Part 37

965 45 14
                                    

KAYLA POV
Ku pandangi penampilanku sekali lagi di cermin apartemenku. Setelah hampir satu jam berpikir baju apa yang ku kenakan untuk hari pertama ku kuliah, aku pun memilih setelan biru pastel, cardigan rajut coklat muda, celana jeans putih, serta slip on abu-abu. Aku tidak tahu pakaian seperti apa yang pantas untuk digunakan saat kuliah. Selama di Indonesia, selama masa sekolah, aku selalu diharuskan menggunakan seragam sehingga tidak pusing setiap harinya ingin berpakaian seperti apa. Sekarang, giliran boleh berpakaian bebas seperti impianku dulu, aku malah pusing sendiri dengan semua pakaianku.

Setelah memastikan penampilanku baik-baik saja, aku mengambil tas yang sudah kusiapkan dan kunci apartemen lalu keluar dari gedung apartemenku. Transportasi yang ku gunakan untuk menuju universitasku hanyalah sepasang kaki saja. Tidak berniat menggunakan kendaraan umum, hanya buang-buang uang jika aku selalu memakai kendaraan umum setiap hari hanya untuk menuju universitasku.

Setiap langkah yang ku lalui membuat jantungku semakin berdebar tak karuan. Aku takut, jujur saja. Aku tidak pernah melalui pendidikan di negara orang seperti ini. Aku takut mereka tidak bisa menerimaku. Mungkin hanya overthinking saja, tapi itu membuatku cukup gugup sekarang.

Selama berjalan, jelas aku berpikir tentang hidupku. Tak pernah ku sangka aku bisa benar-benar hidup di dalam mimpi yang dari dulu ku dambakan. Pikiranku langsung menjalar pada teman-temanku sekarang. Dulu aku bisa bertemu dengan mereka setiap hari dan tanpa ada pengorbanan apapun, sekarang? hanya bisa berkomunikasi lewat teknologi saja.

Mungkin banyak yang bertanya bagaimana perasaanku sekarang. Ternyata putusnya aku dan Jeje tidak berdampak drastis untuk hubungan kami. Aku dan dia masih saja terus berkomunikasi walaupun memang tidak sesering dulu. Dan untuk Kafka, entahlah apa kabarnya dia disana, dia tidak pernah menghubungiku lagi, mungkin sudah bahagia bersama Anika. Aku turut bahagia.

Pemikiranku terhenti saat gedung universitasku sudah kelihatan dari tempat ku berdiri sekarang. Ku mantabkan langkahku dan mulai melihat ke sekeliling. Banyak anak yang sama sepertiku, hanya memanfaatkan sepasang kaki untuk menuju kampus, tak jarang juga yang menggunakan sepeda dan kendaraan pribadi lainnya.

Kami dikumpulkan di sebuah hall dengan ukuran besar di daerah belakang kampus. Kerumunan anak-anak menyambutku saat kakiku melangkah memasuki hall. Ku perhatikan wajah mereka, ada Asia, ada bule, ada Arab, dan banyak lainnya. Mungkin ini juga salah satu perbedaan terbesar selama hidupku. Aku akan berteman dengan penduduk dari negara lain juga, bukan hanya terbatas dari Indonesia.

Setelah berdiri tak lama, beberapa anak menggunakan jas seragam pun masuk ke hall. Suasana yang tadinya sunyi bertambah menjadi semakin sunyi. Aku menghirup napas dalam-dalam. Mencoba meyakinkan diriku bahwa aku pasti bisa. Yah, Semoga saja.

-------------------------
KAFKA POV
Oke, aku tidak tahu sudah berapa puluh kali aku berjalan mondar mandir di kamarku sedari tadi. Satu pertanyaan membayangi diriku sejak semua rahasia itu terbongkar.

Apa perlu aku kasih tau Kayla?

Jujur diriku sangat ingin memberitahunya tentang masalah ini. Yang membuatku ragu hanya satu, apakah reaksinya nanti. Hubunganku dengan Kayla memang sudah berakhir, tapi masih untung aku bisa berteman dengannya. Tapi hal ini hal yang besar, tapi apa dia akan peduli?

Dia sudah memiliki kehidupannya sendiri di luar sana. Mungkin bahagia, mungkin tidak. Jika aku membahas tentang masalah ini lagi, apa tidak aneh kedengarannya? Aku sudah terdengar seperti mantan yang tidak rela putus dan masih tetap mengharapkan sebuah hubungan.

Ya, itu benar sih.

Setelah berpikir cukup lama, aku pun mengambil handphone ku lalu langsung keluar untuk mengambil motor. Aku belum memberitahu siapapun tentang perilaku Anika yang begini. Dan sepertinya aku memang tidak bisa merahasiakan hal ini.

About Love and YouWhere stories live. Discover now