Part 9: Rachel's Worst Birthday

7.3K 366 9
                                    

***
Setelah Justin selesai bernyanyi, ia meletakkan gitarnya di samping kursinya. Dan tidak terlalu lama kemudian, mata coklat keemasannya bertemu dengan mata coklat gelap Alice. Justin segera turun dari panggung kecil itu lalu berjalan menuju ke arah Alice dan Drew berdiri.

"Alice, Drew, kalian sedang apa di sini? Berdua?" tanya Justin, nadanya seperti mengintrogasi. Drew tetap saja menunduk.

"Iya, kami sedang dinner di sini," jawab Alice sambil tersenyum.

"Ohhh, dinner berdua. Drew, kenapa kamu nggak pulang aja karena besok kamu punya ujian lukis kan?" kata Justin sambil berkacak pinggang. Drew mendengus keras.

"Really?" tanya Alice lalu diikuti dengan anggukan Drew. Alice hanya memutar bola matanya. Bukannya apa-apa, tapi gadis itu jadi agak kesal juga gara-gara Drew terlalu berlebihan mengajaknya dinner sampai meninggalkan belajarnya.

"Ya udah, makasih ya Alice. Good night," ucap Drew begitu saja dan langsung pergi meninggalkan Justin dan Alice di sana. Walaupun sebenarnya dengan perasaan yang tidak ikhlas. Drew memang sangat menghormati kakaknya walau bagaimana pun. Dia juga sangat rajin tapi demi gadis yang disukainya sampai-sampai dia merelakan waktu belajarnya.

"Kamu mau pulang kan?" tanya Justin. Alice mengangguk. Pria itu tersenyum lalu menarik tangan Alice tanpa permisi.

"I'll drive you. Tapi aku cuma naik motor nggak apa-apa kan?" tanya Justin. Alice malah jadi tidak enak selalu merepotkan Justin.

"Nggak apa-apa, tapi, aku bisa pulang sendiri kok," ucap Alice walaupun memang agak sedikit ragu-ragu. Baru jam setengah 9 malam tapi gadis itu tidak berani pulang sendirian. Kakaknya terbiasa menjaganya dengan sangat ketat. Alice tidak pernah pergi sendirian ketika malam hari kecuali di bawah jam 8 malam.

"Udahlah, nggak apa-apa kok kamu nggak usah merasa merepotkanku," kata Justin seperti sudah bisa membaca pikiran Alice. Tapi akhirnya gadis itu naik juga di atas Ducati milik Justin. Pria itu langsung memberikan jaketnya untuk Alice karena gadis itu hanya memakai rok yang tidak berlengan.

"Al, kamu mau jatuh nanti?" tanya Justin. Alice terdiam sejenak mendengar kata-kata Justin lalu tertawa keras.

"Ya enggak lah, ada ada aja sih pertanyaanmu," balas Alice masih diikuti dengan tawaannya.

"Ya makanya pegangan sebelum kita berangkat," ucap Justin.

"Pegangan? Pegangan sebelah mana?" tanya Alice sangat polos. Justin mendengus lalu melingkarkan tangan Alice diperutnya membuat tubuh mereka menempel. Bahkan Justin bisa merasakan detak jantung Alice yang kencang dipunggungnya.

"Just-Justin. Kamu serius aku harus berpegangan seperti ini?" tanya Alice masih belum yakin dan masih memikirkan Rachel yang masih berstatus berpacaran dengan Justin.

"Ya iyalah. Kalau kamu jatuh pasti aku yang akan disalahkan," kata Justin lalu menjalankan Ducati-nya setelah memakai helm dan mengantar gadis itu dengan selamat sampai di rumah.

***
Gadis berambut coklat lurus panjang itu berjalan dengan angkuhnya menyusuri koridor kampusnya. Para mahasiswa melongo begitu melihat gadis bermata coklat gelap itu lewat di depannya dengan dress berwarna kuning tua di atas lututnya tanpa lengan tapi dilapisi dengan jaket jeansnya. Wangi vanila membuat kaum pria ingin mengikuti ke mana wangi itu berjalan. Kaki jenjangnya terus melangkah menuju loker dan beberapa buku masih digendong ditangan kirinya.

Rachel membuka lokernya yang di dalamnya sudah banyak berisi undangan berwarna pink tua -selain buku-bukunya- yang akan diberikan kepada semua temannya, atau bahkan teman-teman Justin.

Gadis itu berjalan-jalan sambil menyebarkan undangan ulang tahunnya yang akan datang dua hari lagi. Tepatnya pada tanggal 22 Juli mendatang dia akan berumur 21 tahun. Yep, Rachel memang lebih tua dua tahun dari Justin. Tapi jujur saja, gadis itu terlihat awet muda. Cantik, berbakat menyanyi, menari, dan akting. Siapa pria yang menolak untuk jadi pacarnya? Rachel juga adalah cewek populer di kampusnya.

Lovers (Justin Bieber Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang