Prolog

6.3K 471 9
                                    

Gana mengusap pipinya yang agak memerah karena tamparan pacarnya. Bukan. Gadis itu baru saja memutuskannya, jadi ia adalah mantannya. Setelah menamparnya cukup keras, ia langsung pergi meninggalkan Gana di bioskop sendirian.

Saat itu bioskop lumayan ramai, jadi semua orang yang dapat mendengar kegaduhan itu menatap Gana yang dengan cueknya tetap duduk setelah dipermalukan mantan pacarnya itu.

Gana tahu mereka semua melihat kearahnya dan membicarakannya, tapi Gana bahkan tak perduli. Entah mental apa yang dimilikinya, atau jangan-jangan ia memang tak tahu malu?

Setelah agak lama, keadaan mulai tenang karena orang-orang sudah fokus kearah layar raksasa itu saat lampu ruangan dimatikan, tanda bahwa film akan segera dimulai.

Gana tak sengaja melirik kearah sebelah kanannya dan menatap Hani dengan kaget, begitu juga sebaliknya. Hani berada tak jauh dari tempat Gana duduk, hanya berjarak 3 kursi dari tempat Gana duduk, dan sialnya ketiga kursi itu kosong.

Gana dan Hani saling tatap, tak tahu harus berbuat apa.

Tiba-tiba lampu dipadamkan, yang membuat Hani langsung bernapas lega. Ia benar-benar bersyukur karena ia tak bisa melihat jelas dalam gelap. Ini pertama kalinya ia bersyukur karena kerusakan matanya itu.

Duk!

Hani merasakan kursinya bergoyang dan menoleh kesebelah kirinya yang sudah diisi seseorang. Siapa lagi kalau bukan Gana.

Tubuh Hani menegang tapi matanya tetap fokus kedepan, ia sangat kaget karena Gana tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Kita kayak lagi ada dikelas ya.'' bisik Gana ditelinga Hani.

Oh, ini benar-benar tak masuk akal! Apa yang harus Hani lakukan? Diam saja? Atau menjawabnya?

Ini pertama kalinya Gana mengajaknya berbicara seumur hidupnya, walaupun ia duduk bersebelahan dengannya saat di kelas.

Untuk apa sebenarnya Gana mengajaknya berbicara? Apa tujuannya? Ia bahkan tahu kalau Gana sangat tak menyukai perempuan, tapi kenapa sekarang lelaki itu mengajaknya berbicara?

***

Next to YouWhere stories live. Discover now