Part 15: Are You Ready?

5.6K 309 2
                                    

***

Alice melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Caroline di belakangnya. Beberapa detik kemudian ponselnya berdering keras. Tertera tulisan 'Mom' di sana. Alice segera menyuruh Caroline untuk duduk di ruang tamu lebih dulu lalu berjalan ke belakang -dekat dapur-. Dengan ragu gadis itu mengangkatnya.

"Hallo? Alice?" sapa ibunya dari seberang sana. Alice hampir menangis mendengar suara ibunya yang sudah hampir satu bulan tidak didengarnya.

"Mom? Ada apa menelponku? Bukan kah masih banyak yang harus dikerjakan dari pada menelponku?" ucap Alice yang sebenarnya kesal tapi juga sangat rindu.

"Iya, sebenarnya masih. Berhubung karena uncle John telah tiada, makanya mom menelponmu. Hanya ingin mengecek apa Caroline sudah sampai?" tanya ibunya membuat gadis itu sangat sakit. Dia kira ibunya ingin bilang bahwa dia merindukan gadis itu.

"Udah. Dia ada di ruang tamu. Udah itu aja kan? Mom nggak ingin mengatakan apa-apa padaku juga kan, karena hanya membuang-buang waktu," tanya Alice seraya menahan tangisnya. Tapi nyatanya air mata itu jatuh juga.

"Um mom--"

"Ya udah deh, bye," potong Alice lalu langsung mematikan sambungan teleponnya. Lalu mematikan ponselnya.

"Mom merindukan kalian Alice, Alex," gumam ibunya yang tidak sempat mengatakannya pada Alice.

"Alice, are you okay?" tanya Caroline saat Alice melangkahkan kakinya mendekat ke arahnya dengan hidung berwarna pink dan mata yang berkaca-kaca.

"Yeah i'm okay," jawab Alice sambil tersenyum, bermaksud untuk tidak membuat Caroline khawatir. "Ayo, aku antar kamu ke kamarmu," ajak Alice.

"Ke mana Alex?" tanya Caroline saat Alice membuka sebuah pintu kamar tepat di sebelah kamarnya. Tepatnya kamar tamu.

"Oh dia masih di kampus, latihan basket,"

"Haha, dia nggak pernah bosan dengan basket," kata Caroline sambil mengarahkan matanya ke sudut-sudut ruangan. Gadis itu berjalan ke arah balkon yang dibatasi dengan pintu kaca.

"Yeah, itu favoritnya sejak kecil," balas Alice sambil merapikan kasur yang nantinya akan ditiduri adik sepupunya itu.

"Terimakasih Alice. Tapi aku hanya menumpang. Aku bisa merapikannya sendiri," kata Caroline sambil tersenyum ke arah Alice.

"Tapi kamu tamuku, so...,"

"Really Alice, it's okay," kata Caroline sambil mendorong Alice keluar kamarnya.

"But--"

"Sshhh. Aku lelah dan ingin istirahat. Aku tahu kamu juga pasti lelah kan? Bye," potong Caroline lalu menutup pintu yang telah menjadi kamarnya sekarang.

"But, Caroline! Hhhh. Kalau kamu ingin makan, ada di dapur, atau kalau kamu butuh sesuatu bilang padaku!" seru Alice dari luar kamar.

"I know it Al!" balas Caroline sambil sedikit tertawa.

***
Derek berjalan mondar mandir di dalam kamarnya. Pikirannya dipenihi oleh 'The Bloods Gang'. Seharusnya sekarang dia sudah ada di markas The Bloods Gang. Tapi sayangnya Justin sudah sampai di rumah lebih cepat. Dan Drew, sedang bermain PlayStation di ruang keluarga. Dia tidak akan bisa kabur ke mana-mana.

Drrtt drrtt drrtt. Tiba-tiba ponselnya yang ada di atas meja belajarnya bergetar. Tertera nama Jason di sana. Ia segera menyentuh tombol warna hijau tersebut.

"H-hallo?"

"Derek, where are you now?!" tanya Jason yang kelihatannya sedikit marah.

"Di rumah," jawab Derek dengan suara yang pelan.

"What?! Jadi kamu masih di rumah? Cepatlah ke sini, Max sudah mengamuk," ucap Jason. Derek hanya diam saja tidak mengatakan sepatah katapun. "Derek, you still there?"

"Um, yeah," balas Derek, masih mondar mandir juga. "Dengar Jason, aku nggak akan bisa keluar karena Justin dan Drew di rumah,"

"Oh God, kamu kan bisa kabur," kata Jason.

"Menurutmu begitu. Lewat mana? Drew ada di ruang keluarga, Justin ada di kolam renang," balas Derek sambil memegangi kepalanya.

"Hhhh, pintu dapur, sudah dicoba?"

"Terkunci,"

"Aku nggak mungkin pulang sekarang. Pokoknya aku nggak mau tahu kamu harus ke sini sekarang!" paksa Jason lalu langsung memutuskan sambungan teleponnya. Derek berteriak gemas sekaligus depresi. Mungkin ini waktu yang tepat untuk berbohong.

***
Akhirnya setelah setengah jam, pria muda itu sampai di markas The Bloods Gang. Sang ketua -Max- sudah menunggu di kursi santainya sambil menghisap rokoknya.

"You're so late," ujar kakaknya -Jason- yang juga sudah menunggu dari tadi. Derek juga merasa bodoh untuk pulang terlebih dulu sesudah pulang sekolah.

"I'm sorry,"

"Okay it's okay Derek. Are you ready now?" tanya Max sambil membuang putung rokoknya lalu menginjaknya saat ia berdiri.

"Um, i guess,"

"I don't need that. Say you ready!" bentak Max di depan Derek yang membuatnya menunduk ketakutan. Dia seharusnya tidak boleh menyesal mengatakan 'ya' kemarin. "Your brother is so pussy,"

"I'M READY!" seru Derek kemudian membuat Max tersenyum miring. Membuktikan bahwa dia bukan seorang pengecut yang takut kepada sesama manusia.

-To Be Continued-
---------------------
Hallo readers yg baik hati dan tidak sombong ;) #bukanmodus:p
Tolong banget ya vote kalau kalian suka :)
Aku bakalan pos part selanjutnya kalau part ini dapet 50+ reads
Maaf atas segala kekurangan, kependekan, jelek, abal, banyak typo dll :*

Happy New Year 2014!♥♥
Walaupun telat yang penting ngucapin B)

Much love, alifa <3

Lovers (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang