09. Peresmian Perkumpulan Wi-to-hwe

2.8K 57 1
                                    

Menyala biji mata Ji Bun, namun ia tahan perasaannya, katanya:" Cayhe mohon diberitahukan siapa nama harum nona?"

"Aku bernanaa Pui Ci-hwi."

"Kenapa nona Pui sudi bergaul dengan manusia macam dia ini?"

"Manusia macam dia apa maksudmu?"

"Kaum keroco di Kangouw, perbuatannya kotor dan wataknya bejat."

Karena dimaki dan dijelekkan dihadapan pujaan, meski jeri pemuda baju putih menjadi marah dan berani, teriaknya: "Te-gak Suseng, sepak terjang dan nama gelaranmu itu memangnya harum bagi kaum persilatan?"

Mata Ji Bun mengerling sedikit, jengeknya sinis: "Kau tidak setimpal menyinggung nama gelaran dan perbuatanku."

"Aku pernah mendapat pertolongan tuan," kata gadis berbaju merah, "kelak pasti kubalas ......."

"Selamanya Cayhe tak pernah mengharap balas budi siapapun," ujar Ji Bun.

"Itu urusan lain, tuan kemari atas undangan?" tanya si gadis berbaju merah, "kenapa tidak langsung masuk saja?"

Hampa hati Ji Bun karena sikap dingin dan diusir secara halus ini, ia merasa terpukul gengsinya, dengan menarik muka ia berkata dengan mengertak gigi: "Nona Pui, Cayhe memberi peringatan setulus hati, hati-hatilah terhadap manusia tamak berhati serigala, cabul lagi, supaya kelak tidak menyesal setelah kasip." Habis berkata ia terus putar badan hendak tinggal pergi.

Pemuda berbaju putih berkata dingin:"Orang seperti ini hadir dalam pembukaan Wi-to-hwe, kehadirannya mengotori suasana saja."

Manusia mana yang suka mendengar makian atau ejekan yang menghina, apa lagi Ji Bun yang memang berwatak nyentrik, walau dia sudah berjanji hendak ubah watak dan perilaku demi suksesnya menuntut balas, namun sabar ada batasnya, apalagi dihina di depan gadis pujaan hatinya, segera ia membalik pula dengan mendesis mendelik: "Kau ingin mampus?"

Tanpa sadar pemuda berbaju putih menyurut mundur dengan bergidik. Gadis berbaju merah maju selangkah, serunya: "Tuan kemari sebagai tamu, harap tahu diri. Di sini bukan tempat untuk membunuh orang." Kata-kata ini layaknya diucapkan oieh seorang tuan rumah.

Tergerak hati Ji Bun, mungkinkah dia salah seorang dari anggota Wi-to-hwe? Atau ada hubungan kental dengan ketuanya? Kalau begitu orang dalam tandu yang melukai dirinya di Jing-goan-si tempo juga salah seorang dari Wi-to-hwe ini, naga-naganya memang tidak kecil perbawa dan kekuatan Wi-to-hwe.

Tanpa hiraukan ucapan tajam orang, Ji Bun balas bertanya: "Jadi nona adalah tuan rumah di sini?"

"Ah, hanya boleh dikatakan setengah tuan rumah."

"Setengah?"

"Adik Hwi," sela pemuda berbaju putih, "pemandangan di sana begitu permai, bagaimana kalau kita pindah tempat saja?"

Gadis baju merah sedikit mengangguk, dengan pandangan mesra ia mengerling kepada pemuda baju putih, lalu berkata kepada Ji Bun yang dirangsang kemarahan: "Tuan boleh silakan."

Lalu dia ajak pemuda baju putih pergi dengan bergandengan tangan.

Kalau menuruti watak Ji Bun dulu, pemuda baju putih terang sudah mampus, akan tetapi ia kini betul-betul sudah banyak berubah, ia tahu memang tidak leluasa main bunuh orang ditempat ini. Hal itu secara langsung akan mempengaruhi rencananya untuk membalas dendam. Dengan mendelong dia mengawasi bayangan merah putih semakin jauh, timbul rasa kecut dan getir dalam hatinya.

"Dik?" itulah suara panggilan Thian-thay-mo-ki, entah kapan tahu-tahu ia sudah berada di sampingnya.

Ji Bun berpaling sambil tertawa, tertawa ewa, tawa untuk menghilangkan rasa pedihnya, namun Thian-thay-mo-ki tidak hiraukan mimik tawanya, katanya dengan lembut dan prihatin: "Upacara pembukaan sudah hampir tiba."

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongWhere stories live. Discover now