[29] Siblings

4.7K 314 4
                                    

Cecil merasa lututnya begitu lemas. 10 langkah lagi dirinya akan keluar dari area sekolah. Ia berharap isi pesan tadi malam takkan benar-benar terjadi. Apalagi saat ini sudah pukul 2 lebih sepuluh menit.

Dengan mengendap-endap, Cecil berjalan diantara semak-semak belukar. Sesekali kepalanya mendongak dan mengecek keadaan sekitar.

"Aman..."

Cecil mengelus dadanya lega. Tak ada tanda-tanda dari keberadaan orang itu. Segera, ia keluar dari rerimbunan semak dan beristirahat sejenak.

"Trus...gue pulang naek apa?" gumamnya. Ia baru ingat kalau Pak Burhan--sopirnya--masih pulang kampung.

"Masa iya gue harus naek angkot?"

Cecil menggerutu pasrah. Ia nggak bakalan naik angkot jika tak ada pilihan lain. Sayangnya, memang tak ada pilihan lain.

TIIN

Sebuah mobil avanza putih tiba-tiba berhenti dihadapannya. Kaca mobil itu perlahan menurun seiring tempo degupan jantung Cecil.

"Shit!"

Cecil langsung berlari kabur saat dilihatnya pria berjas yang ia temui di rumah sakit kemarin berada dalam mobil itu. Cecil yakin orang itulah yang menerornya tadi malam.

Tak peduli seberapa banyak sisa tenaga yang ia punya, Cecil terus saja berlari. Mobil itu masih tetap mengejarnya dari belakang. Cecil takut jika hari ini adalah hari terakhirnya.

SRET

Seseorang tiba-tiba menarik lengan Cecil dan mengangkatnya naik. Sontak hal itu membuat Cecil memejamkan matanya ketakutan.

"Pegangan"

Laki-laki itu pun menggas motor ninjanya kuat-kuat dan melaju cukup kencang. Dengan segera, Cecil mengalungkan lengannya di pinggang laki-laki berhelm merah itu. Ia berharap laki-laki ini bukanlah salah satu diantara mereka.

*****

Setelah dirasa cukup aman, laki-laki ini pun menepi dan menghentikan laju motornya. Dilihatnya, gadis itu masih tetap meringkuk ketakutan di punggungnya.

"Hey... lo nggak apa-apa kan?"

Mendengar suara itu, Cecil segera membuka kedua matanya perlahan. Suara laki-laki ini terdengar familiar di telinganya.

"Y-Ya, gue gak apa-apa" jawab Cecil gugup, lalu turun dari motor tersebut dengan hati-hati.

"Makasih ya lo udah no--"

Kalimat Cecil terhenti, setelah laki-laki itu melepas helm di kepalanya.

"B-BANG REY?!"

Bang Rey hanya menunggingkan senyum jahil saat melihat ekspresi adiknya saat ini.

"Abang kok bisa--"

"Ssssttt..."

Bang Rey mengatupkan jarinya di bibir Cecil. Seketika gadis itu terdiam dari omelan-omelan bawelnya.

"Adekku yang cerewet, bisa nggak dengerin abangmu yang ganteng ini sebentar aja.." ujar Bang Rey membuat Cecil mengangguk samar.

Bang Rey menghela napas sejenak, lalu turun dari motornya dan menggandeng Cecil duduk di sebuah bongkahan batu.

"Kemarin abang udah janji sama Mama, kalo abang udah sembuh abang bakalan jemput Cecil tiap pulang sekolah" ujar Bang Rey.

Cecil dibuat terharu. Abangnya baru keluar dari rumah sakit hari ini, dan bela-belain menjemputnya dari sekolah.

My Brothers, My Bodyguard ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang