15. Our bittersweet chances

497 103 28
                                    

"Now all our memories, they're haunted.
We were always meant to say goodbye."

[ Already Gone - Sleeping at Last ]

🦋

Seiring berjalannya waktu, ingatan Niall akan Victoria perlahan mulai terhapus tanpa ia sadari. Seperti harapan Victoria dalam suratnya, seiring bergantinya musim, Niall tidak bisa mengingat siapa itu Victoria. Tidak hanya Niall, namun dari semua ingatan orang yang pernah bertemu dengan Victoria, seolah tidak pernah ada gadis itu di dunia ini.

"Greg, apa kepalaku pernah terbentur sesuatu?" Tanya Niall pada kakaknya saat mereka memperhatikan petugas pengangkut barang bekerja dengan perabotan rumah mereka.

Niall dan keluarganya akan sepenuhnya pindah dari kota kecil ini, karena sejak Niall dan kakaknya sudah disibukan dengan kegiatan masing-masing yang membuat orang tua Niall ingin tinggal dekat dengan keluarga besar dan kerabatnya di Irlandia.

"Kenapa?" Tanya Greg dengan memberi Niall sekaleng cola dingin.

"Aku merasa aku melupakan sesuatu, sebuah kejadian atau apa ya... aku merasa aku merindukan hal yang tidak bisa aku ingat... Disini, di kota ini."

"Mungkin kepalamu terlalu sering terbentur gitar."

Niall menjitak kepala kakaknya sendiri. "Mana ada, bodoh."

Setelah tegukan terakhir dari minumannya, Niall merasa kaleng soda ini mengingatkannya pada suatu hal, ia tersenyum seolah kenangan itu menyenangkan namun sayangnya ia tidak tahu. Andai saja ia ingat kalau minuman kesukaan Victoria adalah soda dingin.

Hari sudah sore, kali ini Niall duduk seorang diri di taman dekat rumahnya sambil menunggu yang lainnya bersiap-siap berangkat ke Bandara. Tiba-tiba butiran putih dengan lembut mengenai tangannya, rupanya salju pertama telah turun di awal musim dingin ini.

"Perasaan apa ini, kenapa aku merasa ada seseorang yang kurindukan tapi harus kulupakan dalam waktu yang sama, orang yang sama, yang tidak bisa aku ingat."

Kemudian Niall pergi meninggalkan taman itu, sekaligus kota kecilnya dengan musim dingin yang baru saja dimulai. Seolah setiap salju yang turun, membekukan dan menghapus setiap detail memori dan perasaan yang tertinggal.

Waktu berlalu, musim berganti dan tahun bergulir, Niall yang kini meraih mimpinya menjadi seorang musisi yang dikenal banyak orang hidup seolah tidak ada masalah dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berlalu, musim berganti dan tahun bergulir, Niall yang kini meraih mimpinya menjadi seorang musisi yang dikenal banyak orang hidup seolah tidak ada masalah dalam hidupnya. Ia memiliki semuanya, keluarga yang mendungnya sepenuh hati, sahabat-sahabat yang menjadi penyemangat, karir dan finansial yang mendukung, juga para penggemar yang menyayanginya setiap saat. Hanya saja, untuk urusan dambaan hati, entah mengapa Niall enggan memulai dengan siapa pun itu.

Sampai suatu saat, di tempat yang tidak pernah ia datangi sebelumnya, Niall bertemu dengan pemilik senyum yang menghangatkan hatinya kembali. Walaupun Niall tidak bisa mengenali siapa sebenarnya yang sedang ia pandang, namun senyuman dibalik jendela rumah tua itu, tidak asing bagi Niall. Seolah musim dingin yang berkepanjangan di hatinya perlahan berubah menjadi musim semi, sama seperti dulu.*

Dan seolah alam pun mendukung, Niall memulai lagi kisahnya dengan penggemar kaleng soda dingin yang memiliki senyum hangat itu. Walaupun keduanya tidak pernah mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya, namun hati memang tidak pernah benar-benar berubah.

Sayangnya, perpisahan harus mereka hadapi sekali lagi. Dan Niall harus hidup tanpa Victoria lagi. Yang berbeda, kali ini memori Niall tidak dihapuskan, jadi dengan kesedihan yang membekas pria itu harus menjalani hidupnya.

Sekarang, penyemangat barunya sedang tertidur di pangkuan Niall. Sebagai seorang ayah ia mengelus lembut rambut malaikat kecilnya itu. Diluar sedang hujan salju, Niall kembali menaikan suhu penghangat ruangan agar Victoria kecilnya itu tidak kedinginan.

"Ayah..." Gadis kecil itu rupanya terbangun.

"Dingin ya, sweetheart?"

"Ayah, lihat! Ada bidadari salju!" Ia berseru sambil menunjuk keluar jedela.

Niall pun melihat keluar jendela, sepersekian detik ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi kemudian bibirnya tersenyum dan bergumam. "Kau datang lagi, Casper?"

 "Kau datang lagi, Casper?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Book 1 - My Casper

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang