12. Satu Bus

23.8K 2K 102
                                    

Kini, Alana dan Jona sudah berdiri di depan pintu apartemen Alana. Alana masih mengukir senyum. Tak bisa dipungkiri betapa senangnya ia malam ini. Hanya sekedar berbincang dan mengetahui satu sama lain, namun bisa membuat Alana berharap banyak dengan Jona. Apalagi saat tahu Jona tidak suka lagi dengan Gita. Tidak tahu harus senang atau tidak, tetapi Alana hanya mengikuti alur permainan ini saja.

"Makasih ya Jon, udah traktir gue, plus dianter pulang lagi hehe. Lain kali, gue traktir balik deh," ujar Alana sambil cengengesan. Gak pa-pa traktir, yang penting bisa sama Jona terus.

"Gak usah kali, selo aja." Jona tertawa, begitu juga dengan Alana. "Oh ya Lan, hmm," Jona menunduk dan mengusap tengkuknya, "lo ... belom ada pacar kan ya?" Alana melongo. Merasa pertanyaannya seakan-akan menodong, Jona mengganti pertanyaannya. "Eh, maksud gue, lo udah punya pacar apa belom?"

Alana cengengesan. "B-belom sih... hehe. Kenapa?"

Jona langsung menggeleng cepat. "Kagak... nanya doang, hehe. Ya udah, gue balik dulu ya. Night, Alana."

"Night, Jona," balas Alana dengan pipi bersemu. Jona pun tersenyum dan pergi meninggalkan Alana. Alana pun menahan teriakan dan lompat-lompatnya dengan sekuat tenaga.

Sementara itu, di balik sisi pintu yang lain, Kendra menguping pembicaraan mereka. Tangannya mengepal kuat. Ia memukul tembok sekenanya. Namun tiba-tiba ia tersadar. Lah, kenapa gue marah?

***

Hari dimana murid kelas 11 dan 12 pergi live in pun tiba. Mereka sudah berkumpul di lapangan bersama wali kelas masing-masing. Bu Diana, selaku ketua penyelenggara dan juga bidang kesiswaan, berdiri di balok kecil yang setidaknya membuat ia terlihat lebih tinggi dari semua murid yang sudah berbaris.

"Selamat pagi semuanya," ucapnya dengan wajah jutek. Semua murid pun membalas ucapan guru tersebut. Bu Diana memang terkenal jutek namun ia suka mengejek murid yang bandel, yang membuat murid-murid lain tertawa kalau ia sudah mengeluarkan ejekan pedasnya. Dibalik kejutekannya, ia sangat friendly dengan murid-murid bandel. Maka dari itu, Kendra dan kawan-kawan cukup dekat dengannya.

"Pagi Bu guru yang paling cantik," celetuk Kendra dengan suara toanya. Membuat murid lain tertawa.

"Iya saya tau saya paling cantik. Gak usah diingetin lagi ya," ujar Bu Diana membuat Kendra dan Putra tertawa ramai, begitu juga dengan murid-murid lain. "Oke. Jadi di sini saya ingin mengumumkan pembagian bus. Jadi dengar baik-baik ya."

Bu Diana berdehem. "Untuk mengakrabkan senior dengan juniornya, bus pun kami gabungkan antar kelas 11 dan 12," mendengar itu membuat para siswa-siswi ricuh, "silakan untuk para wali kelas memberi tahu kepada anak muridnya berada di bus berapa mereka dan satu bus dengan siapa mereka. Terimakasih." Bu Diana pun langsung turun dari balok tersebut dengan wajah juteknya.

Pak Christian pun memberi pengumuman kepada anak kelas 11 IPA 2, kelasnya Alana. "Kalian nanti masuk bus 2 dan satu bus dengan kelas 12 IPS 2." Seketika para cewek-cewek heboh sendiri begitu mendengar kelas 12 IPS 2. Kelas berisi lima cowok ganteng, siapa lagi kalau bukan Kendra dan kawan-kawan.

"Berarti kita se-bus sama Kendra gitu-gitu ya?" tanya Alana pada teman-temannya dengan wajah senang.

"Iya Lan! Seneng banget gue," celetuk Tya. Alana langsung kesenangan dalam hati. Yes, satu bis sama Jona!

"Eh, eh," tiba-tiba Caca berceletuk, "nanti kita duduknya rada-rada di belakang, ya. Soalanya mereka berlima kan pasti duduk paling belakang tuh. Terus Lan, lo bantuin kita SKSD sama mereka, dong. Lo kan deket tuh sama Kendra. Bisa kan bantu kita?" tanya Caca dengan senyum penuh harapnya.

