BAB 32

2.7K 242 83
                                    

BAB 32


"Halo" Suara seorang wanita muda begitu ramah terdengar di sebreang telepon.


"Halo mba Arva." Aku membalas.


"Jadi ketemu hari ini?"


"Iya mba, tapi mungkin agak sorean ya, soalnya calon suami aku baru bisa sekitar jam lima'an."


"Oke nga papa. Tempatnya tetep kan?"


"Iya mba, nga ada perubahan kecuali jamnya aja di mundurin sedikit."


"Oke deh, see you ya."


"Ya mba, bye."


Segera kututup ponselku, dan Manda memanggil pasien berikutnya. Hari ini tidak banyak pasien, jadi aku bisa sedikit meluangkan waktu untuk memikirkan rencana pernikahan kami. tanggal sudah di tentukan, 17 Desember 2017. Acara akan di helat di Jakarta, untuk mengambil jalan tengah. Meski begitu, tetap akan di adakan resepsi di Jogja dan Medan dengan dua versi, Batak dan Jawa. Tapi untuk pemberkatan kita akhirnya memilih International, itu demi menghargai keduabelah pihak agar tidak ada yang merasa di diskreditkan. Oh istilah yang kugunakan sudah semakin rumit sejak aku menjalin hubungan dengan seorang pengacara.


Kami sudah memutuskan untuk acara di Medan, semua di bawah kendali calon mertuaku, ya tentu saja itu sudah mutlak hukumnya. Sementara untuk acara di Jogja ibuku akan berkolaborasi dengan tante Widya dan mas Danu juga Mbak Arum isterinya untuk semuanya. Semetara untuk pemberkatan dan resepsi di Jakarta kami memilih WO. Aku tahu ini memakan biaya yang tidak sedikit, tapi Bang Jo memutuskan untuk melakukan semua itu demi semua pihak. Mengapa acara inti juga di helat di Jakarta, karena dia juga memiliki kehidupan sosial yang luas di Jakarta, jadi rekanan, kolega, kliennya dan sanak kerabat lebih mudah menghadiri acara kami jika diadakan di Jakarta, aku juga sudah pernah cukup lama tinggal di Jakarta, jadi teman-temanku juga banyak yang berdomisili di Jakarta.


Soal WO, awalnya Dokter Caecilia yang menginformasikan padaku, dia juga belum lama menikah dibantu oleh jasa Wedding Organizer milik mba Arva. Dan hasilnya memuaskan. Aku sudah pernah bertemu dengan mbak Arva sang pemilik WO sekitar dua atau tiga kali. Dan aku merasa dia bisa memahami kliennya dengan baik. Meski kami bertemu sekitar tiga kali tapi belum ada pembahasan teknis soal rencana pernikahan kami, karena bang Jo baru bisa bergabung dengan kami sore ini rencananya.


***


"Kesayangan." Dia membuka suara saat aku menggeser tombol terima di touchschreen telepon pintarku. Kurasa dia sudah mulai terbiasa mengatakannya.


"Kesayangan." Balasku.


"Saya sepuluh menit lagi sampai, tapi diantar pak Udin, nga papa kan?"


"Iya nga papa, sama aja kok." Dia selalu berpikir untuk menyetir sendiri mobilnya ketika kami bersama, ya tentu saja dia tidak ingin pak Udin melihat semua yang bisa kami lakukan jika kami hanya berdua saja di dalam mobil "Saya siap-siap dulu kalau begitu."


"Ok."


"Bye Kesayangan."Lanjutnya.


"Hati-hati."


"He'em."


"Bye."


Kami mengakhiri panggilan, dan aku segera bersiap. Dia tidak perlu menjemputku ke ruang praktek, aku yang akan menuggu di luar loby. Benar saja, saat aku sampai di luar lobby, mobil hitam mengkilat itu datang.


Aku segera bergabung dengan Bang Jo di bangku penumpang.


"Selamat sore pak Udin." Sapaku ramah.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang