7. Makan Bersama Jona

25K 2.3K 48
                                    

Kedua gadis remaja itu akhirnya sampai di restoran yang terkenal dengan kelezatan pancake-nya itu, Pancious.

Alana menghela napas berat begitu melihat Kendra yang dengan wajah menyebalkannya itu sedang bermain ponsel. Berbeda dengan Alana, Adel justru terpanah melihat gaya masukulin Kendra malam ini.

"Ya ampuuun, Kak Kendra ganteng banget pake kemeja flanel gitu," ucap Adel dengan senyum luluh.

Bukannya berjalan menyusul cowok yang sedari tadi sedang menunggunya, Alana justru hanya diam membeku. "Lan, lo ngapain sih? Ayo ke Kak Kendra." Adel langsung menarik Alana menuju kursi Kendra.

Kendra pun mendongak, mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju kedua cewek yang sudah berdiri di samping mejanya. Ia pun langsung menyengir tiga jari, apalagi melihat wajah Alana yang sepertinya kesal karena Kendra mengganggu malamnya yang hanya ingin cewek itu habiskan bersama Adel.

"Kenapa Ken manggil gue?" tanya Alana to the point.

"Duduk aja dulu. Jangan jutek-jutek gitu dong," ujar Kendra seraya tersenyum miring.

"Gak ah, apaan dulu nih? Kalo gak, gue pergi nih." Adel sambil melotot menatap Alana. Menurut Adel, ini kesempatan emas bisa dekat dengan senior terkenal macam Kendra. Kalau ujung-ujungnya mereka tidak makan satu meja, Adel pasti akan merasa sangat rugi.

"Yakin mau pergi? Entar nyesel lho." Kendra sengaja mengucapkannya seraya menoleh ke belakang, ke arah kasir yang rada jauh dari belakang tempat ia duduk. Alana pun mengikuti arah gerak mata Kendra.

Mata Alana membulat sempurna begitu melihat Jona dengan kaos putih dan celana jins hitam, tentu dengan kupluk berwarna abu-abunya. Bahkan, Jona hanya memakai kaos putih polos saja, tingkat ketamapanannya di mata Alana sudah berada di tingkat teratas.

Namun, ia teringat sesuatu. Bukannya dia mau dinner sama Gita? Kok bisa? Alana langsung menatap Kendra dengan tatapan tak percaya. Kendra pun memperlihatkan senyum miringnya. Sementara Adel, tak mengerti keadaan atmosfir di restoran ini.

Alana langsung tersenyum memamerkan gigi-giginya dan duduk di sana. Adel duduk di depan Kendra dan Alana duduk di depan kursi kosong sebelah Kendra, yang pastinya kursi kosong tersebut akan diduduki Jona nanti.

Adel mendekatkan wajahnya ke Alana lalu berbisik, "Maksudnya apaan sih Lan? Kok tiba-tiba lo mau duduk?" sebenarnya sih Adel bersyukur karena Alana akhirnya mau duduk satu meja juga dengan Kendra. Namun yang ia tak paham adalah alasannya.

Alana pun ikut berbisik. "Nanti gue ceritain."

Jona pun berjalan menghampiri mereka, membuat Alana semakin membeku—salah tingkah. Alana meremas sweater-nya yang tidak bersalah itu. Jona tiba-tiba saja memberhentikan langkahnya saat melihat adanya dua tamu baru di mejanya. Namun Jona langsung tersenyum lebar saat menyadari kalau itu adalah Alana.

"Eh, ada si Alana." Jona pun duduk dengan senyum maskulinnya yang membuat jantung Alana memompa darah lebih cepat. "Kalo yang ini siapa namanya?" tanya Jona ramah sambil melihat Adel.

"Adel, kak. Temennya Alana." Adel tersenyum sopan pada Jona. Betapa beruntungnya Adel bisa berteman dengan Alana. Ternyata dapat membawanya kepada senior-senior tampan dan terkenal seperti yang ada di hadapannya ini.

"Ohh Adel," Jona mengangguk sambil tersenyum, "sekelas sama Alana juga?"

Adel menggeleng. "Gue IPS kak, kalo Alana kan IPA." Lagi-lagi Jona mengangguk.

"Eh pada pesen dong," celetuk Kendra yang sudah kelaparan, "ditraktir Alana nih," ucapnya asal.

"Pala lo." Kendra tertawa terbahak begitu juga Jona dan Adel. Alana pun ikut terkekeh. Cewek itu tersenyum ke arah Kendra, seperti ingin mengucapkan kata terima kasih secara telepati.

Kendra mendapati Alana yang tersenyum ke arahnya, ia pun kembali melemparkan senyum.

--

"Bye, thanks ya!" ucap Jona sambil tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Alana, Kendra, dan Adel. Apartemen yang Jona tinggali berbeda tower dengan mereka bertiga. Alhasil, mereka pun berpisah sampai di lobby apartemen.

Saat Jona melenggang pergi, Adel teringat sesuatu. "Lan, gue ke mini market dulu ya. Mau beli makanan buat sarapan besok, udah pada abis."

Alana pun tersenyum sambil mengangguk. "Ya udah Del. Tapi gak pa-pa lo sendirian malem-malem?"

"Gak pa-pa lagi... banyak satpam ini," ujarnya lalu terkekeh.

Alana terkekeh. "Oke oke. Bye Del, thank you yaa!"

"Iyaa bye Lan, bye Kak Ken." Kendra hanya membalas dengan senyuman dan mengangguk singkat. Adel langsung pergi menuju mini market yang ada di apartemen itu.

Kini, lagi-lagi hanya tinggal mereka berdua. Adel langsung sontak memeluk Kendra. "Kendra makasih banyaaaakk!" ucapnya dengan pelukan erat. Kendra hanya dapat membeku. Tak lama kemudian, bibirnya mengulum senyum. 

****

iya gue tau chapter ini dikit banget. rada rushing jadi sedikit dah:'D

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang