BAB 46

2.9K 305 31
                                    

BAB 46
(Pukul 07.30 di hotel Shangri La - Suite Room)

Aya tampak baru selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan piyama mandi, dan handuk membungkus rambutnya. Satu babak semalam di susul dengan serangan fajar membuat benteng pertahanan Aya compang-camping. Satu kata untuk rasa nyeri yang tersisa "DISASTER". Meski begitu ketika melihat Jo tertidur dengan terbungsuk selimut, posisi tbuhnya tertelungkup, kepalanya miring ke sisi kiri, dengan begitu pulasnya membuat semua yang dirasakan Aya seolah "WORTH"

Aya meraih pakaian yang akan dia pakai dari dalam koper, mereka bahkan belum sempat merapikan koper yang di bawa. Saat Aya berhasil membuka rit sleting koper dengan begitu hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang mengganggu Jo, pria itu justru terbangun, menoleh ke arah Aya.

"Udah mandi?" Suara Jo membuat Aya hampir terpental dari tempatnya karena terkejut. Aya memejamkan matanya, tidak siap untuk menatap Jo, striker handal yang berhasil membuat dirinya harus menanggung akhibat dari keberanian yang tidak disertai dengan kemampuan yang cukup.

"Kenapa kaget gitu?"Jo melanjutkan pertanyaannya, dan Aya akhirnya menjawab "Enggak." Dia menggeleng lemah. Andai Jo tahu bahwa pesan singkatnya yang dia tulis beberapa hari lalu tentang "SEGERA MENYIKSA" itu benar-benar terjadi, terasa seperti siksaan, mungkin dia akan berpikir dua kali untuk melakukan serangan fajar tadi. Aya memejamkan matanya, bergidik ngeri mengigat kejadian tadi subuh.

Aya segera menarik T-shirt juga celana Jeans kemudian bergegas kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan mengeringkan rambutnya. Saat dia tengah sibuk mengeringkan rambut, terdengar Jo mengetuk pintu.
"Saya masuk ya." Suaranya terdengar beberapa detik sebelum akhirnya pintu terbuka.

"Oh kenapa makhluk ini mengikutiku kemanapun aku pergi?" gumam Aya dalam hati, ada perasaan campur aduk, antara bahagia, tapi juga sedikit kesal karena dia praktis kehilangan seluruh privasinya.

***
Setelah sarapan, Jo dan Aya kembali kekamar.

"Mau kemana kita?" Jo menatap pada Aya yang sedang sibuk mencari sesuatu dari dalam kopernya.

"Belum tahu." Aya berbalik saat menemukan ikat rambutnya, dia segera megikat rambutnya menjadi ekor kuda.

"Jalan-jalan pasti macet." Jo mengerucutkan bibirnya, sementara Aya menelan ludah "Oh please kita keluar dari tempat penyiksaan yang nyaman ini, saya belum siap untuk serangan berikutnya." Batin Aya.

Jo berjalan ke arah ranjang, tempat dimana Aya duduk sekarang, dia mengeluarkan dompet, juga ponselnya. Meletakan dompet dan ponsel yang sudah dalam keadaan aktif di dekat Aya.

"Apa?" Aya menatap bingung ke arah Jo.

"Kamu bisa periksa."

"Buat?"

"Ya buat tahu isinya." Jo berjalan ke arah toilet, dan saat dia kembali dia masih melihat ponsel dan dompetnya dalam keadaan seperti semula. "Kamu bisa tahu apa yang pengen kamu tahu."

"Enggak, ini kan privasi." Aya masih kebingungan.

"Buat saya nga ada privasi antara suami dan isteri, karena kebanyakan masalah rumahtangga berawal dari kata "PRIVASI" yang di gunakan masing-masing pasangan untuk berbuat curang di belakang pasangannya." Jo menjelaskan sambil sekali lagi membuka kunci ponselnya dengan sidik jarinya. Sementara Aya terbengong-bengong dengan pemikiran pria di hadapannya.

"Saya sering jadi pengacara perceraian, dan kebayakan alasannya juga adalah karena salah satu melanggar privasi." Jo menjelaskan sambil mengambil posisi duduk menghadap Aya, menyodorkan ponselnya.

"Bukannya banyak data menyangkut kerjaan abang di sini?"

"Ya, secara garis besar kamu harus tahu. Saya nga minta kamu lihat detailnya, karena nga perlu juga, kamu lihat apa yang pengen dan bisa kamu lihat."
Aya menyipitkan mata kearah Jo "Apa saya juga harus kasih lihat handphone saya ke abang?"

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang