8. Grounded

564 118 12
                                    

Aku berlari memasuki rumah dan mendapati bahwa pintunya tak lagi terkunci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berlari memasuki rumah dan mendapati bahwa pintunya tak lagi terkunci. Ketakutan menjalar pada seluruh tubuhku, segala pertanyaan mengenai apa yang terjadi dan semua asumsi berlarian di atas kepalaku.

Suara teriakan kembali terdengar, kali ini diikuti dengan suara alarm kebakaran. Aku menajamkan indera pendengaran dan mendapati bahwa suara-suara itu berasal dari dapur. Buru-buru aku berjalan ke sana dan mendapati bahwa Rebecca berdiri di sana dengan sepotong piza yang tidak lagi berbentuk akibat sudah hangus, asap keluar dengan begitu lebatnya dari microwave.

Oh ... tidak lagi!

"Ada apa ini, Becca?" aku bertanya dengan suara yang agak keras sambil berjalan menuju alarm kebakaran dan mematikannya.

Becca terlihat akan menangis, terbukti dari bagaimana matanya saat ini tengah berair. Jemari tangannya bertaut dan tubuhnya nampak bergetaran.

Aku menghela napas, mencoba untuk mengendalikan amarah yang keluar dari tubuhku kemudian menuangkan minum. Kutegak minuman tersebut hingga habis, berharap amarahku ikut turun. Setelah habis, aku kembali menuangkan minuman, kali ini aku tidak meminumnya dan memberikannya pada Becca. Becca menerimanya, dengan tubuh yang masih bergetar cewek setahun lebih tua dariku itu meminumnya.

"Aku minta maaf," kata itu keluar dari mulut Becca saat ia memberikan gelas itu padaku.

Aku menaruh gelas minuman tersebut di atas meja dan menggelengkan kepala. "Kau membuatku khawatir. Aku pikir tadi ada seorang perampok atau apalah dan kau jelas akan membawaku ke--"

"ADA APA INI?!" suara teriakan histeris terdengar. Aku sontak menoleh ke sumber suara, mataku membulat lebar begitu mengetahui bahwa suara itu berasal dari Mum yang berdiri beberapa langkah dariku bersama Dad, mata keduanya membulat lebar pada asap mengepul yang masih keluar dari mirowave.

"I-ini salahku, Diana, m-maafkan aku," kata Becca dengan suara terpatah-patah.

Mum berjalan mendekat ke arah kami--atau lebih tepatnya ke arahku. "Eleanor, bukankah sudah kukatakan untuk tetap berada di rumah dan mengawasi apa yang dilakukan oleh Becca? Kupikir kau paham bahwa kau tidak boleh membiarkan Becca berada di sekitaran dapur."

"M-mum--"

"Kau pasti baru pergi keluar bukan? Bagian mana yang tidak kau mengerti dari 'kau tidak boleh keluar'?! Becca hampir membakar rumah ini dan ini tidak akan terjadi jika kau tidak keluar dari rumah ini!"

"D-diana," Becca berkata namun sebelum dia sempat berkata apapun Mum melemparkannya tatapan membunuh.

Aku menghela napas, aku yakin mataku kini sudah berair. "Aku minta maaf, tapi kau bilang--"

"Aku tidak butuh penjelasan! Dengan ini kau tidak boleh keluar dari rumah kecuali untuk sekolah, kau juga tidak boleh mengikuti kegiatan klub, handphone-mu aku sita dan semua itu berlaku selama satu bulan."

Mataku membulat. Mum pasti bercanda bukan?!

"T-tapi aku adalah ketua klub, aku tidak bisa meninggalkan klub begitu saja."

"Tidak ada tapi, Eleanor, keputusanku sudah bulat. Sekarang, berikan ponselmu padaku!"

Aku memandang Dad yang berdiri beberapa langkah di belakang Mum untuk meminta perlindungan. Tatapan anak anjing kuberikan padanya berharap dengan begitu Dad bisa membe--

"Ayo berikan ponselmu pada Mum!" kata Dad dan saat itu aku tahu bahwa aku tidak bisa melakukan apapun.

Helaan napas keluar dari mulutku saat tanganku mengulurkan ponselku pada Mum. Mum tersenyum, jenis senyuman yang menakutkan, sembari memasukkan ponsel itu ke dalam saku celanannya.

"Sekarang kalian tidurlah! Becca kau mengerti bukan bahwa kau memasuki dapur untuk memasak atau menggunakan microwave adalah ide yang buruk?"

Becca mengangguk dengan kepalanya yang menunduk. "Aku mengerti. Maaf."

-

Hidup ini benar-benar menakutkan. Bagaimana bisa aku merasa sedih setelah beberapa menit yang lalu kupu-kupu memunuhi perutku dengan liarnya dan hormon dopamin mengalir dalam tubuhku?

Aku berbaring di atas kasur, memandangi langit-langit kamarku. Aku membayangkan bagaimana klub berjalan tanpa aku yang bekerja secara aktif? Atau lebih menakutkannya bagaimana hidupku tanpa ponsel?

Aku menggerang. Mengapa semua ini menimpaku? Lebih-lebih mengapa Mum hanya menghukumku meski dengan jelas-jelas semua ini disebabkan oleh Rebecca.

Aku menggerang sekali lagi. Hidup ini tidak adil!

"Eleanor?" Aku menoleh dan mendapati alasan ponselku disita tengah berdiri di ambang pintu kamarku. "Boleh aku masuk?" Rebecca bertanya dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Rebecca berjalan ke arahku dan duduk di tepian kasur. Ia terlihat memainkan ujung selimutku. "Aku minta maaf," kata Rebecca, "teman-temanku tiba-tiba berkata bahwa mereka tidak bisa keluar jadi aku segera berbalik badan, mengurungkan diri pergi ke Mc. Donald. Kau sudah pergi saat aku sampai rumah. Awalnya semuanya baik-baik saja sampai aku merasa lapar jadi aku melihat ke dapur dan menemukan piza, aku memanaskannya di microwave namun aku terlalu bodoh sampai akhirnya aku membakar piza itu. Aku sungguh minta maaf, Ele."

"Sudahlah," kataku, "semuanya sudah terjadi."

"Aku minta maaf. Jadi, bagaimana kencanmu tadi?"

"Berjalan dengan sangat baik. Louis pasti sudah mengirimiku pesan, aku memintanya untuk mengirim pesan saat sudah pulang," kataku ketika mengingat janji Louis.

Aku kembali menggerang.

Semuanya buruk.

[-][-][-]

Hidden Files // Elounor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang