The end of war

4.2K 252 39
                                    

Mataku perlahan terbuka dengan sangat berat. Aku melihat ke sekeliling. Aku merasa ada yang aneh di hidungku, di kepalaku, dan di seluruh bagian tubuhku.

Aku memakai infus, dan suntikan ada di lekukan tanganku. Ada perban melingkari bagian atas kepalaku dan aku memakai selang bantuan pernapasan. Aku terbaring lemah di rumah sakit.

Aku melihat ke samping. Mamaku sedang tertidur di sampingku. Matanya terlihat sembap dan mukanya kelelahan. Mama menangis. Aku pun ingin menangis. Tapi sudah terlalu banyak air mata yang aku keluarkan. Tiba-tiba mama bergerak. Dia bangun.

"Sayang, anak mama, udah bangun?? Puji Tuhaaan anakku udah bangun! Terimakasih Tuhan, terimakasih." Seru mamaku kegirangan. Muka lelahnya kini terlihat cantik kembali, namun mata sembapnya masih terlihat.

"Kamu udah siuman sayang, nak mama?"

Aku hanya bisa membalasnya dengan anggukan dan sedikit senyuman. Mamaku menggenggam tanganku dan mengelus rambutku.

"Puji Tuhan sayang, kamu udah bangun. Kamu udah dua hari dua malam gak bangun-bangun. Mama takut kamu kenapa-kenapa sayang. Mama khawatir pisan."

"Emang aku kenapa maH?"

"Kata orang kamu kecelakaan. Ada yang liat katanya tiba-tiba kamu jatoh di tengah jalan trus kepala kamu kepentok trotoar sebelum mobil hampir nabrak kamu. Kamu teh kenapa sih sayang? Ada apa? Cerita dong sama mama kalo ada masalah."

"Enggak kenapa-napa mah. Aku cuma tiba-tiba pusing lagi. Fertigoku kambuh mah waktu lagi di jalan."

"Kata dokter, fertigo kamu bisa kambuh kalo kamu lagi kurang fit sama banyak pikiran."

"Enggak kok ma. Aku cuma kurang makan sama emang lagi pusing. Trus ya mungkin kambuh deh."

"Tuh kan mama bilang juga apa. Kan mama udah kasih tau kamu sayang, biar kamu inget terus makan, sama makan yang banyak biar sehat. Liat badan kamu udah kurusan."

"Iya maaf mah."

"Yaudah, yang penting kamu sembuh dulu ya. Kamu selamat aja mama udah bersyukur. Sekarang kamu istirahat aja lagi gih."

"Iya mah."

Mama langsung menelpon papaku. Dari yang aku dengar, papa nanti akan datang menggantikan mama menunggu setelah papa pulang kerja. Nampaknya mama memang menginap di sini terus.

"Mah, mamah pulang aja gih. Istirahat dulu di rumah."

"Iya entar aja tunggu papa ke sini."

"Mamah keliatan capek pisan."

"Gapapa kok sayang."

"Mah, mamah langsung ke sini dari Garut?"

"Iya, mamah dapet telpon dari kantor polisi yang deket kosan kamu itu, bilang kalo ada kecelakaan di daerah sana dan identitasnya itu kamu. Katanya langsung dibawa ke Borromeus. Mama langsung shock dan nyuruh papa buat langsung balik dari Garut ke Bandung. Untung kamu gak sampe ketabrak mobil sayang. Tapi kepala kamu sempet keluar darah banyak gara-gara kepentok trotoar. Dan untungnya ga ada retak dan otak kamu juga ga kenapa-napa. Puji Tuhan sayang."
Kata mamaku panjang lebar. Air matanya tiba-tiba keluar.

"Mama khawatir sama kamu, Ryan. Mama takut kamu kenapa-napa. Mama sayang sama kamu. Kalo ada apa-apa, cerita sama mama ya sayang."

Air mataku pun ikut keluar. Mama nyium pipiku dan meluk aku. Aku juga meluk mama.

"Iya mah. Makasih mah. Ryan juga sayang pisan sama mamah."

Besoknya, selang bantuan pernapasan sudah dilepas dari hidungku. Aku sudah agak baikan namun aku masih harus dirawat di rumah sakit. Beberapa saudara dan tetangga bergantian menjengukku dari kemarin. Teman papa dan mama juga. Kata mama, teman-temanku baru akan datang besok. Mama memang baru memberitahu teman-temanku sih. Banyak makanan dan bingkisan ada di ruang kamar yang cukup luas ini. Satu ruang kamar ini memang hanya aku yang tempati. Ada kamar mandi dan ruang tamu kecil.
Mama dan papa bergantian menungguku. Kakak dan adik-adikku hanya dibolehkan datang mengunjungi saja. Adik-adikku yang rewel itu pun berusaha untuk membuatku ceria. Kadang mereka sangat mengesalkan, tapi sebenernya mereka baik hati. Kakakku juga termasuk salah satu yang sangat sedih dengan berita kecelakaanku ini. Tapi dari mukanya, dia kayak menyimpan sesuatu. Mungkin hanya perasaanku aja.

Beda FakultasWhere stories live. Discover now