Dahi Yoo Na mengernyit mendengar ucapan Karel. Ia memang sudah tahu bahwa Karel adalah seorang playboy dan pemalas meskipun ia pewaris tunggal perusahaan ternama, makanya Ia menolak perjodohan ini. Lagipula Ia masih ingin mengejar cita-citanya dan tidak ingin buru-buru menikah. Hanya saja Yoo Na tidak menyangka jika Karel akan berbicara seperti itu padanya.

“Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan denganku. Selamat tinggal.” Yoo Na beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Karel yang masih duduk dikursinya sendirian.

Karel menatap kepergian Yoo Na dengan sedih. Hatinya merasa sakit saat mengetahui Yoo Na menolak perjodohan mereka. Ia menghabiskan minumannya lalu kembali ke apartemennya.

***

Dia sangat tampan. Aku menyukainya, tapi bagaimana mungkin aku bisa bersamanya. Entah sudah berapa banyak gadis yang dibohonginya. Playboy seperti dia pasti hanya akan membuat patah hati.

Yoo Na berbicara sendiri di dalam kamarnya. Menyesali kejadian antara Ia dan Karel di restoran. Tadi ia menolak Karel dan sekarang malah menginginkannya. Benar-benar plin-plan. Kemudian Ia tertidur.

            Yoo Na terlonjak dari tidurnya ketika ponselnya berdering. Ia mengambil ponsel dan melihat ada nomor tidak dikenal dilayarnya. Ia sedikit emosi ketika melihat jam di samping meja baru menunjukkan pukul 7 pagi. Ia tidak habis pikir, orang gila mana yang menelponnya sepagi ini.

“Siapa ini?” Teriak Yoo Na.

“Hei Yoo Na jangan teriak pagi-pagi, aku tidak tuli.” Jawab suara di seberang telpon.

“Karel?” Yoo Na terkejut.

“Iya ini aku, ada yang ingin aku bicarakan padamu.”

“Bicara saja lewat telpon, aku akan mendengarkan.”

“Yoo Na, aku tahu kau menolak perjodohan ini, tapi tidak ada salahnya jika kita berteman, bukan begitu?”

“Ya, benar juga. Lalu apa yang kau inginkan?”

“Sekarang keluarlah dari apartemenmu dan temani aku jalan-jalan. Kau sudah lama tinggal di Korea, kau pasti tahu tempat yang bagus disini. Aku berada di depan kamarmu.”

“Kau berada di depan kamarku?” Yoo Na terkejut dan melompat dari tempat tidurnya. “Apakah kau kurang kerjaan mengajakku berjalan-jalan sepagi ini? Aku baru saja bangun dan belum mandi.”

“Kalau begitu segeralah mandi Yoo Na.”

“Baiklah, beri aku waktu lima belas menit.” Yoo Na mematikan telpon dan segera berlari ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Yoo Na membuka pintu kamarnya dan menatap Karel yang sudah berdiri di depannya.

“Kau lama sekali Yoo Na, aku capek menunggumu dari tadi.” Ucap Karel kesal.

“Salahmu sendiri Karel, kau datang terlalu pagi.” Jawab Yoo Na.

“Sudahlah, jangan terlalu banyak bicara, ayo berangkat dan tunjukkan jalannya.” Ucap Karel sambil menarik tangan Yoo Na.

***

Pemandangan yang berada di depan mereka sangat indah. Karel yang merupakan pecinta alam sangat takjub dengan pemandangan yang di lihatnya.

“Ini sungai apa Yoo Na?” Tanya Karel.

“Ini namanya Sungai Han. Sungai ini sering di pakai dalam syuting drama korea. Sungai Han mengalir melewati Seoul dan bergabung dengan Sungai Imjin sebelum bermuara ke Laut Kuning. Apa kau tahu bahwa sungai Han merupakan sungai terpanjang ke 4 di Korea, Karel?” Yoo Na menoleh ke arah Karel yang terlihat sedang memperhatikannya.

Karel buru-buru menoleh ke arah lain ketika tahu bahwa Ia ketahuan sedang memperhatikan Yoo Na dan menjawab pertanyaan gadis itu. “Tentu saja aku tidak tahu, aku kan bukan orang Korea.”

“Kau tahu Karel, sungai Han sangat Indah jika dilihat saat malam hari. Aku sangat ingin melihatnya, tapi sayang sekali aku tak pernah punya waktu” Celoteh Yoo Na lagi.

“Benarkah begitu? Ah, lain kali kita kesini pada malam hari ya?”

“Baiklah.”

“Ayo kita pergi, aku lapar.”

Selama satu bulan mereka saling bertemu dan selama itu pula baik Karel maupun Yoo Na sangat menikmati kebersamaan mereka. Keadaan yang jauh berbeda jika melihat penolakan Yoo Na pertama kali terhadap Karel.

Ponsel Yoo Na bergetar dari dalam tas, menandakan ada pesan masuk. Ia mengambil ponselnya dan membuka pesan itu.

Yoo Na, kau sibuk tidak malam ini? Aku mau mengatakan sesuatu. Ku tunggu di sungai Han malam ini jam 7 ya?

Ya Karel. Yoo Na mengetik pesan balasan dan menyimpan ponselnya kembali.

Karel sudah berada di sungai Han sejak pukul setengah tujuh. Ia sudah tidak sabar untuk mengungkapkan isi hatinya pada Yoo Na. Karel yakin sekali jika Yoo Na juga memiliki perasaan yang sama jika mengingat kedekatan mereka satu bulan terakhir. Karel tersenyum sendiri membayangkan Yoo Na akan menerima cintanya.

Karel mulai gelisah, ia terus saja melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah satu jam Karel menunggu Yoo Na, tapi Yoo Na belum datang juga. Ia khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Yoo Na. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada pesan masuk dari Ibunya.

Karel, Yoo Na kecelakaan. Segeralah ke rumah sakit. Kami akan secepatnya terbang ke Korea.

Tangan Karel gemetar. Tanpa berpikir panjang Ia langsung menuju rumah sakit. Tak henti-hentinya Ia berdoa agar Yoo Na selamat. Sesampainya di rumah sakit, Karel langsung menuju bagian informasi dan menanyakan mengenai korban kecelakaan bernama Yoo Na. Seorang perawat mengantarnya ke Unit Gawat Darurat dan memberi tahunya bahwa Yoo Na selamat dan tidak mengalami luka yang cukup serius.

Karel tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar perkataan perawat itu. Air mata mengalir deras di wajahnya. Ia sangat bersyukur mengetahui gadis yang dicintainya selamat

Suasana pemakaman mulai sepi. Para pelayat sudah banyak yang meninggalkan pemakaman, tetapi Karel masih terdiam disana. Ia mengamati seorang gadis yang meletakkan bunga mawar putih di atas sebuah makam. Makam teman baik Yoo Na yang meninggal pada kecelakaan yang sama malam itu.

***

Masa Sekarang

Gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa ke arah jembatan sungai, menyadari bahwa ada seesorang yang telah menunggunya. Ia hampir memanggil sosok di depannya, tiba-tiba Ia tersandung batu dan terjatuh.

“Yoo Na, kapan kau akan berhenti bertindak ceroboh seperti ini?” tanya Karel sambil membantu Yoo Na berdiri.

“Maafkan aku Karel, tadi aku melihatmu sudah menunggu jadi aku berjalan cepat-cepat dan tidak memperhatikan sekitarku.” Jawab Yoo Na sambil merapikan bajunya.

“Kenapa kau terlambat? Aku membayangkan kejadian dulu saat menunggumu tadi.” Tanya Karel lagi.

“Kau berlebihan Karel, sekarang aku disini, aku baik-baik saja.”

“Baiklah, aku minta maaf, aku hanya terlalu khawatir. Ayo ke tengah jembatan, pemandangan malam ini sangat indah.” Karel berbicara sambil menarik tangan Yoo Na.

Tepat satu tahun mereka bersama. Setelah kecelakaan yang dialami Yoo Na, mereka sepakat untuk menerima perjodohan yang diatur oleh orangtua mereka. Keputusan yang menyenangkan semua keluarga mereka.

-THE END-

Ritme HatiWhere stories live. Discover now