25. Bicara

21.7K 1.6K 93
                                    

Di pagi hari yang lumayan dingin ini, Tya, Caca, dan Nila berjalan dengan riangnya menuju sekolah. Saling bercerita mengenai apa yang baru saja mereka alami baru-baru ini. Dan itu merupakan hal biasa dan umum yang dilakukan oleh para sahabat, bukan?

"Tya!" suara seseorang menginterupsi langkah ketiga cewek itu. Jantung Tya berdegup kencang melihat Kendra yang tengah berjalan ke arahnya. Caca maupun Nila juga senggol-senggolan melihat Kendra yang berjalan ke arah mereka. Mereka tahu bagaimana perasaan Tya sekarang begitu melihat cowok berperawakan tinggi itu.

Kendra menyerahkan sebungkus es krim rasa stroberi pada Tya, membuat mata cewek itu membulat.

"Nih, janji yang kemaren. Minta dibeliin es krim, kan?"

Tya mendongak menatap Kendra sambil melongo. "T-tapi kemaren cuma bercanda kok, Kak."

Kendra terkekeh, tangannya masih terulur menyodorkan es krim yang baru saja ia beli di mini market depan sekolahnya. Tentu saja es krim itu masih dingin. Bahkan asapnya saja masih sedikit terlihat di sekitar bungkusan es krim itu.

"Gak pa-pa. Udah keburu gue beli, nih." Tya dengan senyum dan pipi merona mengambil es krim favorit rasa stroberi itu.

"M-makasih Kak Kendra."

Kendra tersenyum. "Sama-sama."

Bertepatan dengan itu, Alana dari jauh melihat teman-temannya sedang berbincang dengan Kendra. Bibir Alana tersenyum menatap Kendra. Timbul rasa rindu pada sahabatnya yang satu itu. Langsung saja, Alana berjalan cepat menghampiri mereka.

"Oi!" sapa Alana yang sempat membuat yang lainnya terkejut, lalu mereka tertawa. Kecuali Kendra.

"Eh, Lan. Kak Jona nya mana?" tanya Tya dengan wajah dan nada tanpa dosa, membuat Kendra menunduk saat itu juga.

"Gue gak sama Jona pagi ini. Tadinya mau sama Kendra, eh nih orang malah udah pergi duluan." Kendra cengengesan. Lagipula, memang lebih baik Kendra tidak usah mengantar Alana sekolah. Kendra tetap pada pendiriannya: jaga jarak dengan Alana.

"Ya udah, gue masuk dulu ya. Bye." Kendra langsung cepat-cepat melenggang jauh. Alana maupun Tya sama-sama menyayangkan hal itu. Alana mendengus lalu menggeleng. Kendra kayaknya bener-bener jauhin gue...

"Lan," Nila memanggil, membuat si pemilik nama mendongak, "lo ada masalah ya, sama Kendra?"

Pertanyaan tersebut membuat mata Alana membulat. Alana juga paham, siapapun yang menjadi orang ketiga pengamat akan menanyakan hal yang sama. Alana pun juga merasa seperti memiliki masalah dengan Kendra. Tapi ia rasa, ia tidak ada masalah apa-apa dengan cowok itu.

"Gak sih ... emangnya kenapa, Nil?"

"Ya ... gue udah jarang aja liat kalian ke mana-mana berdua. Biasanya kan Kendra suka gangguin lo gitu, sekarang malah kayak ngejauh. Yakin lo gak ada masalah?"

Alana menggeleng. "Gak, kok. Gue juga gak tau kenapa dia tiba-tiba ngejauh. Bikin gue jadi ngerasa bersalah," ujar Alana lalu menunduk.

"Hm," Caca berceletuk, "itu sih mah, si Kendra cemburu."

Kelopak mata Alana melebar, begitu juga dengan Tya. Walau Tya hanya diam saja, tapi cewek itu memperhatikan dengan jeli setiap perkataan yang keluar dari mulut temannya.

"C-cemburu gimana?"

"Kalo gue perhatiin, kalian menjauh semenjak lo jadian sama Jona. Ya gak, sih?"

Tiba-tiba Alana teringat beberapa hari lalu saat ia bersama Jona dan teman-temannya makan di restoran. Saat Kendra tiba-tiba marah tanpa alasan dan berucap kasar pada cewek itu. Dan memang, semenjak itu, Kendra tampak tak mau berurusan dengan Alana. Cowok itu juga tidak pernah main ke apartemen Alana lagi.

The Senior Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang