BAB 50

2.8K 250 75
                                    


(Aya POV)

Hari ini tepat sepuluh tahun pernikahan kami. Dan aku duduk sendiri di balik meja kerjaku, di rumahsakit, jam kerjaku berakhir, tapi ini kali pertama aku tidak ingin cepat pulang. Tidak ada aniversary lagi sejak dua tahun terakhir.


Kuraih sebuah buku catatan yang di hadiahkan suamiku di aniversary kami yang pertama. Saat kubuka halaman pertama kutemukan foto kami berdua, dengan kostum super rapih, nyala lilin, kado, makan malam romantis, tapi yang kulihat bukan semua itu, pandanganku fokus pada senyumnya, yang dua tahun terakhir hampir tidak pernah kulihat lagi.

Berttttt..... Berttttt.....

Ponselku bergetar, sebenarnya aku sudah tahu siapa yang mengirim pesan dan apa isinya, karena hampir setiap hari aku menerima pesan singkat dengan isi yang sama "Saya pulang terlambat malam ini." dan bernar saja, saat kubuka itu pesan singkat darinya, aku tidak melanjutkan membaca. Kumasukan kembali ponselku kedalam tas.

Pandanganku kembali fokus pada note yang ada di tanganku. Kubuka lembar berikutnya, ada tulisan tangannya yang super rapi.


"Tulislah sesuatu yang ingin kau ingat sampai seumur hidupmu, tentang kita. Karena ketika kita menua dan pikun, anak-anak kita akan membuka note ini dan membantu kita mengingat semua moment kebersamaan kita."

Dia juga menyertaka sebuah foto kami, lagi-lagi foto di caringin tilu, dengan caption "Our First Photograph " kemudian di bawahnya di tulis "When the story begin" dan di bawahnya di tulis lagi "Your handsome husband" dan di bawahannya lagi tertulis "You are my love, and will always be, nomatter what." Saat aku membaca kalimat terakhir, air mataku menetes seketika. "Is that right?" aku bertanya pada foto pria di sampingku, yang tersenyum begitu tulus, kuusap foto itu dengan ibu jariku, sekali lagi aku bertanya pada foto itu "Is that right?" dan tiba-tiba tangisku tak terbendung lagi.

"Tidak Aryani, sudah cukup menangis, sudahlah, legowo ndok. pulanglah." Suara itu seperti berbisik lembut padaku, seperti suara almarhum ibu.

"Bu andai ibu tahu, betapa berat Aya menghadapi semuanya sendiri tanpa ibu." Aku menjawab suara itu.

"Ibu mendoakanmu selalu, sudah ndok, pulanglah. Kamu harus belajar berdamai dengan dirimu sendiri." Suara itu menjawab lagi.

Kuhapus air mataku, aku menutup buku itu dan kumasukan kedalam tasku. Aku bergegas keluar dari rumah sakit yang tidak pernah tidur, selalu ada pasien dan tenaga medis berlalulalang.

Kuputar kunci mobilku, dan mesinnya menyala halus. Kunyalakan playlistku, dan lagu yang pertama di putar adalah lagu dari Celin Dion, lagu lawas, sudah sangat lawas, tapi pertama kali aku jatuh cinta pada lagu ini adalah sejak aku menonton film Titanic yang di putar di TV waktu aku masih remaja. Bagiku film itu seperti film sepanjang masa, dan soundtracknya juga tetap bertengger di playlistku meski sekarang sudah begitu banyak lagu-lagu yang lebih modern bermunculan.

"Everytime i see you,....." aku menikmati suara merdu wanita itu, entah sudah berapa usianya sekarang. Kuputar kemudi, lalu kubawa mobilku keluar dari parkiran rumahsakit.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi klakson dari kendaraan besar yang mungkin jaraknya tidak terlalu jauh, saat aku menoleh ke kiri, kulihat kepala mobil itu tepat berada di sisiku. Aku hanya bisa berteriak, saat mobilku terdorong dengan sangat brutal, berguling, guling.

Aku tidak merasakan apa-apa, karena semua terjadi begitu cepat. Aku hanya merasa semua sunyi, tidak ada keramaian, tidak ada kemacetan yang baru saja terlihat di depan mataku saat aku keluar dari Parking Gate rumahsakit. Semua gelap, sunyi, diam, aku bahkan tidak bisa merasakan tubuhku.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang