I Hate You Bro

10.7K 595 3
                                    

Enam bulan sudah berlalu, tak jarang Allecia menumpang di kamar sang kakak. Ayah dan bundanya masih tetap menatap dan terfokus pada bungsu keluarga Legiand. Hari ini kedua orang tua Allecia datang ke sekolah untuk mengambil rapor dan menyaksikan acara kelulusan Alex. Jangan tanyakan rapor siapa yang mereka ambil karna, jawabannya pasti Lexie atau Alexis Marvello Legiand

"Allecia Marvello Legiand" panggilan wali kelas membuat Allecia datang ke depan meja guru sendirian

"Loh mana orang tuamu Allecia?"

"Ayah sedang menghadiri acara kelulusan kak Alex dan bunda sekarang ada di kelas Alexis untuk mengambil rapor bu. Bagaimana kalau ibu membuat catatan saja untuk orang tua saya? Biar nanti catatan dan rapornya bisa dibaca oleh mereka bu"

"Hhh... Ya sudah kalau begitu. Lain kali minta ayah atau ibu mu datang ya Allecia"

Allecia mengangguk, dalam hati dia iri pada teman-teman sekelasnya. Beruntung selama ini wali kelasnya selalu memahami dan mau memberikan catatan untuk dibaca oleh orang tuanya sebagai ganti dari tatap muka antara guru dengan orang tua murid

"Nah ini rapor kamu. Selamat ya Allecia, kamu ranking pertama, seperti biasa. Nah di dalam sudah ibu selipkan catatan untuk orang tuamu"

"Baik, terimakasih bu"

Allecia memasukkan rapornya ke dalam tas dan berjalan menuju kelas kakaknya. Disana ia melihat ayah dan bundanya juga Alexis. Lagi, mata Allecia terasa panas. Allecia berlari menjauh dari kelas sang kakak. Allecia menunggu di parkiran

"Non Al, kenapa non ada disini? Tuan sama nyonya kan masih di dalam" tanya mang Ujang supir keluarga Legiand

"Gak apa mang. Al pengen disini aja. Mang, itu kak Alex bawa mobil atau naik mobil ini juga ya mang?"

"Oh aden. Aden mah katanya mau ke rumah temannya dulu. Nanti pulang sendiri katanya"

"Oh gitu..."

Allecia menunggu di dalam mobil sampai kedua orang tuanya datang dengan wajah gembira bersama kakak dan adiknya.

"Al, kamu udah disini?" Tanya Alex

"Iya kak, baru aja" Allecia masuk ke dalam mobil dan ikut bersama orang tuanya untuk pulang. Seperti yang dikatakan mang Ujang, Alex pergi dengan temannya

Seperti biasa setelah pulang Allecia akan langsung masuk ke kamarnya dan tidak akan keluar sampai waktu makan malam. Bagi Allecia, lebih baik dia belajar atau membaca buku cerita daripada dia harus menatap kedua orang tuanya berbincang tanpa mengajaknya bergabung

Jam setengah enam sore, Alex pulang ke rumah dan segera mandi. Jam tujuh malam seluruh keluarga itu berkumpul untuk makan malam. Seperti biasa juga, makan malam di keluarga Legiand hanya diisi dengan celoteh Alexis dan tanggapan dari Varell dan Agatha

"Bawa buku rapor kalian kemari, biar ayah tanda tangani" suruh Varell pada anak-anaknya, setelah makan malam

Alex, Allecia dan Alexis segera ke kamar mereka masing-masing untuk mengambil rapor mereka dan meletakan rapor itu di atas meja

"Hm... Seperti biasa Alex selalu juara satu bahkan, saat ujian seperti ini juga kamu juara satu dari satu sekolahmu. Ayah bangga padamu" Varell menandatangani rapor Alex dengan senyum di wajahnya

"Nah ini punya Lexie, hm... Lexie juara dua? Ya sudah tak apa. Belajar lebih giat lagi ya Lexie" Lexie mengangguk

"Oh iya, yah. Kata bu Dewi, Lexie bahasa inggrisnya sangat bagus loh, tahun depan Lexie mau di daftarkan lomba bahasa inggris" ucap Agatha

Varell mendengarkan ucapan Agatha sambil melihat rapor Allecia

"Loh bun, bunda gak ambil rapor Al?" Tanya Varell

Agatha terdiam, dia tak mengambil rapor Allecia karna terburu-buru ingin mengikuti acara kelulusan Alex

"Kita dapat catatan lagi karna rapornya bukan bunda yang ambil" jelas Varell

"Ya sudahlah yah, yang penting kan rapornya sudah ada disini sekarang" Alex benar-benar kecewa pada bundanya. Bagaimana bisa bundanya melupakan rapor Allecia, ayahnya pun sama saja

Tiap tahun selalu rapor Allecia yang tidak diambil. Mereka seolah melupakan Allecia sebagai anak mereka. Allecia ada disana, di dekat mereka tapi, Allecia seolah tak pernah ada

Allecia menunduk berusaha menahan air matanya. Ia menggigit bibir bawahnya dan meremas bagian bawah roknya

"Alex, kamu mau lanjut kuliah kemana?" Varell bertanya

"Mungkin ke Inggris, kalau ayah mengizinkan"

Allecia terkejut bukan main. Kakaknya, satu-satunya orang yang berada di sisinya kini akan pergi juga? Kepada siapa Allecia harus bersandar kelak? Allecia buru-buru meninggalkan ruang keluarga dan berlari ke kamarnya

"Pembohong, kakak selalu bilang akan ada buat Al. Kakak pembohong" gumam Allecia

Alex tau Allecia marah, Alex mengejar Allecia

"Al..." Panggilnya "kakak boleh masuk gak?"

"Sudah masuk kan? Ngapain tanya?" Jawab Allecia ketus

"Al..."

"Kakak tau? Al paling benci pembohong. Dan kakak sekarang menjadi pembohong. Al benci sama kakak"

"Al..."

"Hanya kakak yang Al punya, kenapa kakak pergi? Kakak udah capek berada di dekat Al?" Suara Allecia bergetar menahan isakkannya

"Al, bukan gitu"

"Bukan gitu terus gimana?"

"Al, kakak kesana untuk kuliah hanya empat tahun dan kakak akan kembali, kakak janji"

"Kenapa harus Inggris? Indonesia juga banyak kampus bagus"

Alex terdiam. Melihat Alex terdiam Allecia menjadi serba salah. Allecia tau kakaknya sangat ingin ke Inggris, kakaknya bercita-cita untuk kesana. Allecia berfikir sejenak dan menghapus air matanya

"Pergilah kak" Alex terkejut bukan main

"Al"

"Al tau, kakak ingin kesana kan? Itu cita-cita kakak kan? Pergilah. Al tak melarang, tapi, untuk beberapa hari ini biarkan Al membenci kakak dulu. Tolong tinggalkan kamar Al dulu"

Alex menuruti perkataan Allecia, dia keluar dari kamar itu. Dia tahu adiknya sangat terluka dan terpukul karnanya. Alex menatap pintu kamar Allecia sejenak dan masuk ke kamarnya

Allecia benar-benar melakukan perang dingin dengan Alex. Setiap bertemu Alex, Allecia akan membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu. Teman-teman Alex bahkan sampai heran melihat Allecia begitu

Hari keberangkatan Alex pun, Allecia hanya diam saja saat menatap kakaknya keluar dari kamar dengan koper dan sebuah ransel. Allecia memilih naik mobil opa dan omanya dibandingkan mobil keluarganya

Bahkan setelah sampai di bandara Allecia tetap terdiam. Terdiam bukan karna marah tapi, karna berusaha kuat untuk melepas kakaknya. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama hampir sebulan Allecia memutuskan untuk berhenti bertegur sapa dengan kakaknya dan selama itu juga ia menata dan menyiapkan hatinya

Pemberitahuan tentang keberangkatan pesawat yang akan Alex naiki sudah terdengar. Alex memeluk seluruh anggota keluarganya, termasuk Allecia

"Maaf" bisik Alex lirih

"Buka koper dan pindahkan isinya ke lemari saat kakak sampai disana nanti. Jangan lupa makan, habis mandi keringkan rambut! Simpan semua benda dengan benar" Allecia mengalihkan pembicaraan

Alex tersenyum, senyum miris sebenarnya. Alex merasa dia akan menyesali keputusannya ini. Alex menepuk pelan puncak kepala Allecia

"Saat kakak hubungi kamu nanti, kamu harus sudah maafkan kakak. Kakak rasa sudah cukup kamu marah pada kakak"

"Just wait and see then..." Alex tersenyum

"Sampai ketemu nanti saat kakak pulang"

"Hm" Allecia mengangguk "see you"

From Me To YouWhere stories live. Discover now