bagian 8

14 1 0
                                    

Mataku mulai terbuka ketika mendengar suara-suara dari luar, kulihat selang infus yang memasuki lengan kananku, dan beberapa peralatan lain yang aku sendiri tidak mengetahui namanya. "Dia sudah sadar" tiba-tiba seorang dokter memasuki ruangan bersama-sama dengan sepasang suami isteri yang kelihatannya sangat berwibawa dengan Slyvester yang turut mengiringi mereka, serta beberapa orang lelaki, mungkin bodyguard pasangan tersebut. "Hi Sylvester" sapaku kepadanya yang juga kelihatan seperti kebingungan. "Uhm.. hi Karen! Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya, "tentu, hanya saja kepalaku sedikit pusing" jawabku sambil tersenyum, "well,, aku ingin memperkenalkanmu kepada orangtua kandungmu, Prince Haakon dan Princess Mette-marit" ucapnya, aku sedikit kebingungan bercampur bahagia. "Hai sayang" ucap mereka dalam bahasa inggeris, "Hi,, terimakasih untuk tidak lelah mencariku" jawabku dengan bahasa norwegia, tak terasa air mata mengalir dari sudut mataku, mereka terkaget dan segera memelukku terharu.

Sebulan telah berlalu semenjak kejadian tersebut yang tentunya menjadi highlight dunia internasional. Oh iya, perkenalkan namaku Ingrid Alexandra, dan orang-orang mengenaliku sebagai Princess Ingrid of Norway. Aku tahu mungkin ini hanya mimpi, dan pada awalnya aku juga berfikir begitu. Tetapi, inilah kenyataan, aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupan sebagai keluarga kerajaan, aku mempunyai seorang kakak laki-laki Marius Borg, dan seorang adik laki-laki Prince Sverre Magnus. Aku sedang berdiri di teras istana di kamarku. " Yang mulia, makanan telah siap" ucap Caisle pelayan istana, "Aku siap" jawabku dan segera pergi menuju ke ruang makan istana.

"Ingrid apakah kau masih trauma dengan kejadian sebulan yang lalu?" Tanya ibuku kali ini dengan bahasa Norwegia(karena mengerti bahwa aku juga paham bahasa Norwegia). "Mom, dia anak yang kuat" ucap Marius memujiku, "aku bersyukur, tidak mempunyai trauma sama sekali" jawabku memastikan, "anggota pers telah meminta kita untuk membuat konferensi pers mengenai kejadian ini, kamu harus tahu sudah menjadi kewajiban kita untuk memberitahukan publik tentang kejadian ini" jawab ayah ku. "Tentu aku siap" jawabku lagi tersenyum, "baiklah konferensi pers akan diadakan pada esok pagi di ruang konferensi pers istana" tambah ibuku. "Berhubungan dengan aksimu menyelamatkan Count of Monpezat dari Denmark.." kata-kata ibuku terputus ketika tiba-tiba aku tersedak, segera kuteguk air di dekatku, "maaf" hanya itu yang terkeluar dari mulutku, karena malu dengan kelakuanku, "tidak apa" jawab ibuku lembut. "Apakah maksud ibu Nikolai?" Tanyaku memastikan, "kau harus menyebut nama gelaran mereka ketika menyebutkan namanya" ucap Sverre, "maksudku, prince Nikolai?" Tanyaku lagi, membetulkan. "Tentu, dan adiknya Prince Felix, Kerajaan Denmark mengundang kita untuk mengunjungi mereka akhir pekan ini, sebagai bentuk terimakasih" jawab ayahku kali ini. " kalau bukan karena keberanianmu, mungkin kerajaan Eropah masih berada dalam kerisauan, aku bangga menjadi adikmu Ingrid" ucap Sverre sambil mengacungkan jempolnya, dan kamipun tertawa bersama. "Bagaimana mungkin kalian bisa tiba-tiba bertemu?" Tanya ayahku, "hmm.. aku bekerja paruh waktu disebuah toko Internet, dan Felix merupakan pelanggan setia kami, Nikolai aku baru menyadari bahwa dia teman sekelasku beberapa bulan yang lalu" jawabku , "kau harus memanggil mereka dengan gelaran mereka Ingrid" ucap kakakku, "oh baiklah, maafkan aku" ucapku kali dan kami semuapun tertawa bersama menikmati sisa hidangan kami.

Aku sedang berada di balkon kamarku, tersenyum mengingat seberapa panjang langkah yang telah kulewati, dalam hatiku aku bersyukur memiliki keluarga kecilku di Amerika, tanpa mereka, mungkin aku tidak akan bertahan hidup di musim dingin 17 tahun yang lalu.

Fantastic SixWhere stories live. Discover now