Part 26 - From Now On

742 66 54
                                    

Aya sibuk menyuapkan bubur ke dalam mulut Bianca, sedangkan Ariel sedikit demi sedikit mulai berkemas karena besok Bianca sudah diperbolehkan pulang, kondisinya membaik dengan pesat.

Tiba-tiba Bianca mengulurkan tangannya menggenggam tangan Aya yang bebas. Aya bingung. "Kenapa tan? Udahan makan buburnya?"

Bianca tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Terimakasih banyak Aya."

"Kalo aku rajin ngitung nih ya tan, kayaknya udah puluhan kali tante ngomong makasih ke aku."

"Itu 'kalo' Ya, masalahnya kamu tuh malesan orangnya," ejek Ariel dengan menekankan kata 'kalo'.

Ariel dan Bianca pun tertawa melihat Aya mendengus kesal sambil mengaduk-aduk bubur yang ada di mangkok.

"Ya, sini! Kakak pengen ngomong bentar ya," ujar Ariel yang dijawab Aya dengan menganggukkan kepalanya, lalu meletakkan mangkok bubur dan beranjak mengikuti Ariel ke luar kamar.

Ariel berhenti di ujung koridor dan duduk di salah satu kursi tunggu, diikuti oleh Aya yang duduk di sampingnya.

Ariel menghirup nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Kita putus yah."

Aya tenggelam dalam diam. Butuh beberapa detik bagi Aya untuk mencerna kalimat yang keluar dari mulut Ariel. Aya kaget bukan main.

Aya menunduk dan air matanya mulai menetes sedikit demi sedikit. Ia masih tidak percaya Ariel akan mengatakan kalimat itu.

"Aku tau kamu suka sama Gege, kamu sayang sama Gege, kamu cinta. Tapi itu gak salah. Aku yang salah, aku maksa kamu untuk balas perasaan aku. Aku pisahin kalian berdua."

Aya masih menunduk, tak berani menatap Ariel yang sekarang menggenggam tangan Aya.

"Maafin aku karena bukannya ngebahagiain kamu, aku malah nyakitin kamu terus, marahin kamu, bentak kamu, bikin kamu nangis, bikin kamu sakit hati."

Aya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menunduk dan menangis. Sedangkan Ariel hanya terkekeh, lalu mengusap kepala Aya membuat Aya mau tidak mau mendongakkan wajahnya menatap Ariel ragu.

"Aku denger semua curhatan kamu sama Putri waktu di kantin sekolah."

Flashback ON

"Jadi.. gimana? Udah baikan?"

Pergerakan Ariel berjalan menuju pintu keluar kantin terhenti saat sebuah suara menginterupsinya.

Karena penasaran, ia pun berbalik dan melihat Putri duduk di hadapan Aya yang menutup wajahnya sambil menangis. Saat Ariel ingin menghampiri mereka, tiba-tiba niatnya ia urungkan dan memilih bersembunyi, mendengarkan pembicaraan mereka di balik dinding dekat tempat duduk Aya dan Putri.

"Kak Ariel beneran masih pacaran sama Kak Ery. Dia bilang dia cuman pengen bantuin nyokapnya, karena dengan dia pacaran sama Kak Ery, nyokapnya bakal dapat keuntungan apaa gitu, gue gak begitu denger tadi, keasikan nangis."

"Gue mesti gimana Put? Gue udah terlanjur kecewa sama Kak Ariel, perasaan gue langsung ilang gitu aja setelah tau kalo dia khianatin gue. Gue emang sempet pengen maafin, tapi hati gue gak bisa bohong, rasa sayang gue buat dia udah gak ada. Dan ternyata selama ini, gue sayangnya sama Gege Put, bukan sama Kak Ariel, gue baru sadar. Padahal Gege sering ngungkapin perasaannya ke gue, tapi gue-nya gak peka sama sekaliiii.."

Perkataan Aya seakan berubah menjadi batu besar yang jatuh dari atas gedung dan mengenai tepat di tubuh Ariel. Nafasnya mulai memburu, entah karena kesal ataukah sedih.

"Gue udah tau semuanya Put. Gue denger dia ngomong ke Abi, kalo dia cinta sama gue. Terus gue juga denger dari Bang Natha kalo Gege nemenin gue terus, dia juga yakin Gege serius sama gue dan mau berjuang buat gue. Gege selalu merahitiin gue, ngejaga gue, ngebahagiain gue. Sedangkan gue sendiri? Bisanya cuman diem, gak pernah sama sekali ngebales semua itu, bahkan gue-nya aja gak sadar kalo Gege suka sama gue. Gue malah nyakitin dia."

Lily Of The ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang