SEMBILAN

27 1 0
                                    

Suasana kelas XI-IPA-2 SMA Lentera sangat kacau tak terkendali. Kubu cewek terbagi menjadi dua kelomok.

satu. Para cewek hitz yang doyan nyalon sama shoping

"Eh katanya di deket rumah Devi, ada salon baru ya? lagi ngadain promo gitu" ucap salah satu dari mereka antusias.

"Besok kan weekend nih, lo tau gak tempatnya?"

"Tenang, gue tau, kemarin kan abis nganter nyokap kesana"

dua. Para cewek ambisius yang terobsesi sama buku.

"Latihan matematika halaman 102 udah belum, Re?"

"Udah, tapi baru setengahnya"

"HUIIIIIIHHH, itu kan latihan semester dua bab lima, hebat ya Rere, padahal kita baru masuk bab tiga di kelas XI semester dua ini"

"Rere emang paling napsu kalo urusan isi mengisi ya"

Gelak tawa dan tepuk tangan riuh terdengar di seantero kelas.

Sedangkan kubu cowok terbelah menjadi beberapa bagian seperti cacing.

Ada yang menjadi kelompok pemimpi. Eh, pemimpi disini bukan berarti orang yang belajar bersungguh-sungguh untuk meraih mimpinya ya... Tapi, pemimpi disini yaitu orang yang bermimpi dalam tidur lelapnya.

Ada juga beberapa yang terjangkit game online. Kali ini Dimas yang bermain, Sandy duduk menonton di sebelahnya, Hary berdiri di belakang Sandy, dan Nana duduk di meja menghadap Dimas.

"Lo udah charger full kan?, jangan sampe kayak kemarin, gadget nya mati pas seru-serunya, kan ngeselin kayak yang punyanya"

"Wah anjirrr, tenang aja Na, semaleman udah gue charger" kekeh Dimas. Sejurus kemudian Dimas mendongak pada Nana disusul cengiran kuda "Tapi.... gue lupa isi kuota internet"

"Sialan lo Dim, payah!"

Sungguh keadaan kelas yang sangat kacau saat guru killer terlambat masuk kedalam kelas.

Namun diantara kerusuhan kelas XI-IPA-2, Ari malah mengajak Reno dan Dimas pergi untuk pembahasan misi yang tertunda tadi, karena waktu istirahat telah habis.

Ari membuang napas jengkeldi sudut kelas, disampingnya terlihat Reno sedang tertidur lelap. Jadi, Ari dan Reno duduk bersebelahan, sedangkan Dimas duduk tepat di depan Reno, bersama komplotan Game Online.

Ari mencekal bahu Reo, bersiap untuk mengusik tidur lelapnya "Ren bangun, ada pak Hardi" teriak Ari dengan menggerakkan bahu Reno sekeras mungkin.

Reno tetap pada pendiriannya, tak terusik!

Lagi-lagi Ari membuang napas sebal

Ari tersenyum khas. jahil "Eh, de Rexi, Renonya lagi tidur, tadi kakak udah bangunin tapi tetep aja dia bangke" ucap Ari dengan nada lembut sangat bertolak belakang dengan yang tadi.

Mendengar samar nama Rexi disebut-sebut, yaitu siswi baru kelas X yang berhasil meluluhkan hati Reno pada pandangan pertama, Reno mendongak dengan senyuman termanis yang pernah ditunjukkannya, namun tiga detik kemudian...

"Hai kak Reno, lagi bobo ya?" Ucap Ari dengan berlaga percis seperti miyabi di pinggir jalan. Senyum termanis Reno yang sempat mengembang kini naik ke atas menjadi matanya yang mengembang, wajahnya memerah menahan marah sekaligus malu.

"SIALANNN!" Ari lari terbirit-birit diikuti Reno, mengelilingi ruang kelas yang sedang riuh, dan mereka berdua malah menambah kekacauan itu.

Sekitar lima menit Reno dan Ari menyudahi tradisi sehari-harinya itu. Mereka menopang tubuhnya pada kedua lutut, dengan napas yang masih terengah-engah, Ari pun berseru "Gue nyerah, Ren!" Reno pun menjawab sama lemahnya "Gue juga udah kehabisan tenaga buat mukul lo" di belakang, Dimas sudah siap "Woiiiii!" mengaggetkan "Kayak bocah lo berdua" sungut Dimas dengan tawanya. Mereka berdua cukup lelah untuk menggubris Dimas.

"Aman nih, kayaknya pak Hardi gak bakal masuk kelas, ayo ikut gue" Reno dan dimas mengangguk patuh dan mengekori Ari. Saat baru satu langkah melewati pintu, tiba-tiba saja Ari berhenti.

Buk...Buk...

Menyebabkan kedua karibnya saling tubruk "Bego, kepala gue sakit" gerutu Reno sambil mengusap kepalanya.

Ari memeganggi perutnya, percis seperti orang yang membutuhkan toilet "Aduh" keluh Ari.

"Ri, lo kenapa? yang kebentur kan kepala, kenapa yang di pegang perut?" tanya Dimas polos, atau mungkin.... selalu polos.

"Bego, lo ikutin gue aja cepet jangan banyak tanya" bisik Ari.  Namun, Dimas dan Reno yang tingkat kepekaannya 'rendah' masih bergeming dengan tangan di keplanya. Hingga...

"Kamu kenapa Ari?" tanya sosok jangkung . Guru paling killer di SMA Lentera, kini berdiri tepat di depan Ari, Pak Hardi. Sontak Reno dan Dimas berlaga sama seperti Ari.

"Ini Pak, ta-tadi saya...emm..." Ari berfikir sejenak, Pak Hardi mengangkat satu alisnya, menunggu jawaban Ari "Makan batagor di jailin sama Dimas, sambelnya kebanyakkan" jawab Ari gugup, mata Pak Hardi kini beralih pada Dimas "Kamu juga ngejailin diri kamu sendiri Dimas?" selidik Pak Hardi "Yaelah Bapak, enggak dong, masa saya ngejailin diri saya sendiri, anu Pak, saya di jailin balik sama Ari. "Terus, kamu dijailin siapa Reno?" Reno melirik bingung Ari dan Dimas seolah meminta bantuan untuk menjawab tanya dari Pak Hardi.

"Ayo ikut saya ke kantor!" tegas guru berkumis tebal itu "Aduhhhhh Pak, saya udah gak kuat nih" ujar Reno dengan tampang ter blo'onnya "Saya juga Pak, kecuali kalo Bapak pengen kita poop di sana, yaudah ayo Ren, Dim kita ikut Pak Hardi ke kantor" timpal Ari.

Dengan ragu dan kesal, Pak Hardi akhirnya meloloskan mereka.

***

Sekar masih memaki dirinya sendiri yang baru saja bersikap bodoh di depan banyak orang yang tak di kenalnya sama sekali tak dikenalnya. Dan lebih parahnya lagi, dia memarahi anak dari pemilik yayasan ini hanya karena segelas es teh, padahal 'biasanya' Sekar bisa menahan emosi, seberat apa pun itu. ini berbeda.

"Bodoh, bodoh, bodoh!" batin Sekar dengan menggelengkan kepala dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Sekar" panggil suara berat yang sangat familiar di telinga Sekar. Edo "Lo baik-baik aja kan?" sambungnya.

Bagaimana Sekar bisa baik-baik saja saat dia berbuat ulah di Sekolah yang baru saja dikunjunginya. Sekar menjawab tanya Edo dengan anggukan, sangat tidak sinkron dengan jawaban di hatinya.

Edo menepuk pundak Sekar sekilas, kemudian duduk disamping Sekar, di kursi taman belakang.

"Lo tadi makan sedikit kan? nih." ucap Edo sambil menyerahkan sekantong plastik yang berisi dua buah roti dan satu botol air mineral. Sekar masih bergeming dengan tangan di wajahnya, Edo pun diam menunggu gadis ini bereaksi, hingga suara parau itu terdengar.

"Gue pengen pulang aja kak" Ucap Sekar akhirnya. Edo menghadapkan tubuhnya pada Sekar, dia menggamit kedua tangan yang menutupi wajah Sekar, dengan lembut, Edo menurunkan tangan itu.

"Ada gue Sekar, lo gak perlu semalu ini karena lo ada di posisi yang bener. Lagian, besok kan hari sabtu, sekolah libur, lo gak bakal ketemu orang-orang tadi" jelas ini perhatian, lebih dari sekedar perhatian atasan kepada bawahannya.

Sekar mengangguk pelan dan membuat senyum Edo mengembang "Yaudah, sekarang lo makan dulu ya, karena bentar lagi acaranya mau di lanjut" Saran Edo yang kemudian menyerahkan roti dan membuka kan tutup botol air mineral untuk Sekar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BUNGA TAK BERTUANWhere stories live. Discover now