Whether God is Real?

Start from the beginning
                                    

"Tidak seperti itu. Kau harus memastikan jika ibu jarimu tidak menghalangi penutup geser atau hammer. Atau kau akan merasakan sakit yang teramat," peringat kakak tertua dalam keluarga Sasuke dengan lembut.

"Bagus. Sekarang, coba kau bidik sasaran itu," Naruto menuruti apa yang pria itu katakan dengan menembak tepat pada kepala sasarannya. Dalam sekali tembak.

Gadis itu mungkin berbakat dalam hal ini.

"Wah, Naruto. Tak kusangka kau ternyata berbakat!" seru Shisui,  bangga. Dan pada kesempatan selanjutnya Naruto terus membidik dengan tepat dan akurat. Hanya ada satu atau dua saja yang meleset. Itu pun tidak terlalu jauh.

"Kalau tahu begini, aku tidak perlu repot-repot untuk mengajarimu. Kau ternyata sudah lebih handal dariku."

"Ah ... aku tidak sebaik itu, Shisui-nii. Ini hanya sebuah kebetulan saja," dan rona merah pun mulai merambat pada wajah gadis itu.

Shisui hendak melanjutkan pujiannya saat suara tembakan menghujam ke pendengarannya dengan sangat keras dan bertubi-tubi.

Itu adalah Sasuke. Yang tengah menembak semua sasarannya dengan cepat dan tepat, serta dengan mata tertutup.
"Cih. Kau masih payah, aku saja bisa walau hanya dengan menutup mata," sindirnya pedas seraya menyarungkan kembali pistolnya dan melenggang pergi tanpa sepatah kata pun.

Intinya, dia datang ke sana hanya untuk menghina kemampuan Naruto. Jahat.

"Sial," geram Naruto tak terima. Dengan penuh amarah, ia menutup mata dan mulai menembak sasarannya. Dan saat ia membuka mata, ia mengumpat kasar dan membanting pistol serta kacamatanya, karena peluru yang ditembakannya tidak ada satu pun yang mendekati sasaran.

"Kau harus bersabar, Naru. Trik itu tidak mudah dilakukan, butuh waktu yang lebih lama lagi untuk melakukannya," bujuk Shisui pada gadis di hadapanya yang nampak nyaris meledak-ledak.

"Benarkah? katakan padaku. Apa keparat itu juga perlu latihan untuk menjadi sehebat sekarang ini? dalam bidang apa pun?" Naruto memasang ekspresi menantang dengan menaikkan dagunya dan mendekatkan dirinya pada sosok pria yang tengah gelagapan mencari jawaban.

"Tidak-maksudku-ya-tidak. Dia perlu ... aku ... kau tahu? dia sangat ... fuck!" dan pria itu memilih untuk mengakhiri tingkah anehnya dengan mengumpat dan berjalan menjauh. Menciptakan jarak senormal mungkin dengan gadis itu.

"Dengar, semua orang memiliki tingat kemampuan yang berbeda, Naru. Dan kau harus tahu itu," terangnya dengan hati-hati.

"Aku tidak peduli dengan itu, kak. Yang kubutuhkan adalah jawaban yang sesungguhnya," desak Naruto dengan dada yang naik turun karena amarah. Entah kenapa, ia merasa menjadi sangat lemah saat mengetahui jika Sasuke selalu lebih baik darinya. Yang pastinya sudah ia sadari dan maklumi.

"Naruto, maafkan aku. Aku tidak bisa memberikan semua jawaban yang kau minta. Karena aku sendiri, bahkan semua orang di dunia ini tidak ada yang tahu apa saja yang telah pria itu lalui hingga menjadi seperti sekarang ini. Dulu,  sebelum ia pergi, yang kuingat adalah ia hanya mahir dalam pedang dan strategi perang saja. Tidak seperti sekarang ini," sesalnya seraya menunduk dalam.  Menatap nanar pada lantai yang dipijaknya. Entah mengapa naluri Naruto mengatakan jika Shisui tengah merutuki dirinya sendiri yang tak tahu menahu akan adiknya sendiri.

"Tidak mungkin tidak ada yang mengetahuinya, kak. Tuhan pasti .... " ucapan Naruto yang lembut terpotong oleh geraman kasar Shisui yang kini justru marah.

My Lovely DarknessWhere stories live. Discover now