REWRITE - Lima belas : A Smile

9.5K 850 51
                                    

"Sakura, kamu dampingi saya rapat."

Empat kata yang Sasuke lontarkan membuat bingung Sakura. Itu bukan tugasnya, itu tugas sekretaris pribadi mesum. Kemana pria bermasker itu? Maksudnya Kakashi.

Sakura duduk di kursi dengan gugup. Hanya terdapat tujuh orang didalamnya. Termasuk dia dan Sasuke.

Sakura sempat bingung dengan apa yang harus dilakukannya, tapi ia berusaha menyimak dan menulis poin-poin penting. Itulah yang ia pikirkan, bukannya itu yang dilakukan oleh sekretaris?

"Peluncuran sinopsis dan iklan akan segera diluncurkan dalam waktu dekat. Kami menargetkan bulan Februari sudah keluar, dan awal Maret sudah di tayangkan."

"Bagus. Saya tidak ingin ada penundaan. Bulan Februari saya tunggu laporannya."
Sakura mencatat nya. Bulan Februari, peluncuran iklan dan sinopsis. Omong kosong.

"Ada beberapa naskah yang saya sudah masukkan. Bapak pilih yang mana?"

Sasuke melirik Sakura yang sibuk memperhatikan pembicaraan mereka.

"Miss Haruno. Ada saran?"

"Eh?"

"Saran anda Miss Haruno. Itulah mengapa saya membutuhkan kamu disini."

"Iya pak, saya mengerti."Sakura melirik kertas yang berserakan di depan bosnya. Dia mengambil salah satu diantaranya.

"Ini menurut saya ini menarik. Banyak pelajaran."

"Memang banyak pelajaran namun alurnya tidak mengikuti trendi ...."
Sasuke menghentikan bantahan orang itu dan menyuruh Sakura melanjutkan pendapatnya.

Sakura dengan sinis menyindir orang itu, "Semua film yang saya tonton jujur saja menarik dan penuh omong kosong. Saya sebagai perempuan prihatin dengan kondisi mental anak-anak yang menonton film seperti itu. Pembelajaran dan jalan cerita sangat tidak saling berkesinambungan. Saya lebih baik tidur dari pada menonton hal seperti itu. Cerita yang mengikuti trendi seperti itu tidak ada bedanya seperti hanya ingin mencari keuntungan dari keadaan yang ada.

Padahal membuat film itu adalah seni. Kenapa harus mengikuti trend, saat kau bisa membuat trend. Logikanya jika sedang trend film horor, dan semua orang berpikir untuk mengikuti trend, jadwal penayangan saat itu penuh dengan film horor. Padahal tidak semua suka horor. Jika ada 5 film horor dan 1 film comedy tayang di bioskop, aku yakin film comedy akan terisi penuh. Tidak semua orang ikut menikmati trend yang ada, mereka mencari sesuatu yang baru."Ucap Sakura dengan berani.

Orang itu nampak terkejut dengan pendapat Sakura, "Miss Haruno. Penonton menyukai ..."
Sasuke mengisyaratkan Sakura melanjutkan kembali pendapatnya.

"Adegan drama lebay? Anak kecil di berikan tonton yang berhubungan dengan gangster dan percintaan. Itu sangat tidak rasional. Harusnya anak kecil itu diajarkan kasih sayang, peduli terhadap sesama. Bukan percintaan nya yang di tonjolkan, dan juga kekerasan. Film ini walau terlihat sedikit membosankan saya yakin jika diubah sedikit jalan ceritanya akan lebih baik. Lebih tunjukkan kenyataan, realistis. Jangan omong kosong yang terus di tampilkan."Tambah Sakura.

Sasuke memandang Sakura puas, "Well, suara saya sudah terwakili oleh sekretaris saya."

"Tapi pak..." Orang itu kembali ingin menyanggah.

"Saya tau, anda memikirkan marketing. Saya bisa membacanya dari raut wajah anda. Anda tidak ingin menyutradarai film ini. Karena anda ragu, ragu film ini akan sukses."

Sasuke terkejut mendengar ucapan Sakura. Wanita itu benar bisa membaca gelagat orang.

Sakura berusaha mempertahankan pendapatnya, "Tapi, trust me sir. Jika anda mengubah sedikit ceritanya agar tidak bosan, Aku yakin dia bakal ada di rating tertinggi. Lagipula bukannya tugas sutradara yang memberikan sentuhan magic pada film yang dibuatnya? Kalau anda saja sebagai sutradara ragu, bagaimana anda bisa menunjukkan keajaiban dalam seni anda."

Orang itu terdiam dan terlihat menyerah.
"Berikan waktu 24x6 Mr. Uchiha akan saya berikan naskah baru."

...

"Terima kasih."Kata-kata itu lagi, terlontar dari Sasuke. Wajah Sakura memerah mendengarnya. Rapat sudah selesai dan mereka telah kembali ke ruangan, Sakura membenci melihat Kakashi duduk dengan santai di Sofa.

Kakashi tampak bingung dengan ucapan yang bosnya berikan pada perempuan absurd sedunia.

"Maaf kalau saya membunuh kesenangan seseorang disini."Kakashi berdiri, tersenyum pada Sakura.

Sakura menatap Kakashi sinis sesudah menangguk pelan pada bosnya dan segera ia kembali di balik mejanya.

"Sudah kau lakukan?"Tanya Sasuke dengan santai. Ia melepaskan jasnya dan menyampirkan di kursi kerjanya.

"Semuanya aman."Jawab Kakashi.

Sasuke mengangguk pelan, ia menggulung lengan kemeja dengan pelan dan rapi hingga naik ke siku.

"Lalu..."Kakashi menatap bosnya yang serius menggulung lengan kemejanya.

"Apa semua berjalan dengan baik tadi?"Tanya Kakashi, Sakura menatap pria bermasker itu dengan kesal. Apakah mantan dosen pengganti itu baru saja meremehkannya. Dia merasa tersinggung.

Sakura menatapnya dengan sinis, "Kenapa? Kau pikir aku tidak bisa melakukannya? Kau merendahkan ku seakan aku tidak bisa mengerjakan apapun. Hei laki-laki mesum..."

"Hei... Tenang aku hanya menanyakannya, Sasuke bahkan..."

"Semua berjalan dengan baik, Kakashi. Seperti yang kuduga."Sasuke berharap mereka segera berhenti.

"Kau dengar? Sasuke sudah memperkirakannya. Sutradara yang baru saja kau ajak bicara di dalam adalah sutradara paling keras kepala di perusahaan ini."

"Oh jadi kau sekarang mencoba memujiku?"

Sasuke menutup matanya pelan. Berusaha memulihkan telinga nya, tidak ingin mendengar kemarahan Sakura di dalam ruangannya.

"Kalian, berhenti."Sasuke memijit pelipisnya pelan.

"Kakashi, aku mau kau menemui Naruto. Katakan padanya jam 5 dia harus berada di gedung ini. Sekarang, tolong."Pintah Sasuke. Kakashi langsung berbalik pergi meninggalkan Sasuke dan Sakura yang masih terbakar amarah.

Sasuke menatap sabar Sakura, "Sakura, tenanglah. Senyum oke?"

Sakura duduk kembali ke kursinya dengan tenang. Dia menatap bosnya dan memberikan senyum penuh keterpaksaan.

"See, you look beautiful when you smile."

Deg!

A PlanWhere stories live. Discover now