"Aku bisa menjamin keselamatanmu."

Mingyu meraih ponsel yang terletak di meja. Mendiam beberapa nomor dan menempelkannya di telinganya. Setelah beberapa detik, Mingyu berbicara dan menyerahkannya kepada Jun.

"Bicaralah!" perintahnya.

"Jun ge," ucap suara di seberang sana.

"Minghao!" Jun terkejut mendengar suara kekasihnya. Ia tidak menyangka Mingyu akan menghubungi pujaan hatinya.

"Gege, baru saja beberapa orang membawakan makanan enak. Dan sepertinya sangat mahal. Mereka juga membawa lukisan yang pernah kita lihat di pameran minggu lalu. Akhirnya aku mendapatkannya. Padahal lukisan itu sangat mahal. Aku akan mengganti lukisan di rumah kita ge."

Mulut Jun terbuka tanpa ada kalimat yang terucap. Pikirannya langsung kacau mendengar suara Minghao yang terlewat ceria di seberang sana.

"Kau harus semangat hari ini ge. Ahh... dan satu lagi. Kalau gege mendapat tugas seperti ini lagi, katakan pada Mingyu untuk membelikan sofa dan tv ya ge. Selamat bekerja! Aku mencintai Jun ge."

Saat sambungan itu berakhir, Jun hanya bisa menunjukkan wajah bodohnya. Ia menatap layar ponsel Mingyu dengan sendu.

"Kenapa Minghao lebih suka barang gratisan dari pada aku?" tanyanya nelangsa.

#-#-#

Mingyu duduk tenang di meja kebesarannya. Matanya menatap pintu dan jam di pergelangan tangannya berulang kali. Jari-jemarinya diketukkan di meja yang menimbulkan bunyi di ruangan senyap itu.

Posisi duduk dan ekspresi wajahnya tetap bertahan saat pintu ruang kerjanya dibuka. Menampilkan pemuda tampan yang masih mengenakan pakaian dengan begitu rapinya. Namun tidak dengan wajahnya. Tampak lelah dan begitu frustasi.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Jun memilih duduk di sofa ruang kerja Mingyu. Tangannya terangkat untuk melonggarkan dasi. Mingyu yang sedari tadi memperhatikan sahabat sekaligus bawahannya, berdiri dari duduknya. Mendekati Jun dan duduk di depannya.

"Bagaimana?" tanyanya tanpa basa basi.

"Sebelum menemui Wonwoo, aku harus mencari tahu mengenai latar belakangnya. Aku mencari tahu tempat terakhir dia bekerja dan kuliah." Jun berbicara sambil melepas jas yang melekat di tubuhnya. Jam delapan malam seperti ini, terkadang ia masih berada di kantor. Tapi rasanya hari ini paling melelahkan.

Mingyu yang duduk di depannya menjadi pendengar yang baik. Ia sudah tahu Jun akan mencari tahu sebelum menemui Wonwoo. Karena ia sangat tahu sifat sahabatnya itu. Jadi, ia tidak bertanya kenapa Jun pergi seharian. Padahal Jun sudah pergi sejak jam tujuh pagi.

"Ternyata dia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya," lanjut Jun yang membuat Mingyu tertegun.

"Sudah kuduga kalau kau tidak mau masalah ini." Jun tersenyum mengejek yang kali ini tidak ditanggapi Mingyu. Karena mereka tidak pernah mengobrol seperi sepasang suami istri lainnya. Wajar ia tidak tahu bagaimana keseharian Wonwoo sebelumnya.

"Apa yang membuatnya berhenti di tengah jalan?" tanya Mingyu pada akhirnya.

"Menurut informasi yang aku dapatkan, Wonwoo tidak bisa membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Di tahun ketiga, dia memilih mundur." Jeda sejenak, Jun kembali melanjutkan ucapannya setelah membalas pesan dari kekasihnya.

"Aku menemuinya di apartemen kalian. Bermodalkan kemampuan acting yang aku punya, aku memberanikan diri bertemu dengannya. Aku mengaku sebagai teman sengkatan saat kuliah dulu. Dan karena dia tidak mengenal banyak mahasiswa, dia langsung percaya." Mingyu mengangguk kecil. Ia juga bisa menebak kalau Wonwoo tidak terlalu suka bersosialisasi.

The WinnerWhere stories live. Discover now