31. Kedatangan Tamu Spesial

19.7K 1.6K 266
                                    

Sebuah motor berhenti di depan rumah Gita. Ditumpangi oleh dua orang, Jona dan Gita. Gita pun turun dari motor Jona sambil senyum-senyum. Tak bisa dipungkiri, gadis itu tersenyum terus selama perjalanan. Betapa ia merindukan momen-momen ini. Akhirnya.

"Makasih ya Jon, hehe," ujar Gita lalu mengusap tengkuk belakangnya. Sejujurnya, gadis itu malu.

Jona tersenyum. "Sama-sama, Git. Jangan sampe gak makan lagi, ya. Kalo pingsan kayak tadi kan gue repot dan panik juga."

Gita tertawa dengan pipi merahnya. Ternyata Jona masih seperhatian dulu.

"I-iya deh. By the way, Alana tau kalo lo anter gue?" sebenarnya Gita malas menyebut nama Alana. Kalau tidak ada Jona, Gita pasti akan memutar bola matanya.

"Hm, gue bilang ke dia kalo lagi rapat OSIS, sih. Gue juga sebenernya gak enak mau boongin dia. Tapi mau gimana lagi, lo lagi sakit kan, dan lo juga gak jelas pulangnya naik apa. Sekali boong aja deh, gak lagi," jawab Jona lalu tertawa, begitu juga dengan Gita.

"Ya udah deh, gue masuk dulu ya Jon. Mau istirahat. Bye," ujar Gita sedikit salah tingkah.

"Oke Git. Jangan lupa makan, ya." Gita tersenyum seraya mengangguk. Motor Jona pun melaju meninggalkan Gita. Gita tersenyum miring. Jona gak tau aja, sekalinya bohong bakal mengundang kebohongan lainnya.

Kendra mengendarai motornya dengan sedikit terburu-buru. Bisa-bisanya seorang kapten futsal terlambat dan tertidur di apartemennya. Kendra merasa dirinya sangat tidak becus.

Ia terus merutuki dirinya sendiri, sampai akhirnya, tak sengaja ia sedikit menabrak seorang Ibu-Ibu, masih dalam kawasan apartemennya. Kendra langsung rem motornya mendadak, sampai badannya maju ke depan. Ibu-Ibu itu terjatuh sambil meringis kesakitan. Untungnya, tidak ada luka di sana.

Kendra pun turun dari motornya, tanpa membuka helmnya, hanya membuka kacanya karena sudah panik. Ia langsung membantu Ibu-Ibu itu berdiri. Ketara sekali kalau Ibu-Ibu itu sangat kesal.

"Ma-maaf Bu, saya gak sengaja." Wajah Kendra benar-benar terpampang merasa sangat bersalah.

Ibu-ibu itu, bernama Maya, langsung memukul-mukul pundak Kendra. Membuat Kendra mengaduh kesakitan. "Kurang ajar, ya! Bukannya liat-liat dulu kalau ada orang mau lewat, malah main tancep gas aja! Sakit kaki saya, tau!"

"I-iya Tante, maaf," ujar Kendra sambil melindungi tubuhnya dari pukulan Maya. Dalam batin Kendra, suaranya mirip siapa ya...

"Mana saya pake heels lagi, jadi makin susah jalan, tau!"

"Y-ya udah. Mobil Tante di mana? Saya—"

"Udah nabrak, nanyain mobil saya lagi! Mau maling kamu, teh?! Mau dijadiin ikan pepes sama saya?" Maya mengepalkan tangannya dan diperlihatkan pada Kendra. Kendra menelan ludahnya sambil mengangkat kedua tangannya.

"B-bukan begitu, Tante," Maya menurunkan kepalan tangannya, "m-maksudnya, saya bisa anter Tante ke mobil. Atau Tante penghuni apartemen ini? Biar saya anter."

"Gak usah. Saya mau ketemu anak saya yang tinggal di sini. Awas ya kamu kalo ketemu saya lagi. Abis sia teh." Mata Kendra membulat, sedetik kemudian ia tersenyum sopan. Bergidik ngeri dengan Ibu-Ibu preman di hadapannya.

"S-sekali lagi saya minta maaf ya Tante. Saya duluan ya, buru-buru nih."

"Bodo amat." Maya pun langsung berjalan meninggalkan Kendra dengan kepala mendongak. Hanya satu yang Kendra harapkan, nggak ketemu lagi sama Ibu-Ibu itu.

--

Ting tong.

Ting tong.

Alana terbangun. Matanya mengerjap-ngerjap. Suara bel apartemennya mengejutkannya dari alam bawah sadar. Ia merenggangkan tubuhnya lalu menguap lebar. Ia tertegun saat melihat Kendra sudah tidak ada lagi. Dahinya mengernyit, Kendra ke mana?

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang