balas Jo cepat.

"Apa? Balas Aya.

Jo menggeleng, tidak percaya pada kebodohan Aya dalam hal yang ia maksudkan itu, "Menyiksa (tanda petik) kamu SECEPATNYA!!!"

"WOW." Balas Aya.

"Jangan pura-pura lagi, saya tahu kamu ngerti maksud saya dari tadi. JADI SIAPKAN DIRI KAMU." Tulis Jo.

Aya tertawa, tapi jarinya terus bermain dengan layar sentuh ponselnya "Apa yang harus saya siapin?"

"PAKAIAN YANG MENARIK (karena saya suka sesuatu yang berani jadi saya beri kamu masukan, warna merah mungkin cocok) TIDAK RUMIT (saya bukan orang yang sabaran, jadi saya sarankan jangan memakai sesuatu yang sulit di buka)" Tulis Jo, dia menekan tombol send, kemudian melemparkan dirinya di ranjang.

"WOW." Balas Aya, dia kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka bahwa pada akhirnya akan membahas hal ini bersama pria kaku yang akan segera menjadi suaminya. Dan dia juga baru menyadari bahwa Jo bukan pria tidak berpengalaman dan tidak berselera. Dia tahu betul apa yang dia inginkan.

Alis Jo bertaut kemudian dia mengetik dengan cepat "Kenapa WOW?"

"Saya baru sadar bahwa abang tahu banyak hal tentang "ITU" emotikon mata berbetuk hati" tulis Aya, dia jelas menggoda Jo.

" Asal kamu tahu, pria berkacamata tebal yang kerjanya baca buku, kelihatan kuper juga tahu kalau soal "ITU" apalagi saya." Balas Jo.

Aya menelan ludahnya "Saya jadi takut, emotikon menjulurkan lidah."

"Takut ketagihan?" balas Jo.

"Wah anda nakal sekali pak pengacara." Tulis Aya.

Jo menggelengkan kepalanya "Kita lihat nanti bu Dokter, siapa yang lebih nakal, saya atau anda?"

"SAYA???? Ngak mungkin." Balas Aya.

"We'll see." Balas Jo singkat.

Aya menggeleng "Stop pak pengacara, pikiran saya jadi kacau gara-gara anda." Balas Aya lagi.

"Saya hanya berusaha mengalihkan perhatian kamu dari rasa gugup." Balas Jo.

"Jadi semua tadi nga serius?"

"SERIUS." Tulis Jo. "Jadi mulai sekarang silahkan BERSIAP bu dokter."dia mengirim sekali lagi pesan singkat untuk Aya meski dia belum sempat mendapat balasan.

"Hufttttt emotikon memutar mata."

Jo menekan tombol panggil "Halo."

"Hai." Aya terdengar canggung.

"Saya serius soal warna merah, dan sesuatu yang mudah di buka."

"Em.." Aya tidak bisa berkata-kata.

"Yaudah selamat malam."

Jo menutup teleponnya tanpa peduli pada Aya da responnya.

TBC


Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang