Dua puluh

15.7K 746 0
                                    

Sesuatu yang terasa menggelitik di sekitar leherku cukup mengusik tidurku dan membuatku mau tak mau mengerjapkan mata, menetralisir pandangan yang masih kabur.

Dahiku mengernyit melihat seorang wanita yang notabenenya adalah istriku sedang memperhatikanku sambil tersenyum manis.
Setelah kuperhatikan dengan jelas, ternyata sesuatu menggelitik tadi adalah tak lain dan tak bukan rambut pirang panjangnya yang tergerai bebas.

"Pagi sayang."
Dia masih menampilkan senyumannya lalu bergerak maju ingin memberikan ciuman selamat pagi di bibirku.

Namun dengan cepat aku menahannya dan menggelengkan kepalaku.

"Aku belum sikat gigi."

"Tak apa, mulutmu tetap wangi kok."
Dia mencoba memajukan wajahnya lagi dan tentu saja aku menolaknya.
Aku hanya ingin diberi ciuman selamat pagi oleh Aleah, bukan wanita ini.
Yah meskipun waktu upacara pernikahan berlangsung kami berciuman, namun perlu diketahui kami hanya menempelkan bibir kami, tak lebih.
Karena memang aku tak ingin memberinya akses untuk menjelajahi mulutku, tidak! Ini hanya boleh dilakukan oleh Aleah!

Seharusnya Aleah lah yang berada di atas ranjang bersamaku sekarang, bukan Theresia.

"Apa kau sudah lama memperhatikanku?"
Kini aku mencoba mengalihkan pembicaraan karena wajahnya sudah menunjukkan gelagat kekesalan.

Biarkan saja, aku tak peduli!

"Suamiku memang sangat tampan. Bahkan ketika sedang tidur."
Ucapnya, kini ekspresi wajahnya berubah menjadi berbinar bahagia.

Syukurlah, setidaknya dia tak merepotkanku.

"Kalau begitu aku akan bersiap ke kantor."
Balasku lalu beranjak dari ranjang namun tangannya segera menghentikan langkahku.

"Apa-apaan ini? Kita pengantin baru, tak ada yang akan ke kantor."

"Aku suamimu kan? Jika aku tak ke kantor lalu kau mau makan apa?"
Tanyaku membela diri, sebenarnya tanpa ke kantor pun uangku tak akan habis karena jumlahnya yang yahh bisa dibilang tak terhitung.
Ini hanya akal-akalanku saja untuk menjauh darinya, terbebas dari Theresia yang bagiku merepotkan.

"Tentu saja hartamu tak akan habis William, kau itu seorang CEO!"
Bentaknya tak mau kalah, kini dia memelukku erat.

"Lepaskan! Jangan mengaturku, aku ingin ke kantor!"
Ucapku lalu dengan langkah panjang aku masuk ke kamar mandi tanpa menggubris teriakan-teriakannya dari luar.

"Aleah maafkan aku."
Ujar Chandra sambil memegang tangan Aleah yang kini mengernyit bingung.

"Maaf kenapa?"

"Aku memaksamu menerimaku kemarin, dan... gara-gara kedekatan kita kau sampai dihukum oleh William."
Chandra tampak menundukkan kepalanya lalu melarikan genggaman tangannya pada Aleah.

"Tak apa, ini bukan salahmu kok. Tenang saja, oke?"
Ucap Aleah sambil tersenyum lalu mengangkat dagu pria itu.

Chandra membalas senyuman Aleah dan mengangguk.
Pria itu tadinya berpikir Aleah tak ingin menemuinya lagi, namun setelah sampai ke depan pintu rumah William ini, Aleah langsung muncul dan menyambutnya baik.

EL MÍO ✔️ SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now