Fall in Love

1.6K 84 0
                                    

"Di saat rasa itu datang.

Aku hanya mampu berdiam diri menunggu."

*****

19 September 2015

Ini semua gara-gara Angel tidak masuk sewaktu pembagian kelas untuk ulangan tengah semester. Dan sekarang di sinilah dia. Berdiri dengan cengo menatap satu persatu kertas yang tertempel di jendela kaca lokal. Tangannya sibuk mencari-cari namanya.

Sudah lima kelas ia sambangi. Tapi tidak ada namanya. Tidak ada kemungkinan lain jika namanya tidak ada di deretan lokal 10 Ipa.

Sampai akhirnya matanya menangkap teman satu gugusnya dulu, Rika.

"Rik, Sini gue mau nanya."

Rika menoleh bingung. Di sekelilingnya memang banyak siswa yang sedang berbincang. Mungkin saja suara Angel bisa terkalahkan.

"Arah jam tiga."

"Ya ampun Ngel. Nagapain masih di sini? Lima menit lagi kan mau mulai."

"Justru itu Rik. Gue nggak tahu di mana ruangan gue. Bantuin ya, please!"

Angel mendakupkan kedua tangannya. Dan Rika tentu akan mengabulkan permintaannya.

"Oke deh oke. Tadi gue lihat temen-temen lo lagi di deket mushala. Kalau nggak salah kelas lo di 11 Ipa 1 sama 11 Ipa 2."

Oh my god! Mushala sangat jauh dari tempatnya sekarang. Belum lagi jika ditambah ada kemacetan di tengah koridor. Berhubung lima menit lagi masuk jadi mungkin saja koridor akan macet total.

"Ya udah thanks Rik. Gue duluan ya, takut macet."

"Macet?"

"Takut koridor macet. Ada ibu-ibu rempong. Biasalah."

"Oh." Rika mengangguk-angguk.

Angel bergegas ke lokal yang di beritahu Rika. Tanpa pikir panjang dia menerobos kerumunan siswa yang asyik nongkrong di bibir lantai. Sesekali dia mengucapkan permisi kepada kakak kelas. Biar sopan sedikit.

Saking sopannya dan tidak memperhatikan arah depan, tubuh Angel menabrak seseorang. Angel menatap orang itu. Lalu meminta maaf sebentar dan melanjutkan jalannya.

"Yuha!" teriaknya lantang karena sahabatnya itu sudah enak duduk di depan kelas bersama temannya yang lain.

"Angel! Kenapa lo kemarin nggak masuk. Gue duduk sendiri tahu nggak." Balas Yuhaninda tidak kalah histeris dengan Angel. Dan sasarannya pipi Angel.

"Gue sakit. Jahat banget sih lo nggak kasih tahu gue di mana tempat ulangannya."

"Yaelah jangan ngambek dong. Gue udah sms lo kemarin. Tapi gara-gara pulsa gue sekarat dan menipis. Nggak jadi ke kirim deh."

"Dasar lu Yu. Jahat!"

"Udah-udah. Kalian ribut banget sih. Nggak konsen nih belajarnya. Jauhan sono." Suci mencak-mencak karena kebisingan tepat di sampingnya itu mengganggu belajarnya.

Mereka sedikit menjauh dari Suci. Berpindah di bawah, di bibir lantai. Tapi tetap saja mulut mereka terlalu bising.

Saatnya jam pertama di mulai.

"Ngel. Lo penasaran nggak sama teman sebangku lo ntar. Cogan nggak ya?"

"Kalau gue optimis cogan. Tapi beda lagi kalau teman sebangku lo. Secara.., kan lo nggak ada teman sebangku. JONES."

Yuha mendaratkan buku paket kimianya yang tebal ke kepala Angel. "Dasar lo."

Semua siswa yang tadinya asyik duduk santai di mushala ataupun di depan lokal berbondong-bondong masuk ke lokal. Termasuk Angel. Dan setelah masuk dia mengambil alat tulis lalu kepalanya selonjoran di meja tempatnya ulangan selama satu minggu ke depan.

Tidak sadar. Teman sebangkunya sibuk memperhatikan Angel. Sepertinya seseorang itu pernah bertemu dengan Angel.

"Dek. Eh dek."

Seseorang itu menggoncang-nggoncang bahunya. Ternyata kertas ulangan sudah dibagikan dan menunggu diisi.

Sesaat Angel terpaku. Teman sebangkunya adalah orang yang ditabraknya di koridor tadi.

"Lo..." tunjuknya ke arah cowok itu.

"Loh, nggak nyangka ya se-meja." Cowok itu tak kalah terkejutnya dengan Angel.

Angel tersenyum sungkan. Tidak enak hati karena ceroboh sampai menabrak orang di pinggirnya ini.

"Maaf ya kak soal tadi." Katanya malu-malu.

"Nggak papa kok santai aja. Jangan tegang gitu."

Senyumnya manis. Ada lesung pipi di kanan bibirnya. Juga kumis tipis yang membuat Angel tidak melepaskan perhatiannya.

"Ngel diem! Ntar lo dikeluarin."

Alvian menoleh ke belakangnya. Kebetulan absennya nomor 3 dan Angel nomor 4. Jadi tempat duduk mereka depan belakang.

"Iya gue diem. Lo hadap depan kenapa jangan hadap sini mulu." Dan Alvian menuruti Nagel.

"Pacar dek?" tanya teman sebangkunya.

"Bukan. Cuma temen."

"Oh. Kenalin gue Azka Az-Zuhdi. Panggil aja Azka. Jangan pake embel-embel kak. Cukup Azka."

Angel menyambut uluran tangan Azka. Dia tersenyum dan memperkenalkan diri singkat.

"Angelica Mei Kusumawati. Di panggil Angel."

Setelahnya mereka kembali diam karena guru pengawas sudah menatap mereka garang.

***

Jam dinding yang ada di belakang kelas menunjukkan waktu ulangan masih sepuluh menit lagi. Sedangkan lembar jawaban Angel sudah penuh dari semenjak waktu ulangan baru berjalan tigapuluh menit.

Sedikit mengintip, Angel melihat lembar jawaban Azka. Masih kosong, tidak tertulis sama sekali. Kecuali identitas Azka sendiri.

"Ka! Kok lembar jawaban lo masih kosong. Bentar lagi kan waktunya habis."

"Ah.., ini strategi kok." Jawab Azka malu-malu.

"Strategi?"

"Iya. Nih gue kasih liat."

Azka membuka papan yang ia gunakan. Di bawahnya ada satu lembar jawaban lagi. Bedanya yang ini sudah terisi penuh. Angel semakin tidak mengerti.

"Kok bisa?"

"Jadi.., gue ambil dua tadi. Dan sebenernya gue udah selesai dari tadi. Kalau ada guru patroli gue pura-pura aja belum. Jadi guru ngak curiga ke gue."

"Pinter banget sih."

"Nggak. Biasa aja."

Angel sampai geleng-geleng. Azka atau kakak kelasnya ini anak ips. Lokalnya sama unggulan seperti lokal Angel. Bedanya jika Angel unggulan ipa, Azka unggulan ips. Sangan kebetulan.

"Minta pin boleh?"

Angel melongo. "Hah?"

"Iya. Gue minta pin boleh?"

"Sebentar ya." Angel gelagapan mencari hpnya di laci meja. Sengaja ia bawa ke kelas tanpa sepengetahuan guru.

"Nanti kalau gue invite, acc ya."

"Oke Az. Gue mau ngumpulin jawaban. Gue keluar dulu ya."

Giliran Azka yang mangut-mangut. Diam-diam Angel mengulum senyumnya. Azka meminta pin-nya. Itu hal yang tidak biasa selama ia pernah sekolah di sini. Baru kali ini, di depan matanya sendiri. Ada kakak kelas yang meminta pin secara langsung. Angel akan senang hati menerima undangan Azka.

Setelah keluar lokal Angel berteriak senang. "Yuha. Temen sebangku gue beneran cogan luar dalem."









Last High School (COMPLETED)Where stories live. Discover now