41. Kejadian di Malam Itu

27.7K 1.8K 201
                                    

Semua yang berada di apartemen Kendra, tidak ada yang tidak tersenyum. Tetapi cewek itu, yang tengah duduk di lantai sambil memperhatikan Putra memainkan gitarnya, sama sekali tidak menggoreskan senyuman. Tya, memeluk kedua lututnya, lalu menunduk dan menghela napas berat.

Harusnya ia juga bahagia di hari bahagia Kendra. Tapi kejadian Kendra memeluk Alana barusan membuat Tya murung. Tya tidak membenci Kendra, maupun Alana. Melainkan membenci dirinya sendiri yang terlalu egois. Seharusnya, Tya bisa mengontrol emosinya, walaupun harus berpura-pura senyum di depan Kendra dan semuanya. Tapi ia tidak bisa. Ia selalu berandai-andai, kalau aku ada di posisi Alana, apa rasanya, ya?

"Tya." Tya mendongak, memperhatikan seluruh mata yang menatapnya. Bahkan Putra berhenti memetik gitarnya. Tya cengengesan. "Kenapa Kak?"

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Kendra dengan wajah tanpa dosa. Begitu juga dengan yang lain.

Tya mengusap tengkuknya dengan wajah tidak enak. "Gak kok, Kak."

"Terus kenapa? Bosen ya?"

Tya langsung menggeleng cepat. Tidak, sama sekali bukan itu jawabannya. Tya pun memikirkan jawaban yang dapat menutupi apa yang ia rasakan sebenarnya. "G-gak kok. Cuma ... ngantuk aja hehe." Lagi-lagi Tya mengusap tengkuknya.

Kendra mengangguk. "Mau kelu--"

"Eh iya, Tya abis dari Singapore ya?" tanya Adam lalu menoleh ke arah Tya. Mata Tya membulat, jantungnya seperti jatuh ke perutnya. Apapun itu, Tya memang masih suka memperhatikan Adam, walau perasaannya sudah tidak sebesar dulu. Dan Tya juga tidak berharap lagi pada Adam semenjak hadirnya Kendra di kehidupannya. Tapi tak dapat dipungkiri, Tya sekarang sedang menahan senyum kuat-kuat saat Adam mengajaknya berbincang.

Semua cewek pun mungkin akan melakukan yang sama jika diajak bicara oleh Adam.

"Ya gitu deh hehe," jawab Tya malu.

"Gak ada oleh-olehnya, nih?" Adam terkekeh.

"Kak Adam mau cokelat? Kalo mau, kapan-kapan gue bawain."

"Mauuu. Mayan buat ngemil malem-malem."

"Ehem." Putra membersihkan tenggorokannya, membuat Tya yang tadinya ingin berucap, kembali menutup mulutnya. Sementara Adam hanya tertawa lalu menyenggol lengan Putra pelan.

"McD yok? Gue traktir," ujar Kendra lalu berdiri dari tempatnya, mengambil dompet yang tergeletak di lantai.

Mata Putra berubah menjadi berbinar dan tampak penuh energik. "Sumpah Ken lu mau traktir McD?"

"He eh."

"Gua pesen apa aja boleh?"

"Iya. Pesen mbak-mbaknya sekalian juga boleh." Seluruh orang yang di sana tertawa. Namun Putra tak peduli. Kalau ada yang gratis, Putra terasa seperti dilahirkan kembali. Alhamdulillah.

"Yok." Mereka pun mengangkat bokong dari lantai dan bersiap meninggalkan tempat itu.

Adam membuka Snapchat di ponselnya, lalu segera merekam dirinya bersama teman-temannya dengan video. "Yesss, yang ulang tahun mau traktirrr," ucap Adam lalu mengarahkan kameranya ke Kendra. Telapak tangan Kendra langsung menutup kamera tersebut membuat layar tampak gelap sebentar.

Adam menggerakan ponselnya lagi, kali ini ke arah Tya. "Tya! Haaaiii." Tya menoleh lalu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya. Lalu, video pun mati.

Adam tertawa sambil melihat hasil rekamannya tadi. "Lucu banget sih si Tya." Mata Tya membulat, akhirnya bibir yang sedari tadi ia tahan untuk tersenyum karena Adam, kini melengkungkan senyuman.

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang