Whether God is Real?

2.4K 182 24
                                    

Sebelum baca dd ingetin part ini sangat sensitif dg unsur 'sara' (dahal kaga, biasa lah kalian suka kan kaitkan suatu hal ke hal lain yg blm tentu bener /plak)

Jan kira dd ngehina suatu agama okeh, dalam cerita ini bukan ttg dd tapi ttg sasuke, jan baper

NO BAPER

DONT PANIC ITS JUST A GAME :v

~Hepi riding~

"Kenapa kau tidak mengajakku?!" Naruto terus memekik penuh amarah pada Sasuke. Pria yang telinganya saat ini tengah terancam tuli.

"Kau sedang tidur, jadi kukira lebih baik untuk tidak membangunkanmu dan pergi sendiri. Mengingat bagaimana sulitnya membangunkanmu tempo hari," sindir Sasuke dengan kedua tangan menutupi telinga.

"Sialan kau! aku pasti akan langsung bangun begitu kau mengatakannya, bodoh! aku tidak ...."

"Naru, aku bisa menjelaskan ...."

"Apa? memang apa susahnya untuk membagunkan ...."

"Sudah diam! apa gunanya terus mencaciku, hah? bukankah itu sudah berlalu? apa kau kira dengan berteriak dan menulikan telingaku, bisa membuatmu memutar waktu dan ikut bersamaku ke sana?! tidak!" sela Sasuke. Rahangnya menegang serta bibirnya membentuk garis keras. Ia memang vampir, vampir yang bajingan. Dan karena alasan itulah ia tidak akan tahan jika terus dibentak-bentak apalagi diteriaki dan terus disalahkan untuk satu kesalahan kecil yang sepele.

Memang, ia mengakui jika tadi ia meninggalkan Naruto dan pergi ke dunia gadis itu untuk mengambil beberapa barangnya yang diperlukan dari rumah gadis itu. Ia sengaja tidak membangunkan Naruto karena saat gadis itu tertidur, wajahnya sangat tenang dan tanpa dosa.  Sasuke tidak akan pernah tega untuk mengusik pemandangan manis yang sudah tidak pernah dipandanginya selama ribuan tahun itu.

Tapi, lihatlah hasil dari kebaikannya. Ia justru diamuk habis-habisan tanpa kata terima kasih sedikit pun.

"Sas ...."

"Tutup mulutmu! aku sudah lelah mendengar semua ocehanmu itu. Aku pergi!" dan beberapa saat kemudian, Naruto mendengar suara pintu dibanting dengan keras.

"Sial. Apa yang sudah kau lakukan, bodoh!" geramnya menekan jeritan. Ia menutupi wajahnya dengan bantal dan menjerit sekeras-kerasnya seraya terus berguling dan merutuki kesalahannya.

Tidak seharusnya ia semarah itu pada Sasuke. Seharusnya ia paham maksud baik dari pria itu dengan cepat.

Ia memang gadis yang tidak peka dan tak tahu terima kasih.

"Persetan dengan semuanya!" bangkit, ia menyeret malas tubuhnya menuju kamar mandi.

.
.
.

"Sasuke, apa kau sudah merencanakan semuanya dengan matang?" tanya Fugaku dengan nada bijaksananya.

"Hn," dan pria yang di tanya pun hanya menjawab dengan acuh. Pagi ini, suasana hatinya tengah sangat buruk, seharusnya bukan ide yang baik bagi Sasuke untuk menghadiri rapat yang hanya akan membahas tentang masalah perang dengan Yakuza esok. Yang bahkan juga tidak diketahui kepastiannya.

"Baiklah. Sekarang, jelaskan pada kami," pria raven itu tergelak saat mendengar nada perintah dari ayahnya itu. Ia bergerak dan hendak menghantamkan wajah pria tua itu dengan kepalan tangannya yang telah sangat gatal untuk melakukannya sedari awal ia kembali ke sini, namun lagi-lagi Itachi menghalangi. Pria itu mengisyaratkan untuk menyuruhnya agar bersabar dan menuruti apa yang ayahnya-ayah mereka-katakan.

My Lovely DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang