57. Beberapa Misteri Mulai Terkuak

Start from the beginning
                                    

"Mereka kemari karena menguntit jejakmu, tujuannya hendak membunuhmu"

"Darimana mereka tahu paman berada bersamaku? Paman sudah beberapa bulan terkurung di atas, setan atau malaikatpun tiada yang tahu, Siautit juga datang seorang diri, apalagi jarang orang Kangouw yang pernah melihat wajah asli paman ini ......."

"Kejadian ini tidak mungkin kebetulan, aku tiba di bawah sini, lantas disergap, malah Jit-sat-sin membuka kedok mukaku. Marilah duduk, ceritakan dulu pengalaman akhir-akhir ini padaku."

Ji Bun duduk di atas dahan pohon yang roboh, lalu menceritakan pengalamannya setengah tahun yang lalu, karena adanya larangan perguruan, maka dia hanya menjelaskan sekenanya tentang rejeki yang diperolehnya, seluk beluk Ban-tok-bun tidak dia ceritakan.

Ciang Wi-bin manggut-manggut, hatinya lega dan terhibur, katanya menghela napas: "Hiantit, dengan kepandaianmu sekarang hanya beberapa gelintir orang saja yang mampu menandingimu."

Ji Bun geleng-geleng, katanya "Paman terlalu memuji, terhadap Kwi-ouw Hujin saja, kalau beliau mau melawan secara sungguh-sungguh, siapa unggul atau asor sulit ditentukan."

"Coba kau terka, siapa sebenarnya Kwi-ouw Hujin? Dia adalah Pek-pian-mo-li yang dulu pernah menggetarkan Bu-lim itu."

"O, tak heran wajahnya tidak cocok dengan usianya, ternyata iapun seorang gembong yang dalam bidang tata rias."

"Bukan begitu, apa yang kau lihat adalah wajahnya yang sebenarnya, Lwekangnya sudah sedemikian tinggi sehingga dapat mempertahankan kecantikan dirinya, secara serampangan akhirnya aku herhasil menemukan danau setan. Mengingat hubungannya dengan almarhum guruku Yu-ing-long-kun dulu, dia mau memberikan Kim-sian-jau-koh kepadaku, namun dia mengajukan syarat, bahwa aku harus berbakti kepadanya setengah tahun lamanya..."

"Berbakti? Jadi kacungnya maksud paman?"

"Ya, di samping itu dalam syarat yang ditentukan juga bahwa aku dilarang berbicara dengan siapapun yang datang dari luar."

"Kenapa demikian?"

"Dia kuatir aku membocorkan rahasia 'danau setan' ini."

"Sungguh orang aneh bertingkah ganjil pula."

"Memangnya. Eh, kau belum jelaskan kenapa kau tidak memerlukan buah itu lagi?"

"Tanpa sengaja kupernah mengalami suatu ke jadian aneh dan memperoleh rejeki nomplok, tangan beracun sudah bisa kukendalikan menurut kemauan hati, tanpa diobati, racun sudah kutawarkan sendiri. Sebaliknya jerih payah paman ini membuat hatiku tidak tenteram."

"Jangan kau singgung soal ini lagi ......... Kau masih ingat tentang janji sebulan pada setengah tahun yang lalu? Sekarang kau boleh tanya langsung."

Ji Bun menyeka keringat jidatnya, setelah tenangkan hatinya yang bergejolak, lalu buka suara: "Bagaimana tentang mati hidup ayah?"

Sikap Ciang Wi-bin tampak berobah, katanya sambil menggigit bibir: "Mungkin dia masih hidup."

"Hanya mungkin? Itu berarti belum tentu."

"Kemungkinan boleh diartikan masih hidup. Kau tahu siapa sebetulnya Jit-sing-ko-jin? Dia adalah duplikat ayahmu sendiri."

Laksana disamber petir kaget Ji Bun, matanya mendelik, suaranya gemetar: "Tidak, tidak mungkin ......"

"Kenapa tidak mungkin?"

"Di puncak Pek-ciok-hong Siautit dipukulnya sampai terjungkal ke dalam jurang."

Ciang Wi-bin berjingkrak berdiri, serunya: "Ada kejadian begitu? Mungkinkah ........"

"Kenyataan begitu, Siautit tidak membual."

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongWhere stories live. Discover now