Part 15

1.5K 52 1
                                    

KAYLA POV
Ibu dan ayahku sekarang sudah berada di hadapanku. Mereka memintaku untuk menjelaskan alasan mengapa aku putus dengan Kafka.

Jujur saja, aku sedang tidak berniat untuk menceritakan peristiwa itu. Peristiwa itu selalu membuat hatiku sakit dengan hanya mengingatnya saja.

Tetapi, aku harus menceritakan semuanya pada orang tua ku. Dan sekarang, disinilah aku, duduk di kasur dan sedang menceritakan peristiwa menyedihkan itu kepada kedua orang tuaku.

Aku menutup cerita itu dan disambut dengan anggukan kedua orang tua ku. Mereka hanya menepuk bahuku kemudian memelukku erat. Aku membalas pelukan mereka, dan tanpa kusadari, air mataku sudah jatuh lagi.

Aku sangat cengeng dalam urusan seperti ini. Aku sudah lama sekali tidak merasakan hal ini. Selama 2 tahun aku berpacaran dengan Kafka, aku tidak pernah menitikkan air mata kesedihan sedikit pun karena nya.

Aku kembali mengingat kejadian malam itu dengan lebih spesifik. Kafka tidak menyebutkan ia akan bertunangan dengan siapa. Hal tersebut membuatku penasaran.

Siapakah perempuan beruntung itu?

------------------
KAFKA POV
Hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan calon tunanganku. Anika Talitha.

Setelah aku mengetahui namanya, aku dan teman-temanku selalu mencoba mencari sosoknya di sekolah. Aku hanya penasaran siapakah yang akan menjadi tunanganku itu.

Tetapi, usaha ku dan teman-temanku sia-sia. Aku sudah bertanya pada adik kelasku, tetapi mereka hanya memberitahu ciri-ciri Anika saja. Setiap ku cari, anak itu selalu tidak ada.

Apakah dia bersembunyi dariku?

Tetapi, mengapa dia harus bersembunyi? Cepat atau lambat, dia pasti akan bertatap muka dengan ku. Dan itu akan terjadi malam ini.

Awalnya aku sempat menolak untuk menghadiri acara ini. Tetapi, aku sudah berjanji dengan Om Tora dan Om Steve. Dan aku sudah bertekad, aku akan melakukan ini untuk kebahagiaan ayahku di surga.

Sekarang, aku sudah siap menghadiri acara tersebut. Aku sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan ku dapat. Seperti Anika adalah cewe-cewe centil yang selalu nempel-nempel denganku dan lain sebagainya.

Aku menggunakan kemeja hitam dengan celana jeans panjang dan sepatu kets putih hitam. Menurutku, pakaian ini sudah cukup sopan untuk menghadiri acara makan malam resmi seperti malam ini.

Pintu kamarku diketuk oleh seseorang. Sebelum membukanya, aku sudah mengetahui siapa pengetuk pintu tersebut. Tebakan ku benar setelah melihat Om Steve dengan pakaian resmi nya sudah berdiri di depan pintu kamarku.

"Sudah siap?" ucapnya saat melihatku.

"Mau tidak mau kan?" ucapku datar.

Aku segera menutup pintu kamar dan mengikuti Om Steve turun ke lantai bawah. Aku dan Om Steve menuju mobil yang terparkir di garasi rumahku dan pergi ke tempat makan malam yang dituju.

Selama perjalanan, Om Steve mengajakku mengobrol yang hanya ku balas dengan jawaban singkat. Seharusnya, ia mengetahui ketidak nyamanan dan ketidak sukaan ku dengan ini semua. Karena itulah faktanya, aku sudah terlalu benci dengan situasi ini.

Situasi dimana aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menurut. Situasi dimana aku tidak tahu harus menyalahkan siapa. Situasi dimana aku harus kehilangan Kayla.

Setelah memarkirkan mobil di basement, aku dan Om Steve menuju ruangan makan malam dimana aku akan bertemu dengan Anika.

Jujur, aku takut. Aku takut melihat bagaimana Anika itu. Aku sudah merasa aku tidak akan suka padanya. Jelas, aku tidak akan suka padanya, hatiku masih menunjuk pada Kayla.

Setelah aku dan Om Steve memasuki ruangan makan malam, mataku disambut dengan ruangan yang mewah. Sebuah meja panjang terletak di tengah ruangan dimana ada beberapa orang yang sudah duduk di sana. Termasuk seorang perempuan yang ku yakini adalah Anika.

Aku menarik napas panjang dan membuangnya perlahan sebelum mengikuti langkah Om Steve menuju ke arah meja makan. Aku menyapa Om Arnold yang menyapaku dengan super ramah, dan beberapa orang lain yang kuyakini adalah keluarga Anika. Dan tidak lupa, ada Om Tora disana.

Saat langkahku sudah berada di depan gadis yang menggunakan dress biru tua selutut, aku segera mengulurkan tanganku padanya untuk berkenalan. Tetapi, aku belum menatap wajahnya. Aku terlalu takut untuk melihatnya.

Gadis itu segera membalas uluran tanganku dan mendongak menatap mataku.

Aku melihat seorang gadis dengan wajah lugu dan manis sedang menatap mataku. Sepertinya aku pernah melihatnya di sekolah tetapi jelas aku tidak mengingat kapan aku melihatnya.

Aku menghela napas lega setelah mengetahui Anika bukanlah salah satu murid cewe yang selalu genit denganku. Dengan mengetahui fakta itu saja, sudah membuatku lega setengah mati.

"Anika Talitha, panggil aja Anika" ucapnya menatap mataku.

Aku sempat tercekat dengan tatapannya. Aku tidak mengerti arti dari tatapan yang ia tunjukkan padaku.

"Kafka" ucapku singkat dan langsung duduk di kursi di dekatku.

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Apakah aku harus menyapanya dengan ramah? Apakah aku harus mengajaknya mengobrol? Aku belum terlalu nyaman untuk melakukan itu semua sekarang.

Anika duduk di sebelahku. Selama makan malam, ia tidak bicara denganku sama sekali. Begitu pun denganku, aku sedang tidak mood untuk berbicara dengannya. Aku sudah terlalu benci dengan semua ini.

Acara makan malam berlangsung lancar-lancar saja. Aku dan Anika sama sekali tidak mendominasi pembicaraan. Jelas sekali bahwa aku dan Anika sama-sama tidak menikmati situasi ini.

Mereka membicarakan tentang pertunangan yang akan dilangsungkan setelah aku lulus. Mereka bertanya beberapa hal kepada ku dan Anika. Tetapi, aku dan Anika hanya menjawabnya dengan anggukan dan gelengan kepala saja.

Habis mau bagaimana lagi? Kami sudah tidak bisa protes dengan keputusan ini. Semakin kami protes, semakin kami akan dipaksa. Dan fakta itu yang sangat amat kubenci.

Aku menyalami tangan Anika setelah acara makan malam selesai dan aku berniat untuk pamit pulang. Anika membalas salaman tanganku dan tersenyum ke arahku.

Sejauh ini, aku mengetahui bahwa Anika adalah gadis yang baik dan manis.

Tetapi apakah aku bisa mencintainya seperti aku mencintai Kayla?

***************
Haaii! Thankyou banget udh mau baca cerita ku ini ya<3 makasih juga untuk yang udh vote cerita inii, kalau ada yang punya kritik atau saran silahkan comment aja yaa!:)
Jangan lupa di vote dan comment! Terimakasihh<3
-Stephanie

About Love and YouWhere stories live. Discover now