An Accident

Mulai dari awal
                                    

Kim_Hyo present

Jimin's Love Circle

Park Jimin x Jeon Jeongkook

Park Jimin x Kim Tae Hyung

Min Yoon Gi x Jung Hoseok

Kim Seok Jin x Kim Nam Joon

Cast milik Tuhan, Big Hit, dan keluarga merka masing-masing. Hyo hanya menggunakan nama mereka untuk menyalurkan ide cerita ini. Fiksi ini murni hasil kerja otak Hyo sendiri. No plagiarism!

Fiksi ini dibuat bukan untuk menyinggung pihak manapun. Kalaupun ada yang merasa tidak berkenan, dipersilahkan untuk tidak membacanya lagi.

Enjoy the Story~! ^^

Untuk yang kesekian kalinya, Jimin menghela napas. Tak peduli dengan kalimat yang mengatakan "hidupmu berkurang tiga detik setiap kali menghela napas", Jimin tetap melakukannya. Hanya ini satu-satunya hal yang dipikir Jimin bisa menjadi penyalur rasa lelahnya. Bukan fisik, namun hati. Sebenarnya Jimin merasa bersalah juga karena telah berlaku seperti itu pada Tae Hyung. Tapi di sisi lain, ia juga tidak sanggup menatap wajah Tae Hyung terlalu lama. Melihatnya selalu membuat Jimin teringat bagaimana Baekhyeon meninggalkannya bersama sang Ayah dulu. Ia tidak sanggup, ia tidak ingin menangis lagi seperti orang bodoh.

Kembali menghela napas, Jimin mendongakkan kepalanya. Kedua tungkainya sontak berhenti melangkah ketika matanya menangkap seorang pemuda tengah duduk di halte bus yang berjarak sekitar lima meter dari tempatnya berdiri sekarang. Tanpa sadar senyumnya terkembang seiring dengan langkahnya yang mendekati pemuda itu. "Jeongkook-ah!"

Jeongkook berjengit di tempatnya. Dengan ragu menolehkan kepalanya, menemukan seorang yang sesungguhnya sudah sangat ia rindukan selama dua bulan ini telah duduk di sisi kirinya. Demi Tuhan, jika bukan karena Jeongkook tidak ingin melupakan perasaannya pada Jimin, ia pasti sudah memeluk erat pemuda itu. Mengatakan kata-kata manis seperti dulu, juga ucapan rindu yang akan selalu ia lafalkan, tak peduli apakah Jimin akan merasa bosan nantinya. Tapi sayangnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Ia ingin melupakan perasaannya pada Jimin. Ia ingin menyerah. Maka dari itu, ia hanya tersenyum tipis sambil berucap, "Seonbae?"

Dan Jimin bungkam saat itu juga. Seonbae? Baru saja Jeongkook memanggilnya Seonbae? "Aku... tidak salah dengar, 'kan?" kemudian tanpa alasan jelas Jimin tertawa. Entah itu untuk menutupi rasa sesak yang tiba-tiba ia rasakan, atau mungkin karena hal yang diucapkan Jeongkook tadi memang lucu baginya. "Sejak kapan kau memanggilku Seonbae? Ada apa denganmu, hm? Selama dua bulan kau tidak pernah menggangguku lagi, apa mungkin karena kau salah makan?"

Jeongkook hanya menunjukkan senyum simpulnya. "Bukankah memang selama aku mengejarmu, kau selalu ingin kupanggil Seonbae?" Jeongkook tidak bermaksud untuk menyindir. Tapi, entah mengapa Jimin merasa tertampar. Ekspresinya berubah seketika menjadi sedikit murung. "Aku sudah mengabulkan keinginanmu. Seharusnya kau berterimakasih padaku," Jeongkook melanjutkan kalimatnya sembari mengalihkan perhatiannya pada kendaraan yang berlalu-lalang di depan mereka.

Keheningan sempat menyelimuti mereka, sampai Jeongkook kembali membuka suara. "Aku juga sudah berpikir untuk mengabulkan permintaan terbesarmu selama ini terhadapku," ia kemudian menolehkan kepalanya, memandang Jimin yang kini juga memandangnya penuh waspada. Hati kecil Jimin berteriak agar Jeongkook tidak akan meneruskan perkataannya. Namun nyatanya, Jeongkook benar-benar meneruskannya.

"Aku akan menyerah tentang perasaanku padamu," keputusan final ia ucapkan dengan senyum tipis terkembang.

"Kenapa kau memutuskan hal seperti ini begitu saja?" Jimin membalas cepat ucapan Jeongkook. Kedua maniknya tertuju lurus pada milik Jeongkook. "Setelah satu tahun kau mengejarku, tiba-tiba saja kau memutuskan hal seperti ini? Lalu, apa artinya semua yang telah kita lakukan dan aku rasakan belakangan ini, hah!?" nada bicaranya meninggi, air mata telah menumpuk di pelupuk matanya. "Kenapa kau mempermainkan perasaanku? Kenapa..."

Jimin's Love CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang