30 (End)

41.2K 2K 181
                                    

Jungkook pov

Ku melangkah gontai menuju kursi tunggu didepan ruangan yeri, menangkup wajahku dan mulai menangis.

"Tuan, nona yerim sudah sadar". Ucap seorang perawat menyadarkanku yang masih memikirkan ucapan dokter itu.

Ku hampiri yeri yang terbaring lemah di atas ranjang tapi ia tetap menyambutku dengan senyuman manisnya.

"Oppa, bisa aku pulang sekarang? Aku tak mau berlama-lama disini". Ucapnya memohon sambil bergelayut manja dilenganku.

"Kau harus dirawat dulu". Jawabku mengelus rambutnya lembut.

"Memangnya aku sakit apa?".

Pertanyaan itu yang sangat kutakuti terucap dari mulutnya, mana mungkin aku mengatakan padanya bahwa dia tengah mengandung tapi harus segera menggugurkannya.

"Katakan oppa, kalau tidak aku akan pulang sekarang". Ucap yeri terus mendorongku untuk mengatakannya.

"Kau hamil". Jawabku dengan suara memelan, terlihat ia tersenyum lalu memelukku erat.

"Kau senangkan? Sekarang aku tengah hamil anak kita, kita akan menjadi keluarga yang bahagiakan oppa?". Ucap yeri tersenyum, ia menangis bahagia dalam pelukanku.

"Tapi kau harus segera menggugurkannya". Lanjutku dengan berat hati memberitahunya bahwa janin itu harus segera di angkat.

Yeri melepas pelukannya dan menatapku marah.
"Kenapa? Kau tak menginginkannya?".

"Bukan begitu ka-".

"Kau bilang kau menginginkan bayi tapi sekarang kau malah memintaku untuk menggugurkannya, kau juga mengatakan itu padaku saat mengandung junhyung". Ucapnya lalu berbering membelakangiku dan mulai menangis.

"Yeri-a, jika kau tak menggugurkan kandunganmu, kau bisa meninggal dan aku tak mau kehilanganmu". Ucapku setelah duduk ditepian ranjang dan menatap punggungnya sambil menahan tangis.

"Kumohon lakukan untukku yeri, aku tak bisa jika tanpamu". Bujukku terus, tak akan kubiarkan yeri meninggalkanku.

"Oppa..".

"Hmmm".

"Apa kau mencintaiku?". Tanyanya tanpa membalikan badannya.

"Aku sangat mencintaimu". Jawabku sambil tersenyum meski ia tak bisa melihat senyumku.

"Kalau begitu biarkan aku mengandung dan melahirkan bayi ini". Pintanya lalu menatapku dengan wajahnya yang mulai memucat.

"Tidak yeri, aku tak mau menanggung resiko kehilanganmu". Tolakku segera, aku tak bisa menuruti permintaannya kali ini.

"Aku tak akan meninggalkanmu oppa". Ucapnya terus saja membujukku, namun aku tetap tak mau menurutinya.

"Kau bohong, kau akan meninggalkanku kan? Aku tak akan biarkan itu, pokoknya kau harus menggugurkan kandunganmu". Putusku lalu mulai melangkah meninggalkannya.

"Bagaimana kita bisa hidup dengan bahagia setelah membunuh darah daging sendiri_". Ucapnya penuh penekanan yang sukses membuatku terdiam.

"Lebih baik aku mati daripada harus membunuh anakku sendiri". Lanjutnya yang mulai terisak.

Kubalikan tubuhku menatap wajah pucatnya, entah keberanian dari mana, yeri membuka laci dan mengambil sebuah gunting disana.

"Apa yang akan kau lakukan yer?".

Dia mengarahkan bagian tajam gunting itu ke jantungnya, ia menatap memohon padaku untuk menghentikannya.

Aku tak sanggup melihatnya seperti ini, tapi bolehkah aku egois dan tetap mempertahankannya disisiku, jika bisa aku akan memilih keduanya.

Good WifeWhere stories live. Discover now