[Completed]
Temuilah Eleanor Calder, si ketua klub jurnalistik yang diam-diam jatuh cinta pada sang ketua klub futsal. Dalam diamnya, dia mengambil foto sang bintang lapangan dan menyimpannya dalam sebuah folder tak terlihat.
Kalian semua menyebutny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi, apa rencana kalian hari ini?" tanya Dad ketika aku, Rebecca, dan Mum sudah duduk manis di meja makan dan menikmati sarapan kami masing-masing.
Hari ini adalah hari Sabtu, hari dimana Louis dan aku akan berkencan. Mengingat hal itu membuat sesuatu dalam perutku seperti tengah diperas. Rasa excited yang berlebihan terasa mengalir dalam seluruh tubuhku.
"Sejak kapan Dad bertanya hal itu?" sahutku sambil memandang Dad dengan kedua mataku yang menyipit.
Dad terkekeh kecil. "Sejak aku dan Mum memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dari nanti sore sampai malam."
Mataku membulat. "Kalian akan keluar? Tanpa mengajakku?" tanyaku dengan suara dramatis yang berakhir keluar dengan secara berlebihan.
Mum terkekeh. "Kau tetap di rumah. Jaga Rebecca dengan baik, jangan biarkan dia membakar rumah ini atau kau tidak akan memiliki rumah."
Aku memukul meja makan dengan tidak cukup pelan membuat beberapa piring dan gelas bergetar. "Ini tidak adil! Seharusnya kalian juga mengajak kami."
Dad menggeleng-geleng. "Uh uh ... ini saatnya aku dan Mum menikmati waktu kami. Hanya berdua. Jangan mengganggu kami! Kau sudah besar Eleanor."
"Keputusan sudah bulat. Kau akan tetap di rumah nanti sore sampai kami pulang untuk menjaga Rebecca. Kau hanya boleh pergi jika Rebecca juga pergi," sahut Mum membuat bola mataku membulat.
"Tapi Rebecca sudah besar! Dia bahkan lebih tua setahun dariku."
"Kau tidak bisa menjamin Rebecca bertahan di rumah ini tanpa menghancurkan barang apapun, Eleanor."
Dengan lemas, aku mengistirahatkan punggungku pada kursi kayu. Aku melirik Rebecca, cewek itu dengan tenang memakan rotinya tanpa merasa bersalah dan tidak terlihat terganggu dengan pernyataan Mum. Aku mendesah, dengan ini kencanku dan Louis terancam batal.
KENCAN IMPIANKU AKAN BATAL!
"Apa kau memiliki acara, Eleanor?" Dad bertanya, dia mungkin menyadari moodku yang jatuh terhempas seketika akibat ucapan Mum.
Aku mengangguk.
"Bersama siapa?"
"Em ... teman?" jawabku dengan nada bertanya. Aku tidak yakin untuk memberitahu dua orang tuaku bahwa aku akan berkencan dengan cowok yang sudah kusukai sejak freshman.
"Kau bisa bertemu dengan temanmu kapanpun, Eleanor, lagipula acaramu itu pasti bisa dijadwal ulang. Hanya malam ini saja, tetaplah di rumah dan tahan Rebecca dari melakukan sesuatu hal yang bodoh kecuali Rebecca ikut keluar."
Aku tidak mengerti kenapa orang-orang teralu berlebihan dalam menanggapi Rebecca. Maksudku, ya, aku tahu, hampir membakar rumah sendiri dan membanjiri rumah sendiri adalah hal yang fatal tapi aku yakin sekarang Rebecca sudah belajar dari kesalahannya yang lalu dan akan lebih berhati-hati dalam menggunakan fasilitas rumah. Dia bukanlah bocah lima tahun atau anak idiot atau autis. Rebecca adalah cewek yang tidak memiliki kesalahan apapun dalam psikisnya!
