Part 12 - Mengingat kembali

757 76 43
                                    

Sepuluh menit waktu berlalu sejak Ariel duduk di sebuah Café, sambil menunggu kedatangan seseorang yang telah berjanji untuk bertemu dengannya.

"Bang!"

Mendengar namanya dipanggil, Ariel menoleh ke arah suara seraya tersenyum.

"Sorry telat, bang. Latihan band dulu tadi bentar, udah mau ulang tahun sekolah 'kan, ntar gue tampil nih. Jangan lupa nonton ya!"

Seperti biasa. Cowok di depannya ini selalu berhasil membuatnya tertawa. "Iya-iya. Cerewet banget lo, kayak cewek."

"Cerewet?" Gege berdecak kesal. "Tau aje. Hahaha. Jadi... lo mau minta tolong apaan?"

Ariel melipat tangan dan menyandarkan punggungnya. "Lo sekelas sama Aya 'kan? Gue suka sama dia. Sebagai sepupu yang baik, lo mau dong bantuin gue buat deketin dia... lagi?"

DEG!!!

Senyum Gege langsung memudar setelah mendengar permintaan Ariel. Tidak pernah berubah. Selalu to the point, tanpa ada basa-basi sedikitpun. Khas Ariel. Dan yang pasti Gege siap bersaing dengan Ariel untuk mendapatkan Aya, hanya saja ia sangat tidak menyangka kalau Ariel akan meminta bantuan darinya.

"Lo... minta bantuan gue buat ngedapetin Aya?"

"Iya, Ge. Lo tau sendiri, gue sekarang udah nggak punya apa-apa. Nyokap bokap cerai, gue dipaksa buat pacaran sama Ery walaupun sebenernya gue nggak mau. Jadi setidaknya gue punya Aya yang mau nemenin gue. Gue punya rencana buat langsung tunangan sama dia kalo dia juga suka sama gue. Jadi, kalo kita udah lulus kuliah, kita langsung nikah dan bahagia," jelas Ariel dengan senyum bahagia.

Sedangkan Gege hanya bisa terdiam dan menahan gejolak di dalam hatinya untuk mengatakan kepada Ariel bahwa dia juga mencintai Aya.

Ariel memajukan badannya dan meminum kopi pesanannya lalu menumpukan tangannya di atas meja.

"Lo mau bantuin gue 'kan, Ge? Cuman lo yang bisa ngebuat Aya deket lagi sama gue karena lo sekelas sama dia dan lo sahabatan sama dia. Lo juga pasti pengen Aya dan gue bahagia 'kan? Iya dong yaa?"

Berat rasanya untuk mewujudkan keinginan Ariel saat ini. Hingga Gege tidak bisa berkata-kata. Ia berusahan keras untuk menahan, supaya tidak mengutarakan apa yang sebenarnya ada dipikiran dan hatinya saat ini.

Gue juga cinta sama Aya, bang. Mungkin lebih dari yang lo rasain. Seharusnya, kalo lo emang cinta sama dia, dulu lo nggak bakal ninggalin dia. Lo harusnya berjuang demi cinta lo sama Aya. Tapi, salah lo sendiri ninggalin Aya dan ngebiarin Aya ngerasain sakit hati yang dalam banget selama bertahun-tahun.

Jadi, jangan salahin gue kalo gue nggak bakalan ngalah buat lo. Gue nggak peduli kalo harus berubah menjadi seposesif mungkin, kalo itu semua semata-mata cuman buat Aya. Aya punya gue. Lo berjuang buat dia? Maka gue akan lebih mati-matian merjuangin dia biar bisa sama-sama gue, bukan sama lo!

Gege menatap Ariel sekilas sebelum mengaduk kopi miliknya.

"Gue tau, lo juga suka sama Aya."

Tangan Gege mengaduk kopi otomatis terhenti. Ariel tau? Lalu kenapa ia...

"Nggak papa, Ge. Lo nggak usah ngelak! Orang keliatan banget kok."

"Kepergok gue."

"Yaaa. Nggak papa juga sih, mau lo atau cowok lain sekalipun yang pengen ngedeketin Aya, gue udah nggak peduli. Karena yang paling penting, Aya jadi milik gue. Dan dilihat dari ekspresinya waktu ketemu gue kemarin, gue bisa jamin kalo dia masih suka sama gue. Gue nggak khawatir sama sekali."

Gege terkekeh. Ia benci dengan pernyataan Ariel dan ia benci kenapa harus Ariel. Tapi ia lebih benci lagi dengan kenyataan bahwa ia setuju dengan semua itu. Aya memang masih menyukai Ariel. Aya mencintai Ariel.

Lily Of The ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang