BAB 11

3.9K 247 29
                                    


Malam ini Aya sudah sampai di apartmentnya, sedangkan Jo masih duduk di meja kerjanya di kantor. Jo meraih telepon pintarnya lalu menulis sebuah pesan singkat "Sudah di mana?" dia mengirim pesan singkat itu pada Aya , beberapa detik kemudian ia mendapat balasan "Sudah di rumah Bang. Abang?" balasnya.


Jo tampak mengulas senyum, lalu membalas "Masih di kantor." dia mengirim pesan itu pada Aya. Tak berbeda dari Jo, Aya juga tampak sumringah berbalas pesan dengan pria itu "Sudah makan?" Jo mengirim sebuah pesan lagi sebelum Aya membalasnya "Sudah bang, Abang?" balasnya "Belum"


Tak tahan harus lama-lama menunggu balasan akhirnya Jo menelepon Aya.


"Hai bu Dokter." Jo membuka pembicaraan, kali ini dia terdengar lebih santai.


"Hai pak Pengacara." Balas Aya, dia jelas menggoda Jo.


"Sudah baca bukunya?"


"Sedang saya baca, tapi saya banyak nga ngertinya."


"Baca saja dua halaman pertama. Itu silsilah keluarga, sebutan untuk masing-masing anggota keluarga." Jo menjelaskan.


"Tapi apa saya harus menghafal?"Aya merengut, hampir semua istilah itu asing baginya kecuali kata "Tulang"


"Ya, besok kita ketemu untuk membahas langsug. Susah kalau di bicarakan di telepon."Jo menahan senyumnya, meski Aya tak bisa melihat wajahnya.


"Terus kenapa abang telepon saya?"


"Saya malas mengetik panjang-panjang."


"Kamu ada waktu buat ngobrol di telepon?"Jo melirik ke arah arlojinya.


"Bukannya kita sedang mengobrol?"


"Iya sih, tapi saya nga mau ganggu aktifitas kamu."


"Enggak kok, saya lagi santai aja. Abang kok nga pulang aja? Lebih enak kalau abang udah sampai di rumah baru kita ngobrol."


"Saya lagi ngulur waktu."


"Ngulur waktu?"Aya menautkan alisnya bingung mendengar kalimat Jo.


"Iya, di rumah saya lagi ada ibu saya sama perempuan yang mau di jodohkan sama saya." Jelasnya.


"Lho abang mau di jodohin juga toh?"Aya jelas sangat terkejut.


"Iya."Jawab Jo singkat.


"Terus kenapa abang mau kita jalankan rencana kita? Udah terima aja perjodohan itu, jadi abang nga perlu repot-repot."Aya mengomel


"Saya nga tertarik sama perempuan itu."


"Terus kalau sama saya apa bedanya?" Aya jadi berpikir "Jangan-jangan abang emang nga pernah tertarik sama perempuan ya?lajutnya.


"Pernah." Jawab Jo. "Dulu jaman saya kuliah." Lanjutnya. Itu lagi-lagi mengejutkannya, pria tampan, berprofesi keren, begelimang harta, mengapa dia begitu tertinggal dalam hal asmara. Bahkan pria biasa bisa berganti pacar hingga belasan bahkan puluhan kali. Oh pria ini.


Aya sengaja tidak berkomentar, dia membiarkan Jo mengungkapkan masalalunya tanpa interupsi.


"Namanya Christina, dia juga orang jawa seperti kamu." Jelas Jo.


"Oh, pasti cantik ya?"pertanyaan Aya menyimpan sebuah kegetiran dari pertanyaannya. Apakah Jo menginginkannya karena dia Jawa? Sama dengan mantannya? So what dengan perempuan Jawa? Aya tidak menginginkan hubungan semacam itu, karena kesamaan latar belakang bukan berarti Aya ingin di samakan dengan Christina.


"Enggak sih, biasa aja."Jo tersenyum menggeleng.


"Kok biasa?"


"Saya nga tertarik sama perempuan karena kecantikan fisiknya saja, saya suka seseorang yang bisa membuat saya dan dia itu balance."Jo tampak mengnenanng masalalu.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang