bagian 2

18 2 0
                                    

Karen mulai menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Sekarang dia duduk di tahun terakhir sekolahnya, sesuatu yang sudah dia tunggu-tunggu sejak lama. Bersekolah bukanlah hal yang mudah untuknya, itu sebabnya dia memutuskan untuk mempercepat sekolahnya sehingga di usia 16 tahun dia sudah berada di tahun terakhir sekolah. "Karen apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Happy yang tiba-tiba muncul di dapur kami. "Uhmmm... aku hanya mencoba membuat pancake kurasa masih ada sirup raspberry yang kubeli tadi malam" jawabku sambil membalikkan pancake yang sedang kumasak. "Sounds great" Happy sambil mengambil satu dan menaruh dipiringnya dan menuangkan saus raspberry keatasnya kemudian melahapnya, aku hanya tersenyum melihatnya. Well mereka lebih tepatnya seperti kakak-kakakku, karena jujur saja meskipun umur mereka sudah menginjak matang mereka terkadang masih bersikap seperti anak kecil. Mungkin kalian bertanya-tanya dengan siapa aku dibesarkan bukan? Mereka berempat mengambil Paige untuk menjadi babysitterku dan sebagai perantara antara mereka dan dunia sosial, karena sekarang mereka telah mempunyai pekerjaan tetap. Mereka bekerja membantu lembaga pemerintah untuk menyelesaikan beberapa kasus kriminal."Aku harus berangkat sekarang, atau aku akan telat nanti, sampai jumpa lagi Happy" aku pamit sambil mengambil tasku, Happy hanya meresponnya dengan anggukan dan akupun beranjak pergi ke sekolah.
Cuaca cukup cerah hari ini, dan aku memutuskan untuk berjalan kaki kesekolah. 1, karena cuaca cerah 2, karena menyehatkan 3, menghemat keuangan hahaha mungkin kalian akan mengernyit pada alasan yang ketiga, tetapi aku hanya mencoba jujur pernahkah kalian benar-benar membayangkan betapa susahnya mencari uang?well mungkin tidak bagi sebagian kalian, tetapi bagiku, sudahlah kalian pasti mengerti.

Aku mulai memasuki koridor sekolah yang dipenuhi dengan orang-orang yang berkelompok, mungkin membahas tentang brand terbaru, atau sekadar basa-basi membicarakan topik hangat, atau apalah yang penting bukan urusanku. Aku segera menuju lokerku, dan terkaget ternyata Hailey sudah menungguku disana. Aku memberikannya senyuman,"Hi Karen" sapanya membalas senyumanku dan menyingkir memberiku ruang untuk menyiapkan buku-bukuku. Aku segera memasukkan buku matematika, fisika, dan literature kedalam tas ku."Bagaimana dengan Paige?" Tanyanya ketika aku selesai merapihkan bukuku."dia belum datang, aku berangkat sekolah awal hari ini" jawabku. Hailey mungkin teman terbaik dan mungkin terwaras yang bisa kutemukan sepanjang karir sekolahku, kami satu sekolah sejak kelas 1 elementary school, jadi dia mengerti 95% kehidupanku."gosh,, sebentar lagi bel masuk aku duluan ya.." ucapnya seketika dan segera berlari, namun tiba-tiba dia berhenti dan berbalik kepadaku. "Senyummu cantik Karen, tersenyumlah, dunia ini indah and... see you on lunch" ucapnya sebelum berbalik dan melanjutkan perjalanannya. Jadwal kelas kami hampir sama, namun tidak untuk hari ini, dia mengambil sejarah, sedangkan aku sedang berjalan menuju kelas matematikaku.
Aku memutuskan untuk duduk dibangku depan tetapi memutuskan untuk berada di posisi terhujung, karena jarang ada yang ingin menempatinya sehingga aku lebih leluasa memperhatikan guru, ditambah lagi matematika bukanlah hal yang sulit jika ada Sylvester yang setiap hari memberiku tution extra sebelum tidur.Aku memang cukup unggul dalam pelajaran sains dan teknologi, semuanya karena 'kakak-kakakku', mungkin mereka tidak pernah mengajariku bernyanyi, bermain, atau menari, tetapi setidaknya mereka selalu mengajariku yang terpenting untuk bertahan hidup. Tiba-tiba seseorang duduk di bangkuku, laki-laki dengan rambut yang kecoklatan, matanya yang hijau membuatku terkaget sendiri ditempatku."Hi" jawabnya menyapaku sambil mengeluarkan buku matematika dari tasnya."oh..hi" jawabku bingung dan Mr.Ridley segera masuk membuka kelasnya, akupun segera memperbaiki posisi dudukku dan mulai memperhatikan pelajaran berlangsung.

Setelah pelajaran selesai, aku segera keluar kelas menuju kelas berikutnya. Aku bersyukur karena laki-laki tadi fokus dalam kelas, namun aku juga heran karena aku sudah memperkirakan dengan sudut yang tepat bahwa tidak akan ada yang duduk disampingku, ah mungkin aku harus membahasnya dengan lebih mendalam dengan Sylvester, mungkin hitunganku keliru. Aku mulai memasuki kelas literatureku, dan segera menemui Hailey dan duduk disebelahnya."Akhirnya setelah kesepian duduk di kelas matematika, sampai juga waktunya kau sekelas denganku" ucapnya sambil tersenyum mengacak-acak rambutku seperti aku anak kecil yang malang."hari ini aku tidak duduk sendiri" terangku, dan seketika Hailey menampakkan muka shocknya,entah mungkin seperti habis mendengar kabar menggemparkan."okay,, jadi kau mau mengatakan bahwa.." aku segera menaruh jari telunjukku di bibirnya memintanya diam karena Mr.Gerard sudah memasuki kelas. Hailey hanya mendesah namun akhirnya menurut.
Waktu lunch tiba dan kami segera menuju kantin sekolah."ren, kamu berhutang padaku" saat kami sedang membayar makanan kami dan menuju tempat langganan kami. Kantin kami cukup luas dan terdapat beberapa tingkatan, bagian bawah ialah pusat kantin, dan entah siapa yang membuat dan mengekalkannya semua orang duduk sesuai dengan hierarki mereka. Semakin keatas, hierarkinya semakin tinggi. Aku dan Hailey setuju dengan ketidakrasionalan ini, sehingga kami memustuskan untuk duduk di bagian bawah karena 1, lebih cepat 2, lebih dekat 3, pemandangan yang mengarah ke taman sekolah menjadikan tempat kami cocok untuk istirahat."Hutang apa?" Tanyaku sambil melahap burgerku."kamu duduk sama siapa hari ini?" Tanyanya lagi, melahap saladnya. Aku hanya mengangkat bahuku, "kok bisa?" Tanyanya lagi, "aku kesekolah untuk belajar, bukan untuk kenalan" jawabku simpel. " iya,, tapi pertemanan itu juga penting Karen" jawabnya kali ini nadanya lebih tenang. " kalau begitu kenapa kamu mau berteman denganku? Tidakkah seharusnya kamu duduk diatas sana?"sambungku."bagaimana dengan cyber daycare mu?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan, Hailey sangat tahu waktu yang tepat untuk mengalihkan pembicaraan, ketika aku mulai merasa 'panas' dengan topik pembicaraan tersebut."Aku baru menyelesaikan sebuah game pembelajaran untuk aljabar junior high school dengan Sylvester dan Walter, semakin banyak yang datang ke daycare, aku mendapat bonus" jawabku yang kini sudah melupakan topik sebelumnya. "Wow! Kau sudah bisa menjadi usahawan muda Karen!" Komentar Hailey. Aku hanya tersenyum.
Sepulang sekolah, aku segera menuju Cyber Daycare yang lokasinya lumayan jauh dari sekolahku sehingga kuputuskan untuk menggunakan bis.Aku bekerja paruh waktu disebuah daycare yang juga merupakan warnet untuk anak-anak, tugasku hanyalah mengawasi setiap komputer dan memastikan bahwa tidak ada konten dewasa yang keluar dalam pencarian komputer pengguna, dan mengisinya dengan beberapa aplikasi yang kubuat sendiri tentunya dengan seizin pemilik daycare tersebut.
"Hi Karen" sapa Mrs.Yuen pemilik daycare ini ketika aku mulai memasuki daycare, kulihat daycare sudah mulai ramai dikunjungi para orangtua yang ingin mengambil anaknya ataupun anak-anak yang mau bermain di lab komputer, "hi Mrs.Rosaline" jawabku sambil menuju tempat kerjaku, ternyata Robert pegawai pagi masih ada ditempatnya, "oh Karen kau sudah datang!" Dia sedikit terkaget melihatku telah bersiap untuk kerja. " yeah.. dan kau bisa bersiap untuk kuliah malammu" ucapku. Robert segera bersiap untuk pergi, "bye Karen" dia melambaikan tangan dan segera pergi. Seperti biasa, aku mulai mengontrol semua komputer yang ada di laboratorium. Banyak anak-anak junior high school yang datang untuk mengerjakan tugas-tugas mereka atau hanya untuk menikmati game edukasi yang sudah ku install. "Hi,, what's up?" Tanyaku ketika seorang anak laki-laki mulai memasuki laboratorium."Karen, apa kabar?" Tanyanya sambil berjalan menghampiriku. "Baik, bagaimana denganmu Felix?" Tanyaku lagi."Apakah kamu punya game baru? Sepertinya aku akan berada disini sampai nanti keluargaku mengambilku" tanyanya dengan nada lesu." Oh sure my boy, aku akan senang jika kamu mau menemaniku bekerja, mau kuberitahu sesuatu?" Jawabku, "tentu" jawabnya dengan wajah penasaran. "Aku baru saja menyelesaikan game aljabar ku, tapi aku belum menginstallkannya dimanapun karena kupikir programnya belum begitu stabil" terangku, "maksudmu 'beta program'?" Tanyanya, akupun mengangguk. "Kalau begitu, biarkan aku mencobanya untukmu aku juga baru mempelajarinya" usulnya, matanya menunjukkan ketertarikan. Akupun menyuruhnya duduk disampingku, dan segera mengeluarkan laptopku kemudian membukakan program itu untuknya.
Waktu berjalan begitu cepat tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, ketika aku sedang memeriksa beberapa komputer, "Nikolai!!" Aku mendengar teriakan Felix, dan segera melihat ke pintu masuk, aku mengenali mukanya tetapi entah dimana, mungkin hanya mirip."why took so long to pick me up bro!" Ucapnya dan segera mengambil tasnya."Berapa semuanya? Mungkin adikku sudah sangat lama disini" ucap si kakak menanyakan tagihan."oh dia tidak menggunakan komputer dan internet, so it's free" jawabku."Karen kau harus segera merilisnya kupikir semuanya telah stabil" ucap Felix sambil memberikan lambaian tangan dan berjalan keluar. Aku melihat kakaknya yang belum juga beranjak dari tempatnya berdiri, aku memberinya pandangan bingung dan diapun seperti baru tersadar dan segera pergi menyusul adiknya setelah sebelumnya memberiku senyuman. Aku hanya menggelengkan kepalaku, keheranan.

Fantastic SixWhere stories live. Discover now