Chapter 8 - Putri Mahkota

4.1K 369 16
                                    

Title : Red Sword - Warrior From The Past

Genre : Action, Fantasy

Author : Nekomia

===============

Miza kembali menyusuri hutan melewati pepohonan berakar besar dan semak-semak belukar. Beberapa jam ia mencari jalan menuju tempatnya terdampar, meski sempat kebingungan dan nyaris tersesat, namun akhirnya ia sampai di tempat tujuan.

Tanpa berpikir panjang Miza terus mamacu kaki bersepatu kulit coklat kotornya, dan menyusuri pinggiran sungai yang berlawanan arah dengan arus air.

Tangannya menggenggam erat pada perut kosongnya, namun tanpa mempedulikan rasa lapar itu, ia tetap berjalan sambil menangis sedih dan penuh amarah.

Hari mulai larut, perjalan menuju tempatnya terjatuh di jurang masih sangat jauh, Miza sendiri tidak tahu seberapa lama lagi ia harus berjalan. Namun meski begitu, dia tak memikirkan rasa capeknya, dan terus berjalan tanpa mau beristirahat sedikitpun.

Sedari tadi yang ia lewati hanyalah pohon-pohon raksasa yang jelas hanya tumbuh di hutan terlarang, menandakan bahwa dirinya masih belum keluar dari hutan The Rendle.

***

Di jendela kamarnya, sang putri Yunastasia sedang memandangi bintang-bintang yang menghiasi langit, dan menemani bulan yang baru memunculkan segaret lekuk bentuknya.

Raut wajahnya tampak sedih seperti bunga layu, karena terus memikirkan penduduk Nurwan dan tak tega dengan nasib mereka yang berakhir keji. Ia beralih memandang ke arah timur, melihat pegunungan tinggi, yang menghalangi desa kecil Nurwan di sana.

Yuna tak tahu harus berbuat apa untuk menebus dosa tersebut? Ia sendiri menganggap itu adalah dosanya sebagai putri kerajaan, yang tak mampu mencegah pembantaian massal di desa kecil Nurwan.

"Apa ini, akan baik-baik saja?"

Dalam hatinya ia sangat khawatir dengan masa yang akan datang. Mungkin akan ada pembalasan yang setimpal bagi mereka kelak, entah itu untuk kerajaan, ataupun pada dirinya sendiri.

Bagi seorang anak berumur 13 tahun, putri cantik ini memiliki pemikiran dan kecerdasan melebihi rata-rata, sehingga di usianya yang masih dini ia memiliki kebijaksanaan seorang pemimpin, sekaligus pemikiran labil seorang bocah.

Pada malam ini akan dilakukan sebuah ritual untuk menghapus wabah penyakit yang menimpa rakyat kerajaan, setelah selesainya persyaratan, yang tak lain menumbalkan nyawa penduduk Nurwan tanpa mengubur jasad-jasadnya satupun.

Sang putri yang memang tidak setuju oleh pembantaian tersebut, tak ingin sama sekali untuk menyaksikan ritual itu. Dirinya sendiri mempunyai firasat kalau itu bukanlah penyakit yang disebabkan oleh penduduk desa Nurwan, melainkan si penasehat kerajaan, yang selalu tampak mencurigakan di matanya.

Yunastasia mulai berjalan mendekati ranjang empuknya, dan membaringkan tubuh langsingnya yang berselimut kain sutra putih.

Berkali-kali dirinya memejamkan mata mencoba untuk tidur, tapi tidak sedikitpun ia terlelap, karena kepalanya yang terus dipenuhi pikiran tentang desa Nurwan dan keputusan ayahnya.

Merasa tak bisa tidur, ia pun memutuskan untuk pergi menemui ibunya di tempat ritual, dan bermaksud memberitahukan curahan hati kecilnya.

Tanpa berpikir lama lagi, ia langsung keluar dari kamar dan menyusuri koridor-koridor berpilar tinggi yang luas. Terkadang ia berbelok ke kanan dan kiri, menuruni bermacam-macam tangga serta bertemu prajurit yang menyapa lalu memberi hormat dengan sopan padanya.

Tempat ritual tersebut memang berjarak sangat jauh dari kamar Yuna. Tapi setelah cukup lama ia berjalan, akhirnya dia mampu sampai di tempat itu.

Namun Yuna merasa ada seseorang yang diam-diam membuntutinya dari belakang. Ia pun menoleh ke kanan-kirinya dan mulai merasa ada yang aneh. Kenapa di lokasi itu, tak ada satupun penjaga sama sekali?

Red Sword - Warrior From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang