Part 23

1.6K 59 6
                                    

KAYLA POV
Aku tidak tahu ini sugesti atau bukan, tetapi aku merasa jika Jeje sedang mendekatiku. Dia selalu mengajakku untuk chat setiap harinya. Aku tidak keberatan sama sekali karena aku cukup nyambung berbicara dengannya.

Aku dan beberapa temanku sedang bermain voli di lapangan sekolahku sekarang. Nadine melempar bola ke arahku cukup jauh yang membuatku tak bisa menangkapnya.

Aku hanya menatap Nadine dengan wajah kesal, bola itu terlempar cukup jauh ke belakangku. Nadine hanya memberikan senyuman jahilnya kepadaku sebelum aku berbalik badan untuk mengambil bola itu. Saat aku berbalik, aku dikejutkan oleh Jeje yang sudah memegang bola voli yang tadi dilempar oleh Nadine dan sedang berjalan ke arahku.

Ia memberikan bola tersebut kepadaku saat sudah berada di depanku. Aku mengucapkan terima kasih dan berniat untuk melanjutkan bermain voli dengan teman-temanku. Tetapi, niatku terhalangi saat Jeje mengatakan sesuatu.

"Apaan Je? Ga kedengeran" ucapku menghadapnya.

"Ntar balik sama gue ya" ucapnya dan langsung melangkah meninggalkanku.

Tuh anak kenapa si, batinku.

Saat aku berbalik badan untuk melanjutkan bermain voli dengan teman-temanku, aku disambut dengan senyum-senyum najis mereka yang membuatku jijik melihatnya.

"Najis kan lu pada emang" ucapku dengan wajah jijik.

Mereka hanya tertawa cekikikan dan langsung melanjutkan permainan.

-----------------------
Jeje tidak bercanda dengan kata-katanya tadi. Saat aku berniat untuk pulang, aku melihat Jeje sedang duduk di pos satpam sambil mengobrol dengan Bapak Wardi. Obrolan mereka terhenti saat Jeje menyadari kedatanganku. Saat Jeje melihatku, aku hanya tersenyum tipis dan berjalan ke luar gerbang sekolah untuk pulang ke rumah.

"KAY TUNGGU DONG" teriak Jeje yang membuatku menengok ke belakang.

"Apeeeee"

"Balik sama gue lah, gue udah tungguin daritadi nih"

"Lah siapa suruh lu tungguin gua coba"

Ia tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaanku.

"Ya gaada sih.." ucapnya setelah berpikir.

"Gue bisa balik sendiri, lagian rumah gue juga ga searah kan sama rumah lu, udah sono balik bonyok lu cariin entar. Byeee" ucapku seraya berbalik untuk meninggalkannya.

Tanganku ditarik oleh Jeje dari belakang. Aku sontak langsung memukul bahu Jeje.

"LU NAPA KERJAANNYA NGAGETIN MULU SIH" ucapku sambil memukul bahunya cukup kencang.

"Lu gamau gue anter balik?" tanyanya dengan wajah tak berdosa.

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi.

Ia hanya menatapku dan menghela napas.

Nih anak kenapa lagi si, batinku.

"Yaudah gue ngomong disini aja deh" ucapnya yang cukup membuatku bingung. Alhasil aku hanya diam di tempat sambil memandanginya dengan wajah penuh pertanyaan.

"Lu mau ga...... jadi...... cewe gue?" ucapnya agak gemetar dengan mata yang menatapku cukup intens.

Aku tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Aku tahu Jeje sedang mendekatiku dan pada akhirnya akan menembakku. Tetapi, saat sekarang kejadian itu benar terjadi, aku malah bingung harus bereaksi seperti apa.

"Autis lu" ucapku sambil menoyor kepalanya. Jujur, aku salting abis, dan hanya ini tindakan yang bisa ku lakukan untuk menutupi tingkahku yang cukup aneh.

About Love and YouWhere stories live. Discover now