"Aduuhh... gak tau deh gue. Gue juga kan cuma deket sama Kendra, gak sama semuanya."

"Ya udah gak usah gak pa-pa," celetuk Tya, "yang penting gue bisa ngeliat Adam seharian di bus!" ucap Tya penuh antusias.

Alana langsung melongo mendengar lontaran Tya. "Loh? Bukannya lo lagi deket sama ... Kendra?"

Tya terkekeh. "Gak juga, ah. Gue kan cuma diajak dinner sama dia, gak lebih dari itu. Hati gue mah tetep buat Adam seorang," ucap Tya lalu meletakan kedua tangannya di dada seraya tersenyum.

Wah... gak bisa gini nih, batin Alana.

"Yak, sekarang kalian pergi ke bus ya. Yuk," titah Pak Christian. Para murid kelas 11 IPA 2 pun langsung berjalan menuju bus. Senyum terukir di wajah Alana. Akhirnya ada suatu kejadian lagi yang dapat mendekatkan dirinya dengan Jona.

Alana memasuki pintu bus yang berada di belakang. Ia sudah dapat melihat Kendra dan teman-temannya duduk berderet di belakang. Sandy di pojok kaca paling kanan, lalu di sebelahnya ada Kendra, Putra di tengah dengan gitar di pelukannya, lalu Jona, dan paling pojok kiri ada Adam.

Pandangan Alana dan Jona beradu. Mereka pun saling melempar senyum satu sama lain. Kendra yang melihat hal itu, langsung menginterupsi. "Lan, mau kacang gak?" tanya Kendra seraya menyodorkan sebungkus kacang Mayashi.

"Mau!" jawab Alana senang karena ia sangat suka kacang bermerek Mayashi tersebut.

Kendra memberikan bungkusan itu pada Alana. Alana memasukan tangannya ke dalam bungkusan. Namun, kosong. Tak ada kacang satupun.

"Mana Ken?"

Kendra tertawa. "Udah abis. Tolong buangin, ya."

Alana geram. Ia meremuk bungkusan sampah itu lalu melemparkan ke wajah Kendra. "Buang sendiri." Alana langsung pergi meninggalkan Kendra, duduk di kursi untuk dua orang yang berada di depan pintu belakang. Jadi, Alana duduknya masih rada berdekatan dengan kelima kakak kelas itu.

"Galak banget sih Lan, nanti nambah keriput sama uban, lho," celetuk Kendra, membuat Kendra, Putra, dan Adam terbahak. Alana menoleh ke arah Kendra dengan tatapan tajamnya. "Jangan berisik!" ucap Alana lalu ia membuang muka. Kendra hanya tersenyum miring melihat tingkah Alana yang lucu.

"Lan," panggil Caca yang duduk di sebelahnya. "Ya?"

"Bikin gue ngobrol sama Putra dong," pinta Caca dengan wajah memelas.

Alana memutar bola matanya. "Gak bisaaa, Caca. Kalo lo mau ngomong sama Kendra, baru gue bisa. Gue kan gak pernah ngobrol sama Putra. Eh, pernah deng."

Caca langsung menarik-narik kemeja Alana. "Seriusss??! Kapan? Kok gue gak diajak?" Caca memajukan bibirnya.

"Waktu itu si Kendra ngajakin gue berenang. Gue gak tau kalo ada si Putra juga di sana. Jadi, ya ... barengan deh. Makanya, lo sering-sering dateng ke apartemen gue," jawab Alana lalu terkekeh.

"Ihhh envyyy."

"Lebay lo, Ca."

--

"Pegang tangaaaaaankuuu, bersama jatuh cintaaaaa.... oooo...," Kendra, Putra, dan Adam bernyanyi layaknya orang yang mabuk. Putra memainkan gitarnya heboh. Sementara Sandy hanya menatap jalanan dari jendela bus sambil mendengarkan lagu lewat earphone. Dan Jona hanya tertawa-tawa melihat tingkah teman-temannya.

"Duh, suaranya sumbang banget sih," celetuk Alana dengan suara pelan. Ia jadi menyesal duduk di dekat mereka.

"Kali keduaaa pada yang samaaa. Sama indahnyaaa." Suara sumbang mereka tanpa malu dikeluarkan. Untung Jona gak nyanyi, batin Alana.

 ****

kuliah smt 3 udh berasa capeknya cuy:'D #curhat

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang