#8 They Planning

2.1K 116 2
                                    

Plan A; Kencan Buta

Diana di dudukkan secara paksa oleh Lisa di bangku sebuah restoran terkenal.

Wajah Diana sempat kaku menyadari bahwa dia sedang tidak ada di warteg atau semacamnya yang tidak mahal.

Ini restoran berbintang!

"Kenapa kita ada di sini?" Diana heran, melempar pandang ke arah sahabatnya.

"Luhan mau ngajak makan bareng,"

"Whoah~ seharusnya dia sering-sering kek gini, ngasih makan gratisan." Diana hampir lupa rasanya makanan restoran karena sudah terlalu lama tidak menjamah kemari.

Luhan datang dengan salah seorang teman nya. Diana tidak tau siapa dia, tapi bila di lihat-lihat, dia cowok tampan dengan pesona menariknya sendiri.

"Kenalin, ini Kai," kata Luhan pada kekasihnya terlebih pada Diana. "Kai, ini pacar gue Lisa dan temen gue, Diana."

Lisa tersenyum, Diana sendiri melambaikan tangan nya, senang mendapat teman baru.

Tapi siapa yang menyangka hal itu membuat sepasang kekasih didepannya merasakan kelegaan karena rencana awal sukses.

"Duh! Aku lupa ngerjain PR dari prof. Andrew." Heboh Lisa yang terkesan di buat-buat.

"Ya ampun sayang, ya udah, ayo kita kerjain sama-sama dengan ku,"

"Mau pulang?" Tanya Diana, yang hendak berdiri, ingin ikut pulang juga.

"Kamu di sini aja Dee. Makanan mu belum abis," pandangan Luhan mengarah pada Kai, menepuk pundaknya. "Kau harus berhasil Kai,"

Kai menunjukkan jempolnya, dan keduanya pun berlalu. Diana kembali duduk ditempatnya, melanjutkan acara makan nya yang tertunda.

"Mm.. Diana?"

Diana mengangkat pandangan nya, "Ya?"

"Sebenarnya.. Aku~"

"Apa?" Kening Diana mengernyit, tidak paham dengan apa yang ingin di ucapkan Kai atau memang terlalu polos? Oh! Ini bukan salah Diana.

Gadis ini tidak pernah sekalipun merasakan pacaran, jadi dia tidak tau kalau saat ini cowok di hadapan nya tengah ingin mengungkap kan perasaan nya yang terpendam dari dulu padanya.

"Aku~"

"Apa kamu sakit?" Diana khawatir. "Ayo kita ke klinik aja,"

"Hah?"

"Kamu pucat Kai, aku gak mau ada sesuatu yang terjadi padamu."

*~*

Dan di sinilah Diana dan Kai berada.

Klinik yang buka 24 jam.

"Dia terkena sindrom gugupisme, kakukisme dan bingungisme. Anda sebagai lawan bicara nya seharusnya mengerti nona,"

Kening Diana mengernyit, tidak paham sama sekali dengan ucapan kode dari sang dokter.

Setelah keduanya keluar, Kai merasa frustasi sekali ketika Diana dengan polosnya memberitahu kan bahwa Kai tidak perlu mengantarnya dan malah menyuruh Kai cepat pulang ke rumah dan istirahat.

Penyakit tadi terdengar berbahaya.

*~*

Lisa yang mendengar cerita panjang lebar Diana bahkan sampai kesal.

Sayang sekali, dia tak bisa mengungkapkan nya.

Plan B; Kenalkan pada banyak pria

"Siapa tau ada yang bisa masuk ke hati Dee," saran Luhan pada kekasihnya.

Tapi yang terjadi selanjutnya adalah;

"Aku gak tau, lu punya banyak kenalan juga Lis," bisik Diana ketika menyalami satu-persatu teman-teman Luhan yang terlihat tampan dan berkharisma.

Sayang, mereka terlihat tidak ada yang menarik sama sekali dimata Diana. Sikap labil dan cuek serta berlebihan mereka membuat Diana tidak nyaman, gadis itu bahkan lebih suka berdekatan dengan Aga.

Seseorang berbadan besar yang suka sekali berkelahi, namun lembut pada wanita itu. Siapa saja akan melengos jijik ketika melihat keterlebihan otot di dada dan tubuh nya yang lain.

Sebenarnya Diana menyukai Aga karena ternyata Aga memiliki hobi yang sama dengan nya. Penyuka kartun.

Dan Diana seperti memiliki partner nyata di hidupnya. Selain friendly, Aga ternyata otaku akut.

"Tidak. Tidak. Tidak." Lisa menggelengkan kepalanya, panik. "Aku gak rela Dee sama dia, gak rela! Luhan~"

Luhan hanya menepuk kepalanya, tak habis pikir.


Plan C; Ajak bicara mengenai kriteria cowok idaman

"...baik hati, manis, dan menerima gue apa adanya," tutup Resa dengan tersenyum. Yang dibalas ledekkan oleh teman-teman nya.

Lisa melirik Diana yang tengah berkutat dengan ponselnya. "Dee, kalo lo gimana?"

Teman-teman kampusnya itu menoleh pada Diana. Mendengar itu, Diana menatapi mereka dengan alis terangkat. "Apa?"

"Kriteria cowok idaman lo, kayak apa?" Tanya Lisa sekali lagi, memperjelas ucapan nya.

"Oh iya, Dee gak pernah keliatan gandeng cowok, jangan-jangan selera lo tinggi lagi?" Putri bertanya penasaran.

Sejenak Diana terdiam memikirkan sesuatu. Bayangan senyuman seseorang membuat senyuman nya merekah. "Cowok idaman gue itu yang punya mata sexy,"

"Whoaah~ then?"

"Bibir sexy, tubuh sexy, hidung sexy, gaya rambut sexy, pokok nya HOT SEXY!"

"Whoaah~~~" takjub kelima teman gadisnya.

Lisa mendadak kesal. "Emang ada yang begitu? Terlalu terdengar fantasi!"

Diana tanpa sadar terkekeh, mengiyakan apa yang diucapkan Lisa. "Ya. Itu fantasiku. Cowok nyata yang ku sukai itu, harus memiliki daya tarik kuat, seperti senyuman nya, sorot mata dan sikapnya." Jabar Diana padat. "Soal dia memiliki status atau apa pun dengan orang lain adalah nomor dua, ketulusan nya itu yang nomor satu. Aku gak nuntut apa pun, yang terpenting dia mencukupi kebutuhan ku, sandang pangan ku, kasih dan curahan perasaan nya padaku, menganggap kebahagiaanku diatas segalanya, dan tidak memaksakan hak ku, yang paling penting...."

Semua teman-teman nya yang mendengar mendadak terdiam dengan kalimat yang digantungkan oleh Diana.

Diana tersenyum, menyeringai. "...duit nya bisa masuk ke dompet ku."

Gadis-gadis yang mendengar ucapan Diana mendadak terkesima kagum dan saling membenarkan kata-kata Diana.

Mereka saling menyeringai setan dengan unsur yang paling penting itu, membuat Lisa menggelengkan kepalanya frustasi, walau sebenarnya dalam hati dia tidak menyangkal nya.

*~*

"Gimana sama plan selanjut nya—"

Lisa mengangkat tangan nya, "Aku menyerah~"

Hot Daddy!Where stories live. Discover now